injeksi pada regio gluteal. Otot ini diinervasi oleh n. Gluteus superior, berorigo
pada permukaan eksternal ilium (diantara linea glutealis posterior dan inferior).
Sedangkan insertionya pada permukaan lateral dari trochanter mayor.
3. Gluteus minimus
Gluteus minimus merupakan otot terkecil pada regio gluteal. Gluteus minimus
berfungsi sama dengan gluteus medius, yaitu untuk abduksi dan endorotasi paha.
Otot ini diinervasi oleh n. Glutealis superior. Berorigo pada permukaan eksternal
ilium (diantara glutealis inferior dan anterior). Sedangkan insertionya pada
permukaan anterior dari trochanter mayor.
4. Tensor fascia lata
Tensor fascia lata adalah otot yang terletak pada paha. Otot ini berfungsi untuk
fleksi, rotasi medial, abduksi, dan stabilisasi trunk pada paha. Otot ini diinervasi
oleh n. Glutealis superior. Otot ini berorigo pada SIAS, bagian anterior dari crista
illiaca. Sedangkan insertionya pada traktus iliotibialis yang menempel pada
kondylus lateralis tibia.
5. Piriformis
Piriformis adalah otot yang terletak profundus dari regio gluteus. Piriformis
berfungsi untuk eksorotasi paha yang terekstensi, mengabduksi paha terfleksi. Otot
ini diinervasi oleh nn. Ramus anterior S1 dan S2. Otot ini berorigo pada
permukaan anterior sacrum dan ligamentum sacrotuberous. Sedangkan insertionya
pada margo superior trochanter mayor.
6. Obturator internus
Obturator internus merupakan otot yang sebagian terletak didalam kavitas pelvis,
dan sebagian lagi terletak diposterior tulang sendi pinggul. Otot ini berfungsi untuk
membantu rotasi lateral pada femur dengan ekstensi pinggul, dan abduksi femur
dengan fleksi pinggul, juga mengkokohkan posisi caput femoris didalam
acetabulum. Otot ini diinervasi oleh n. Obturator internus. Berorigo pada
membrana obturatoria (permukaan dalam) dan mengelilingi tulang. Sedangkan
insertionya pada permukaan medial dari trochanter mayor (fossa trochanterica)
7. Gemelli superior dan inferior
Gemelli superior dan inferior diinervasi oleh saraf yang berbeda, superior oleh n.
Obturator internus, inferior oleh n. Quadratus femoris. Gemelli superior dan
inferior memiliki fungsi yang sama, yaitu membantu rotasi lateral femur dan
pinggul, eksorotasi paha yag terekstensi, dan mengkokohkan caput femoris dalam
acetabulum. Origo dari otot ini juga berbeda, superior berorigo pada spina
ischiadica, inferior pada tuber osis ischia. Sedangkan insertionya sama, yaitu pada
permukaan medial dari trochanter mayor (fossa trochanterica).
8. Quadratus femoris
Quadratus femoris merupakan otot yang datar, quadrilateral pada otot skeletal.
Terletak di sisi posterior dari tulang sendi pinggul. Otot ini berfungsi untuk
eksorotasi paha, mengkokohkan posisi caput femoris dalam acetabulum. Diinervasi
oleh n. Quadratus femoris. Berorigo pada margo lateral tuber ischiadicum.
Sedangkan insertionya pada tuberculum quadratus pada krista intertrochanterica
dan area dibawahnya.
C. Etiologi
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
D. Klasifikasi
Ada dua jenis abses, septik dan steril.
1. Abses septic
Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti bahwa mereka adalah hasil dari
infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh. Hanya bakteri dan respon
kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap bakteri, sel-sel
darah putih yang terinfeksi berkumpul dan mulai memproduksi bahan kimia yang
disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih dahulu ditandai dan
kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan menghancurkan mereka
ke potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem peredaran darah sebelum
menjadi dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna
jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang
serupa. Hasilnya adalah cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri mati,
jaringan mati, sel-sel darah putih, dan enzim. Abses adalah tahap terakhir dari
suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses yang disebut peradangan
2. Abses steril
Abses steril kadang-kadang bentuk yang lebih ringan dari proses yang sama bukan
disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh non-hidup iritan seperti obat-obatan. Jika
menyuntikkan obat seperti penisilin tidak diserap, pada area penyuntikkan dapat
menyebabkan iritasi yang cukup untuk menghasilkan abses steril. Akibat abses
steril tidak diikuti oleh infeksi bakteri. Abses steril cukup cenderung berubah
menjadi keras, padat benjolan karena mereka bekas luka, bukan kantong-kantong
sisa nanah.
E. Patofisiologi
Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakanakan jaringan
dengan cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin
yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada
perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak
jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan
jaringan, kematian jaringan kemudian menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi
merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang
terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi. Kalor
terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi secara
sistemik.
apabila disebabkan oleh benda asing karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila
tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya,
bersama dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik. Drainase, abses dengan
menggunakan pembedahan biasanya diindikasi apabila abses telah berkembang dari
peradangan serasa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan.
Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan
untuk membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilokokus seperti flucloxacillin atau didoxacillin sering digunakan. Dengan adanya
kemunculan stophylococcus aureus yang dapat melalui komunitas, antibiotik biasa
tersebut menjadi tidak efekif.
J. Pencegahan
Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri
merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.
Daftar Pustaka