Anda di halaman 1dari 6

A.

Anatomi dan fisiologi

Os femur merupakan tulang terpanjang, terkuat, dan terberat dari semua


tulang pada rangka tubuh. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang
membulat untuk berartikulasi dengan asetabulum. Permukaan lembut dari bagian
kepala mengalami depresi, fovea kapitis, untuk tempat perlekatan ligament yang
menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa pembuluh
darah ke kepala tersebut.
Di bawah bagian kepala yang tirus aalah bagian leher yang tebal, yang
terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior
dan krista intertrokanter di permukaan posterior tulang membatasi bagian leher
dan bagian batang. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol,
trokanter besar dan trokanter kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk
menggerakkan persendian panggul. Bagian batang permukaannya halus dan
memiliki satu tanda saja, linea aspera, yaitu lekuk kasar untuk perlekatan
beberapa otot. Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilis medial dan
kondilus lateral.

Otot Femur
Otot Anterior

1
 Rektus femur: bagian tengah di depan paha anterior; merentang dari
pelvis bagian bawah melewati persendian pangul dan femur.
Berfungsi untuk ekstensi tungkai di lutut dan fleksi paha di panggul.
 Vastus lateralis: otot terbesar dari keempat vastus lainnya, terletak
di sisi lateral paha; merentang dari sisi proksimal paha ke superior
tibia. Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.
 Vastus medialis: otot tebal yang terletak pada permukaan medial
paha; membentuk tonjolan yang besar di sisi inferior medial paha.
Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.
 Vastus intermedius: terletak pada bagian anterior tulang femur di
antara vastus lateralis dan vastus medialis, lebih dalam dari rektus
femur. Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.
 Sartorius: otot superfisial yang panjang berbentuk pita yang berasal dari
bahian atas sisi lateral pelvis, melewati paha secara melintang. Berfungsi
untuk fleksi tungkai pada paha; fleksi paha pada pelvis.
 Grasilis: otot superfisial tipis yang panjang pada paha bagian dalam;
terletak di antara sisi medial bawah pelvis dan sisi medial atas (tibia).
Berfungsi untuk fleksi dan rotasi tungkai kearah medial; aduksi paha.
Otot Posterior
 Biseps femur: otot berkepala dua yang melapisi sisi posterior dan lateral
paha terletak di antara pelvis interior dan tiia superior. Berfungsi untuk
fleksi dan rotasi secara lateral tungkai pada lutut.
 Semitendinosus: terletak di bagian belakang di antara pelvis bagian
bawah dan tungkai bagian atas (tibia). Berfungsi untuk fleksi dan rotasi
secara medial tungkai pada lutut; ekstensi paha pada panggul.
 Semimembranosus: otot dengan tendon membranosus yang origo nya
terletak elbih dalam dari semitedinosus. Berfungsi untuk fleksi dan rotasi
secara medial tungkai pada lutut; ekstensi paha pada panggul.

Fasia Superfisialis Femur


2
Kulit pada femur bagian anterior dipersarafi oleh cabang femoralis dari
nervus genitofemoralis, cabang medial, intermedia, dan nervus kutaneus femoris
lateralis dan cabang-cabang nervus obturatorius. Paha bagian belakang mendapat
persarafan sensoris dari nervus kutaneus posterior femur.
Arteri superfisialis termasuk empat cabang superfisialis arteri femoralis;
arteri sirkumfleksa iliaka superfisialis, arteri epigastrika superfisiaias, arteri
pudenda eksterna superfisialis dan arteri pudenda eksterna profunda.
Vena dan limfatik superfisialis: cabang-cabang vena dari bagia anterior
paha mengalirkan darah ke vena safena magna sedangkan sebagian vena dari
paha posterior bagian bawah mengalirkan darah ke vena popliteal. Vena safena
megna juga berjalan bersama pembuluh limfe besar mengalir menuju kelenjar
getah bening inguinalis superfisialis, dan dari sana melalui fasia kribriformis
menuju kelenjar getah bening inguinalis profunda.

