Anda di halaman 1dari 14

Implementasi K3 dalam

Laboratorium Penelitian
Disusun oleh :
Adelia Pratiwi P07134117041
Agista Kusuma Wijaya P07134117043
Aisyah Nur Ariyani P07134117044
Nabela Ratna Dewi P07134117061
Salma Puspita Nuralam P07134117070
Widyaningsih P07134117076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2017
Pengertian

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah


salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut
hal hal sebagai berikut :

1. Orang yang tak berkepentingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang
tidak diinginkan.
2. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan
kimia, alat-alat dan cara pemakaiannya.
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium.
4. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower,
respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
5. Setiap laboran atau pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat (P3K).
6. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan saja
7. Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk laboran dan
kepala Laboratorium.
8. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di laboratorium
9. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas meja
kerja.
Adapun hal umum yang harus diperhatikan sebagai berikut :

1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia


2. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada
perintah khusus (cukup dengan mengkibaskan kearah hidung)
4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit
menimbulkan iritasi (pedih dan gatal)
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat,
pokok bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat :

1. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya


seperti : Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang,
Optik, Magnet,Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
2. Pengelompokan alat – alat biologi menurut golongan
percobaannya, seperti : Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
3. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat
tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.
4. Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu
dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak digunakan.
Penyimpanan alat dan bahan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan
dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap
kering dan mencegah tumbuhnya jamur.
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak
terpasang.
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan
dan beaker glass.
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya
tidak melebihi tinggi bahu.
5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun
menurut abjad.
6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat
kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan
ventilasi yang baik.
Cara menyimpan bahan laboratorium
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol
plastik.Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam
botol kaca.
2. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya
disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara
langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
3. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari
bahan lainnya.
4. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar
dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia
dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada
saat itu.
5. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masingmasing
bahan.
PENANGANAN KEBAKARAN DI LABORATORIUM

1. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop


kontak
2. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang
mudah terbakar
3. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api)
4. Jauhkan alat atau bahan yang mudah terbakar (misal kertas,
alkohol)
5. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran
PENANGANAN JIKA TERKENA BAHAN KIMIA DI
LABORATORIUM
1. Jangan panik .
2. Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya
dilarang bekerja sendirian di laboratorium.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan
tersegut, bila memungkinkan bilas sampai bersih
4. Bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata.
5. Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup oksigen.
6. Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik
secepatnya. Terjadi Kebakaran Kebakaran bisa saja terjadi di
laboratorium, karena di dalamnya banyak tersimpan bahan yang
mudah terbakar
PENANGANAN JIKA TERJADI GEMPA SAAT DI
LABORATORIUM
1. Jangan panik.
2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja,
kolong kasur, lemari.
3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpananzat kimia, kaca.
4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran
gas,tersengat listrik.
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.
DESAIN LABORATORIUM

Laboratorium harus didesain dengan perlindungan


kebakaran yang sesuai dengan bangunan dan kode
perlindungan kebakaran dengan pertimbangan dari otoritas
kebakaran. Beberapa kode NFPA yang dapat diterapkan untuk
laboratorium adalah NFPA 10, NFPA 30, NFPA 45, NFPA 45,
NFPA 101, NFPA 704, dan NFPA kode 45. Beberapa elemen
dasar dari desain untuk perlindungan kebakaran meliputi
ketahahan pintu, ketahanan internal layout, klasifikasi area
berbahaya, ventilasi mekanis, dan sistem alarm kebakaran.
Laboratorium juga dapat dilengkapi dengan rambu-rambu
bahaya untuk memberikan komunikasi kepada pekerja terkait
risiko dan alat pelindung diri yang harus dipakai.
Penanganan Limbah Laboratorium
1. Limbah Cair
a. Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam bentuk
cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga proses
pembuangan limbah cair tidak terhambat.
b. Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan
langsung dibuang ketempat umum karena akan
mengganggu dan mencemari lingkungan umum.
2. Limbah Padat
a. Limbah padat yang dihasilkan oleh laboratorium dikemas
jadi satu dan diletakkan di tempat yang tertutup.
b. Limbah yang dihasilkan akan dilakukan pengangkutan
dan pengolahan oleh pihak ke-3
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai