Anda di halaman 1dari 30

DEMENSIA

DELIRIUM
Oleh :
Faradila Praginta S.
142011101089

Pembimbing :
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
dr. Inke Kusumastuti, Sp.KJ

KSM Ilmu Kesehatan Jiwa


RSD dr.Soebandi Jember
Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
2019
DEMENSIA
PPDGJ III

Suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya kronik/progresif serta terdapat gangguan
fungsi luhur, termasuk daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman, berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, dan kemampuan menilai.

Dampak terdapat gangguan fungsi kognitif multiple seperti


 Gangguan daya ingat
 Gangguan daya pikir
 Gangguan daya nilai
Kesadaran tidak berkabut
 Kemampuan berbahasa
 Penempatan dalam ruang (visuospatial)
DEMENSIA
Epidemiologi

Demensia pada umumnya adalah penyakit para lansia. Menurut Practice Guidelines for
the Treatment of Patients with Alzheimer’s Disease of Late Life dari The American
Osychiatric Association, awitan penyakit ini umumnya paling kerap terjadi pada usia
60-80 ke atas, namun pada kasus yang jarang gangguan ini muncul pada usia 40an
yang disebut dengan demensia awitan dini.
DEMENSIA
Epidemiologi

Demensia
5-20%
Vaskular

5-8% umur 65-70 th


15-20% umur 75-80 th Denga Lewy
40-50% umur >85 th 15-30%
bodies

Demensia
50-70%
Alzheimer
DEMENSIA
Patofisiologi

Proses degenerasi
•Demensia pada penyakit Alzhaimer, Pick, dan Huntington

Gangguan pembuluh darah


•Penyumbatan/ pecahnya pembuluh darah pada cerebro-vascular accident (stroke)

Infeksi (ensefalitis)
•Lues (demensia paralitika), virus (dementia HIV)

Gangguan toksik, metabolik, endokrin


•Dementia akibat kekurangan thiamin, hipotiroid, hipoglikemia

Trauma kapitis
•Gangguan subdural hematoma

Gangguan otak lain


•Tumor otak, penyumbatan
Klasifikasi menurut anatomi

Ensefalopati HIV
Alzheimer
Peny. Huntington
DEMENSIA
Pedoman Diagnosis

Penurunan daya ingat dan daya pikir sampai


mengganggu kegiatan harian seseorang
(personal activity of daily living)

Diagnosis Tidak ada gangguan kesadaran

Demensia (clear consciousness)

Gejala dan disabilitas sudah nyata


paling sedikit 6 bulan
DEMENSIA
Klasifikasi

DEMENSIA Demensia pada penyakit Alzheimer (F00)

Demensia Vaskular (F01)

Demensia pada Penyakit lain (F02)

Demensia ytt (F03)


Demensia pada penyakit Alzheimer (F00)
 Terdapatnya gejala demensia
 Onset bertahap dengan deteriorasi lambat
 Tidak adanya bukti yang menyatakan bahwa kondisi mental dapat
disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain (hipotiroidisme,
hiper-kalsemia, def. vit B12, defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus
tekanan normal, hematom subdural)
 Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologi
kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik,
defek lapang pandang, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini
dari gangguan itu
Demensia pada penyakit Alzheimer Onset Dini (F00.0)
 Onset sebelum usia 65 th
 Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteriorasi)
 Ada riwayat keluarga yang punya penyakit Alzheimer (merupakan faktor
penyokong diagnosis tetapi tidak harus terpenuhi)

Demensia pada penyakit Alzheimer Onset Lambat (F00.1)


 Onset sesudah usia 65 th
 Perkembangan gejala lamban
 Gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya
Demensia pada penyakit Alzheimer Tipe Tak Khas atau Tipe
Campuran (F00.2)

 Tidak memenuhi kriteria diagnosis F00.0 / F00.1


 Demensia Alzheimer + Vaskuler

Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (F00.9)


Demensia Vaskular (F01)
 Terdapat gejala demensia
 Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
(mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala
neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai ( judgment) relatif
tetap baik
 Onset mendadak disertai adanya gejala neurologis fokal
(meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskular)

 Pertimbangkan CT-Scan atau pemeriksaan neuropatologis lainya


Demensia Vaskular Onset Akut (F01.0)

 Terjadi secara cepat sesudah serangkaian “STROKE” akibat trombosis


serebrovaskular, emboli, atau perdarahan
 Pada kasus jarang : satu infark besar dapat sebagai penyebabnya

Demensia Multi-infark (F01.1)


 Onset lebih lambat
 Setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi
dari infark pada parenkim otak
Demensia Vaskular Subkortikal (F01.2)

 Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansi alba di hemisfer serebral


(ditunjang dengan adanya CT-Scan). Gambaran klinis mirip dengan
demensia pada penyakit Alzheimer

Demensia Vaskular Campuran Kortikal-Subkortikal (F01.3)

 Campuran kortikal dan subkortikal


 Dilihat dari gambaran klinis, hasil pemeriksaan

Demensia Vaskular Lainnya (F01.8)

Demensia Vaskular YTT (F01.9)


Demensia pada penyakit Lain YDK (F02)

Demensia pada penyakit Pick (F02.0)

 Adanya gejala demensia progresif


 Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus frontalis
yang menonjol, disertai euforia, emosi tumpul, perilaku sosial kasar
, disinhibisi, apatis / gelisah
 Manifestasi gangguan perilaku biasanya mendahului gangguan daya
ingat
Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob (F02.1)
Trias
 Demensia progresif merusak
 Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus
 EEG : trifasik