B. Patologi
1. Definisi
Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu
rongga (rongga Abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas (Rassner et al,
1995: 257). Menurut Smeltzer, S.C et al (2001: 496). Abses adalah infeksi
bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus (bakteri, jaringan
nekrotik dan SDP).) Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang
terbentuk akibat kerusakan jaringan.

2. Etiologi
Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya abses rectus femoralis yaitu:
a. Infeksi mikrobial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah
infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi
intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan
endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.

3
b. Reaksi hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi
mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan
merusak jaringan.
c. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma
fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite).
d. Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa)
akan merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses
radang. Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan
kimiawi spesifik yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.

e. Nekrosis jaringan
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya
pasokan oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan
mengakibatkan terjadinya kematian jaringan, kematian jaringan sendiri
merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah infark
sering memperlihatkan suatu respons, radang akut.

3. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi


Rassner et al (1995: 257) menjelaskan bahwa subkutis terdiri atas sel
lemak, jaringan ikat dan pembuluh darah sel lemak (liposit) di organisir menjadi
lemak (mikrolobuli, lobuli, pembuluh darah) dan ini semua diringkas dalam
septa jaringan ikat. Septa jaringan ikat (septa fibrosa) mengukuhkan subkutis
baik dalam fasia tubuh maupun dalam korium dan bertindak sebagai jalan untuk
pembuluh darah dan saraf kulit ke dalam subkutis masuk folikel, rambut dan
kelenjar keringat sebagai adneksa kutis. Selain itu dalam subkutis terdapat vena-
vena besar (misalnya vena saphena) dan saluran limfe disertai dengan kelenjar
getah bening regional superfisialis. Fungsi subkutis antara lain sebagai
termoisolasi, depo energi (penimbunan lemak), fungsi pelindung dari faktor
4
mekanik (lapisan pelindung dan lapisan penggeser antara korium dan fasia
tubuh).
Nadesul, H (1997: 2-3) mengemukakan bahwa didalam kulit juga terdapat
pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Pembuluh darah untuk memberi
makan kulit. Melalui aliran darah, zat makanan dan zat asam disalurkan kelenjar
getah bening membuat zat anti. Maksudnya untuk melindungi tubuh dari
serangan bibit penyakit, kulit yang memiliki kelenjar-kelenjar lemak dan
kelenjar peluh. Keduanya untuk membasahi kulit agar lembab. Bahan pelembab
ini sekaligus sebagai pelindung kulit terhadap bibir penyakit kulit. Sedangkan
kelenjar peluh sebagai pengalir peluh juga berfungsi mengeluarkan panas tubuh
yang berlebihan.
Rassner et al (1995; 256) mengemukakan bahwa pada penyakit akuisita terdapat
perubahan-perubahan berikut:
1. Perubahan yang bersifat reaktif: hipertrofi /hiperplasi lokal/umum atau atropi.
2. Kerusakan: atrofi, distrofi, jaringan lemak (atrofi dan hiperItrofi), nekrosis
jaringan lemak (akut) atau nekrobiosis (perlahan-lahan). Pembentukan
lipogranuloma (makrofag/ lipofag atau pembentukan serabut), fibrosis jaringan
lemak maupun jaringan parut (stadium terminal)
3. Peradangan: secara global mereka disebut sebagai panikulitis, suatu
panikulitis terutama dapat mengenai lobus (panikulitis lobular) atau didalam
septa jaringan ikat (panikulitis septal)
Proses penyakit dapat menyerang jaringan ikat subkutan atau pembuluh darah
subkutan dan menyebabkan perubahan sekunder jaringan lemak (Rassner et al,
1995: 256).

4. Gambaran Klinik
Smeltzer, S.C et al mengemukakan bahwa pada Abses terjadi nyeri
tekan, nyeri lokal, bengkak dan kenaikan suhu tubuh. Sedangkan tanda-tanda
infeksi meliputi kemerahan, bengkak, terlihat jelas (lebih dari 2,5 cm dari letak
insisi), nyeri tekan, kehangatan meningkat disekitar luka, warna merah jelas

5
pada kulit disekitar luka, pus atau rabas, bau menusuk, menggigil atau demam
(lebih dari 37,7oC/100oF) (Smeltzer, S.C et al, 2001: 497).

Anda mungkin juga menyukai