Anda di halaman 1dari 15

BAB III

BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN
Lintang Norfitria (17644029)
1A S1 Terapan
Teknologi Kimia Industri
KLASIFIKASI B3
• Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA
(Occupational Safety and Health of the United State Government)
adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya
berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,
kerusakan properti dan atau lingkungan.
• Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3
didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam PP ini, B3
diklasifikasikan menjadi :
• Mudah meledak (explosive), yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 0C, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di
sekitarnya.
• Pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran sama atau lebih
pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
• Mangat mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan dan cairan yang
memiliki titik nyala di bawah 0 derajat C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan
35 0C.
• Sangat mudah menyala (highly flammable), yaitu bahan yang memiliki titik nyala 0-210C.
• Mudah menyala (flammable).
• Amat sangat beracun (extremely toxic);
• Sangat beracun (highly toxic);
• Beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia dan akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut.
• Berbahaya (harmful), yaitu bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.
• Korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada
kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE
1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun, atau
mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan
sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
• Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi
kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
• Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu
bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan
ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau
bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
• Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan
sel kanker.
• Teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio.
• Mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom (merubah genetika).
Jenis dan klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun juga diuraikan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 453/Menkes/Per/XI/1983.
Dalam Kepmenkes ini B3 dikelompokkan dalam 4 klasifikasi yaitu :
1. Klasifikasi I, meliputi :
• Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak
langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya;
• Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga
menimbulkan bahaya.
2. Klasifikasi II, meliputi :
• Bahan radiasi;
• Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
• Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50
(rat) kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau
selaput lendir;
• Bahan etilogik/biomedik;
• Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
• Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 350C;
• Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
3. Klasifikasi III, meliputi :
• Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah
meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;
• Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi
tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
• Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan
nyeri;
• Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala
350Csampai 600C;
• Bahan pengoksidasi organik;
• Bahan pengoksidasi kuat;
• Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik;
• Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya
lainnya.
4. Klasifikasi IV, yaitu :
• Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara;
• Bahan pengoksid sedang;
• Bahan korosif sedang dan lemah;
• Bahan yang mudah terbakar.
3. PERSYARATAN PENYIMPANAN LIMBAH B3
Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi penghasil limbah B3 yang
melakukan kegiatan penyimpanan sementara yang dilakukan di
dalam lokasi pabrik/fasilitas.
3.1.Tata Cara Penyimpanan Limbah B3
a. Penyimpanan kemasan limbah B3
1) Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap
blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan (gambar 2), sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan
sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
2) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan
peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm
dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift)
disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.
3) Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan
tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka
tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet
(setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau
kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak (gambar 3).
4) Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar
terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari
1 (satu) meter.
5) Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus
disimpan secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam
bagian penyimpanan yang sama. Penempatan kemasan harus dengan
syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-limbah yang
tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke dalam bak
penampungan bagian penyimpanan lain.

b. Penempatan tangki Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar


disarankan menggunakan tangki (gambar 4) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran
pembuangan yang menuju bak penampung.
2) 2) Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung
cairan minimal 110% dan kapasitas maksimum volume tangki.
3) 3) Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling
akan terjadi di daerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki
lain.
3.2.Persyaratan Bangunan Penyimpanan limbah B3
a. Persyaratan bangunan penyimpanan kemasan limbah B3
1) Bangunan tempat penyimpan kemasan limbah B3 harus:
a) memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan
disimpan;
b) terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun
tidak langsung;
c) dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai (gambar 5) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di
dalam ruang penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain
untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke
dalam ruang penyimpanan;
d) memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang
memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimal 1 meter di atas kemasan denqan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan;
e) dilengkapi dengan sistem penangkal petir;
f) pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)
sesuai dengan tata cara yang berlaku.
2) Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak
bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat
melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan
maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi
bangunan penyimpanan.
3) Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu) karakteristik limbah
B3, maka ruang penyimpanan:
a) harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap
bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah B3, atau
limbah-limbah B3 yang saling cocok
b) antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul atau tembok pemisah
untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan limbah B3 ke bagian
penyimpanan lainnya.
c) setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak penampung tumpahan
limbah dengan kapasitas yang memadai.
d) sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas maksimum
limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya dapat mengalir dengan
lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.
4) Sarana lain yang harus tersedia adalah:
a) Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
b) Pagar pengaman;
c) Pembangkit listrik cadangan;
d) Fasilitas pertolongan pertama;
e) Peralatan komunikasi;
f) Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;
g) Pintu darurat;
h) Alarm.

Anda mungkin juga menyukai