Anda di halaman 1dari 32

PERIODE PERINTISAN DAN PELAPORAN.

1. Sebelum 1957-pembatasan kelahiran secara tradisional


(penggunaan ramuan ,pijet,absistensi/bilas liang
senggama setelah coitus).

2. Perrkembangan birth control di daerah – Berdiri klinik


YKK (Yayasan Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta.
Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI
tahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di
poliklinik bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar
pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan
PERIODE PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN.

 Terbentuk LKBN (Lembaga keluarga berencana


Nasional) yang mempunyai tugas pokok
mewujudkan kesejahteraan sosial,keluarga dan
rakyat.

 Bermunculan proyek KB sehingga mulai


diselenggarakan latihan untuk PLKB(petugas
lapangan keluarga berencana).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan KB di Indonesia
1. Sosial Ekonomi
2. Budaya
3. Pendidikan
4. Agana
5. Status Wanita
1. PKBI(Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
 Terbentuk tgl 23 Desember 1957,di jalan Sam
Ratulangi No.29 Jakarta.
 Atas prakarsa dr. Suharto yang didukung oleh Prof.
Sarwono Prawirohardjo, dr H.M.Judono, dr.Hanifa
wiknjosastro dan dr.Hurustiati Subandrio.
 Pelayanan yang diberikan berupa nasehat
perkawinan, termasuk pemeriksaan kesehatan calon
suami istri, pemeriksaan dan pengobatan
kemandulan dlm perkawinan dan pengaturan
kehamilan.
VISI PKBI
 Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.

MISI PKBI
 Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga
bertanggung jawab dalam keluarga Indonesia melalui
pengembangan program,pengembangan jaringan dan
kemitraan dg semua pihak pemberdayaan masyarakat di
bidang kependudukan secara umum dan secara khusus di
bidang kesehatan reproduksi yg berkesetaraan dan berkeadilan
gender.
2. BKKBN
TUPOKSI :
Tugas BKKBN:

“Melaksanakan tugas pemerintahan


di bidang pengendalian penduduk
dan penyelenggaraan keluarga
berencana”
Fungsi BKKBN:

1. Perumusan kebijakan nasional, pemaduan dan


sinkronisasi kebijakan di bidang KKB;
2. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang KKB;
3. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang
pengendalian penduduk dan KB;
4. Penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi di
bidang KKB;
5. Penetapan perkiraaan pengendalian penduduk secara
nasional;
6. Penyusunan desain Program KKBPK;
Fungsi BKKBN :
7. Pengelolaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB
(PKB/PLKB);
8. Pengelolaan dan penyediaan alat dan obat kontrasepsi
untuk kebutuhan Pasangan Usia Subur (PUS) nasional;
9. Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga
10. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi
kemasyarakatan tingkatnasional dalam pengendalian
pelayanan dan pembinaan kesertaan ber-KB dan
Kesehatan Reproduksi (KR);
11. Pengembangan desain program pembangunan keluarga
melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga;
Fungsi BKKBN :
12. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi
kemasyarakatan tingkat nasional dalam pembangunan
keluarga melalui ketahanan dan kesejahteraan
keluarga;
13. Standardisasi pelayanan KB dan sertifikasi tenaga
penyuluh KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB);
14. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang
pengendalian penduduk dankeluarga berencana; dan
15. Pembinaan, pembimbingan dan fasilitas di bidang KKB.
Selain menyelenggarakan fungsi tersebut, BKKBN juga
menyelenggarakan fungsi sbb:

1. Penyelenggaraan pelatihan, penelitian dan


pengembangan di bidang KKB;
2. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas
administrasi umum di lingkungan BKKBN;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawab BKKBN;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
BKKBN; dan
5. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di
bidang KKB.
Visi Misi BKKBN

VISI
Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas

MISI

1. Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.


2. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
3. Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
4. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
5. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten.
Tiga Nilai Revolusi Mental BKKBN

1. Integritas (jujur, dipercaya, disiplin, bertanggung


jawab, dan tidak munafik)

2. Etos kerja (kerja keras, kerja cerdas, berdaya saing,


optimis, inovatif, dan produktif)

3. Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal,


dan berorientasi pada kemaslahatan umum)
 Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
(Undang-undang No. 10/1992).
 Keluarga Berencana (Family Planning, Planned
Parenthood) : suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
 WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu
individu/ pasutri untuk: Mendapatkan objektif-obketif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga.
 Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
 Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga.
 Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki
kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa;
Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-
upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
RPJMN 2015 – 2019 :
1. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk (LPP)
2. Menurunnya Angka kelahiran total (TFR) per WUS
(15-49 tahun)
3. Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR)
4. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak
terpenuhi (unmet need)
5. Menurunnya Angka kelahiran pada remaja usia
15-19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun)
6. Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari
WUS (15-49 tahun)
1. Sasaran langsung : adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan.
2. Sasaran tidak langsung : adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
5. Pendidikan sex (sex education)
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi
perkawinan
7. Konsultasi genetik
8. Tes keganasan
9. Adopsi
Strategi Pendekatan
1. Pendekatan kemasyarakatan (Community
appoach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan
peran serta masyarakat (kepedulian) yang dibina dan
dikembangkan secara berkelanjutan.

2. Pendekatan koordinasi aktif (active


coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB
dan pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat
saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang
sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan
kemitraan sejajar.
Strategi Pendekatan
3. Pendekatan integrative(Integrative approach).
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan
agar dapat mendorong dan menggerakkan potensi
yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua
pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi
pemberi pelayanan (provider) dan penerima
pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
Strategi Pendekatan
5. Pendekatan kemandirian(self rellent
approach).
Memberikan peluang kepada sektor
pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah
mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB
nasional.
Strategi Pendekatan
6. Pendekatan 3 deminsi (three dimension
approach).
Strategi tiga dimensi program KB sebagai
pendekatan program KB nasional, dimana
program tersebut atas dasar survey pasangan usia
subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang
terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
Strategi Pendekatan
Pendekatan tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap
pengelolaan program KB sebagai berikut :
1. Tahapan perluasan jangkauan.
a) Coverage wilayah
b) Coverage khalayak.

2. Tahapan pelembagaaan.
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap
potensi yaitu tahap perluasan jangkauan. Tahap coverage
wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap ini
inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 %
dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode
jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-
momentum besar
Strategi Pendekatan
3. Tahapan pembudayaan program KB.
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan
propinsi seluruh Indonesia. Sedangkan tahap
coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS
yang menolak, oleh sebab itu pendekatan program
KB dilengkapi dengan pendekatan
Takesra(tabungan klg sejahtera) dan Kukesra(kridit
usaha keluarga sejahtera).
Cara Operasional Program Pelayanan KB
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan
dengan memberikan penerangan konseling, advokasi,
penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan
massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan
sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
Cara Operasional Program Pelayanan KB

2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB


Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi
Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa
aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan
kegagalan.
Cara Operasional Program Pelayanan KB

3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah


PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta
kerjasama institusi pemerintah (Dinas Kesehatan,
BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan,
baik petugas KB, bidan, dokter berupa pelatiha)
1. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak
kelahiran maka manfaatnya :
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya
kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang
terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cuku untuk
mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang
serta melakukan kegiatan lainnya
2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya dalam keadaan sehat
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan
dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut
memang diinginkan dan direncanakan
3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :
a) Memberi kesempatan kepada anak agar
perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap
anak memperoleh makanan yang cukup dari
sumber yang tersedia dalam keluarga
b) Perkembangan mental dan sosialnya lebih
sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik
dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan
oleh ibu untuk setiap anak
c) Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih
baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga
tidak habis untuk mempertahankan hidup
semata-mata
4. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya
agar dapat :
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena
kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu
terluang untuk keluarganya.

5. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya :


Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota
keluarga tergantung dari kesehatan seluruh keluarga.
Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang
lebih banyak untuk memperoleh pendidikan

Anda mungkin juga menyukai