Parut
Parut
hipertrofik
imatur
linier
Keloid
Parut matur
mayor
Parut
Kelodi
hipertrofik
minor
difus
JENIS-JENIS JARINGAN PARUT
Keloid terjadi akibat pembentukan jaringan parut yang
kelewat agresif saat proses penyembuhan luka. Jaringan
parut yang terbentuk luasnya melebihi luas luka
Contracture: jaringan bekas luka yang diakibatkan oleh
luka bakar, dimana jaringan baru yang terbentuk menjadi
terlalu kencang/ketat sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan dalam pergerakan, dan jenis parut ini
juga mempengaruhi jaringan yang lebih dalam, seperti otot
dan syaraf.
Hyperthrophic: mirip dengan keloid tetapi berwarna
kemerahan dan tidak tumbuh melampaui daerah luka.
Bekas jerawat:: jerawat yang parah akan meninggalkan
bekas, mulai dari lubang yang dalam sampai cekungan
lebar pada permukaan kulit wajah
PATOFISIOLOGI JARINGAN PARUT
FASE INFLAMASI
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah
luka, pembuluh darah yang putus akan mengalami konstriksi dan retraksi
disertai reaksi hemostasis
FASE POLIRISASI
Fibroblast mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen.
Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya
kekuatan untuk bertautnya tepi luka
Tension RAS
Lokasi Umur
Genetik
Hormon
INTERVENSI FISIOTERAPI PADA
JARINGAN PARUT
1. MASSAGE PARUT
Setelah luka ditutup dan parut
mulai timbul, penting melakukan massase
pada parut. Ini penting terutama pada
daerah di mana pembentukan parut
menyebabkan kulit menjadi tebal, keras, &
sulit digerakkan, kondisi yang dikenal
sebagai adhesi. Untuk menjaga kulit tetap
lunak, mudah dibentuk, dan elastis, tekan
ibu jari pada daerah parut & pijatlah
melingkar. Dapat juga memijatkan kedua
ibu jari pada parut dan menariknya
menjauh, meregangkan kulit di antaranya.
Gunakan tekanan yang dapat ditoleransi
pasien. Penting untuk melakukan masase
paling tidak 10 menit setiap hari sampai
parut melunak dan mengajarkan pada
pasien dan orang tuanya bagaimana
melakukan masase pada parut.
2. MOBILISASI
Penting untuk meregangkan otot dan tendon pada
daerah pembebasan parut akibat luka bakar untuk
mencegah rekontraktur. Ada tiga macam mobilisasi: aktif,
aktif terbantu, dan pasif. Pada ketiga macam peregangan
tersebut, penting untuk melakukan stabilisasi sendi
proksimal dan mencapai regangan sesuai toleransi pasien.
Ajarkan pada pasien untuk mengatakan ketika terasa nyeri.
Akan sangat membantu untuk memberi tahu pasien
perbedaan sensasi nyeri dan regangan dengan cubitan
ringan yang menggambarkan nyeri dan meregang jari ke
belakang untuk menggambarkan sensasi peregangan. Bila
peregangan menjadi nyeri, berhentilah menambah regangan
dan pertahankan posisi tersebut selama 10-30 detik sesuai
toleransi pasien. Berikan istirahat sebelum melanjutkan.
Ulangi peregangan ini 10-15 menit per otot yang terlibat
paling tidak tiga kali sehari.
Mobilisasi aktif adalah gerakan yang dilakukan pasien
sendiri dengan hanya menggunakan otot-otot antagonis
anggota gerak atau jari-jari yang terlibat. Pergerakan
jangan dipaksa. Ini dapat dilakukan segera setelah
pembedahan bila cangkok sehat dan take baik.