Anda di halaman 1dari 10

Tata rumah tangga (house keeping) sering dianggap sebagai bagian

dari kegiatan yang bersifat preventif dan juga sekaligus sebagai upaya
pengendalian. Namun, yang pasti penerapan tata rumah tangga yang baik
dan benar bila dipadukan dengan berbagai upaya perlindungan lainnya,
akan menghasilkan tempat yang aman, nyaman, higienis serta tenaga kerja
yang sehat, selamat, produktif dan sejahtera.
Pendekatan aspek tata rumah tangga juga tidak terlepas dari factor hazard
khususnya yang berkaitan dengan identifikasi potensi bahaya misalnya:
1. Desain/konstruksi yang tidak beraturan, tanpa pengaman;
2. Perencanaan proses kerja tidak ada, kurang akurat;
3. Tempat kerja yang membahayakan, licin, lapuk, berkarat, ada tumpahan
cairan;
4. Penanganan material, bahan kimia yang menyimpang dari prosedur;
5. Lingkungan kerja yang kotor, kurang penerangan atau berventilasi buruk;
6. Tidak tersedianya alat pengaman atau pengendali missal perlindungan diri,
pemadam kebakaran;
7. Interaksi manusia berupa sikap perilaku yang kurang mendukung, tidak
terampil/terlatih dan sebagainya.
Atau bahkan sampai kemungkinan factor alami
(gempa, banjir, erosi, letusan gunung berapi) serta terorisme
yang mengakibatkan terjadinya korban lebih banyak pada
lokasi yang jauh lebih luas disertai akibat yang mengerikan
(disaster).
Oleh karenanya penerapan tata rumah tangga
khususnya di tempat kerja, merupakan hal yang tidak
dapat di abaikan begitu saja, melainkan perlu
dibudayakan sebagai langkah awal dan berkelanjutan
dalam program perlindungan (proteksi) terhadap semua
resiko bahaya.
Sistem manajemen aspek keselamatan dan
kesehatan kerja, hygiene perusahaan dan ergonomic pada
setiap kegiatan operasional, senantiasa memerlukan
penerapan tata rumah tangga yang baik (good house
keeping) melalui dukungan dan kerja sama semua pihak
terkait, seperti pihak manajemen, pekerja dan para
professional dibidangnya masing-masing.
Dalam peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964
tentang syarat Kesehatan, Kebersihan, Penerangan dalam
Tempat Kerja antara lain tercantum syarat untuk bangunan,
halaman, tempat kerja, fasilitas saniter, ventilasi dan
penerangan ditempat kerja. Di samping itu terdapat pula
Norma, atau standar atau aturan lain yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup
juga aspek tata rumah tangga.
Prinsip umum tata rumah tangga bukan sekedar
kebersihan tempat kerja melainkan juga mengupayakan
penempatan peralatan yang tepat, sesuai dan benar,
mengutamakan proses kerja berlangsung secara aman dan
agar kegiatan dapat berlangsung optimal, efisien dan
efektif.
Gerakan 5S, pada dasarnya adalah kebulatan
tekad untuk mengadakan pemilahan di tempat kerja,
penataan, pembersihan, memelihara kondisi lingkungan
kerja yang mantap dan menjadikan kebiasaan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan tertib,
teratur, rapi, nyaman dan menyenangkan.
Konsep 5S akan dapat menciptakan good
housekeeping yang merupakan inti dari pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Sehingga akan dapat menciptakan lingkungan
kerja yang aman, sehat, effisien dan produktif serta bebas
dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan
selanjutnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan
dalam bentuk meningkatnya produktifitas kerja, menjamin
pelaksanaan K3, memperbaiki kualitas produk,
menciptakan industrial good housekeeping.
Penerapan 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin ) bisa
juga dikatakan sebagai penerapan Housekeeping dimana
housekeeping merupakan prasarana penting dalam
pelaksanaan pekerjaan dan pencegahan kecelakaan
kerja. Housekeeping tentu tidak hanya menyangkut kebersihan.
Namun, juga termasuk menjaga tempat kerja agar selalu rapi
dan teratur, memelihara lantai dan ruangan agar bebas dari
bahaya tergelincir serta memindahkan material berbahaya,
kertas, dan bahan-bahan yang memiliki potensi bahaya
kebakaran dari tempat kerja.
Housekeeping yang efektif dapat mengeliminasi beberapa
bahaya di tempat kerja dan membantu penyelesaian
pekerjaan secara aman dan baik. Housekeeping yang buruk
secara frekuen berkontribusi pada kecelakaan dengan
menimbulkan bahaya terselubung yang dapat menyebabkan
injury atau cedera (CCOHS, 2008).
Tujuan Housekeeping :
• menurut Industrial Accident Prevention Association (2008),
Housekeeping yang baik memiliki keuntungan antara lain:
• Eliminasi kekacauan yang adalah penyebab utama kecelakaan
seperti terpeleset, terjatuh, terantuk serta ledakan dan
kebakaran.Mereduksi kemungkinan bahan-bahan berbahaya
masuk ke dalam tubuh (misalnya: debu, asap).
• Meningkatkan produktivitas sebab peralatan dan material yang
dibutuhkan akan mudah ditemukan.
• Membantu meningkatkan citra perusahaan sebab housekeeping
yang baik merupakan refleksi cara menjalankan perusahaan.
Tempat kerja yang teratur dapat menimbulkan kesan yang positif
pada semua orang yang memasukinya baik pekerja, customer,
pengunjung dan lainnya.
• Membantu perusahaan meminimalisir biaya inventaris sebab
housekeeping yang baik membantu menjaga jumlah inventaris yang
akurat.
• Membantu perusahaan memanfaatkan tempat dan ruangan
secara optimal.
• Membuat tempat kerja rapi, nyaman, dan menyenangkan sebab
menghindarkan pemandangan yang tidak menyedapkan.
5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang
memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,
bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan,
dan dengan demikian 4 bidang sasaran pokok industri, yaitu efisiensi,
produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai.

1. RINGKAS
• Prinsip RINGKAS adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan
menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja. Mengetahui benda
mana yang tidak digunakan, mana yang akan disimpan, serta bagaimana
cara menyimpan supaya dapat mudah diakses terbukti sangat berguna
bagi sebuah perusahaan.
• Langkah melakukan RINGKAS :
1. Cek-barang yang berada di area masing-masing.
2. Tetapkan kategori barang-barang yang digunakan dan yang tidak
digunakan.
3. Beri label warna merah untuk barang yang tidak digunakan
4. Siapkan tempat untuk menyimpan / membuang /memusnahkan barang-
barang yang tidak digunakan.
5. Pindahkan barangbarang yang berlabel merah ke tempat yang telah
ditentukan..
2. RAPI
• Prinsip RAPI adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya.
Kerapian adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan
barang dan mendapatkannya kembali pada saat diperlukan dengan
mudah. Perusahaan tidak boleh asal-asalan dalam memutuskan dimana
benda-benda harus diletakkan untuk mempercepat waktu untuk
memperoleh barang tersebut.
• Langkah melakukan RAPI :
1. Rancang metode penempatan barang yang diperlukan, sehingga
mudah didapatkan saat dibutuhkan
2. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat yang telah
dirancang dan disediakan
3. Beri label / identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun
pengembalian ke tempat semula

3. RESIK
• Prinsip RESIK adalah membersihkan tempat/lingkungan kerja,
mesin/peralatan dan barang-barang agar tidak terdapat debu dan
kotoran. Kebersihan harus dilaksanakan dan dibiasakan oleh setiap orang
dari CEO hingga pada tingkat office boy.
• Langkah melakukan RESIK :
1. Penyediaan sarana kebersihan,
2. Pembersihan tempat kerja,
3. Peremajaan tempat kerja, dan
4. Pelestarian RESIK.
4. RAWAT
• Prinsip RAWAT adalah mempertahankan hasil yang telash
dicapai pada 3R sebelumnya dengan membakukannya
(standardisasi).
• Langkah melakukan RAWAT :
1. Tetapkan standar kebersihan, penempatan, penataan
2. Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja di
tempat kerja

5. RAJIN
• Prinsip RAJIN adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan
untuk menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai.
RAJIN di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di
tempat kerja. Apa yang sduah baik harus selalu dalam keadaan
prima setiap saat. Prinsip RAJIN di tempat kerja adalah “LAKUKAN
APA YANG HARUS DILAKUKAN DAN JANGAN MELAKUKAN APA
YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN”
• Langkah melakukan RAJIN :
1. Target bersama,
2. Teladan atasan
3. Hubungan/komunikasi di lingkungan kerja
4. Kesempatan belajar

Anda mungkin juga menyukai