Demensia pada penyakit Huntington (F02.2)


 Demensia, Gangguan gerakan koreiform, riwayat keluarga penyakit
Huntington
 Gerakan koreiform mendahului gejala demensia
 Gejala demensia dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap
dini (daya ingat relatif masih terpelihara)
Demensia pada penyakit Parkinson (F02.3)

Demensia pada penyakit HIV (F02.4)

Demensia pada penyakit Lain YDT YDK(F02.8)

Demensia YTT (F03)


DEMENSIA
Penyulit

 Berjalan tanpa tujuan sampai tersesat


 Penderita beberapa kali terjatuh dan fraktur
 Rentan terhadap penyakit dan kecelakaan
 Mencelakakan diri sendiri dan orang lain
DEMENSIA
Tatalaksana
MEMPERBAIKI FUNGSI KOGNITIF
1. Choline esterase inhibitor  Donepezil 5-10mg p.o/hari dosis tunggal.
Rivastigmine 2x2,5mg p.o/hari selama 2 minggu
2. Piratcetam  3x800 mg p.o/hari selama 6 minggu

MENGATASI MASALAH PERILAKU


1. Choline esterase inhibitor
2. Anti-psikosis  Haloperidol/ Risperidone 0,5-4 mg p.o/ hari
3. Anti-cemas  Lorazepam 0,5-2 mg p.o/ hari
4. Anti-konvulsan  Carbamazepin 200-600 mg p.o/ hari
5. Anti- depresan Amitriptylin 10-75 mg p.o/ hari
6. Dukungan caregiver
DELIRIUM
DEFINISI
Sindrom otak organik karena adanya gangguan fungsi dan metabolisme dari otak
secara umum, atau secara keracuan yang menghambat metabolisme otak, bersifat
reversible dan biasanya akut

PASIEN RISIKO TINGGI


Anak-anak
Lanjut usia (>60 tahun)
Gangguan susunan sistem saraf pusat  Parkinson, tumor
Pasca bedah
Luka bakar
Lepas zat pada pecandu zat psikoaktf
Pernah mengalami delirium sebelumnya
DELIRIUM
Patofisiologi

GANGGUAN SISTEMIK
• Sepsis, gangguan metabolic akut (asidosis, gagal ginjal), disfungsi kelenjar tiroid/
paratiroid, pasca bedah, hipoksia, gagal paru, anemia, toksin gas CO

GANGGUAN PADA OTAK


• Meningitis, ensefalitis, HIV, tumor, trauma

KEADAAN LEPAS ZAT PADA PENYALAHGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF

TANPA ETIOLOGI SPESIFIK


DELIRIUM
Klasifikasi

DELIRIUM Delirium tak tumpang tindih pada Demensia (F05.0)

(F05)
Delirium tumpang tindih pada Demensia (F05.1)

Delirium lainnya (F05.8)

Delirium ytt (F05.9)


Delirium, Bukan Akibat Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya F05

Gangguan kesadaran dan perhatian


- Kesadaran berkabut – koma
- Penurunan kemampuan memusatkan, mengarahkan,
mempertahankan perhatian

Gangguan kogitif secara umum, psikomotor


- Distorsi persepsi, ilusi, halusinasi terutama visual
Pedoman - Hendaya daya pikir dan inkoherensi ringan (khas)
- Hendaya daya ingat jangka pendek dan segera
Diagnosis - Disorientasi waktu – tempat – orang
Gangguan Siklus Tidur-bangun

Gejala dan disabilitas sudah nyata


kurang dari 6 bulan
Delirium, Tak Bertumpang-tindih dengan Demensia F05.0

Delirium, Bertumpang-tindih dengan Demensia F05.1

Delirium Lainnya F05.8

Delirium YTT F05.9


DELIRIUM
Diagnosis Banding

Diagnosis Banding

Demensia

Gangguan suasana perasaan (manik, depresi)

Skizofrenia akut

Psikosis akut dan sementara


DELIRIUM
Prognosis

Gejala delirium bertambah selama faktor etiologi belum disingkirkan


 Delirium hilang 3-7 hari dan selambat-lambatnya 2 minggu setelah
faktor
Semakin tua, semakin lama kondisi delirium berlangsung
 Delirium sering diikuti dengan gangguan cemas pasca trauma dan
depresi
DELIRIUM
Tatalaksana

1. Atasi etiologi
2. Monitoring gejala psikiatrik
a) Terapi Suportif
- Haloperidol 0,5-1 mg p.o/i.v tiap 4 jam prn
- Risperidone 0,5-1 mg p.o/i.v tiap 4 jam prn
- Lorazepam 0,5-1 mg p.o/i.v tiap 4 jam prn  khusus pada delirium akibat
alcohol dan “Benzodiazepine withdrawal”
b) Manipulasi Lingkungan
- Ruangan tidak berisik, terang
- Suasana familiar
- Caregiver yang dikenal pasien
- Pasien dijaga dari melukai diri sendiri
Perbedaan Demensia - Delirium
Gambaran Klinis Demensia Delirium
Gangguan daya ingat +++ +++
Gangguan proses pikir ++ +++
Gangguan daya nilai +++ +++
Kesadaran berkabut +++ -
Major attention deficits +++ +
Fluktuasi perjalanan penyakit (1 hari) +++ +
Disorientasi +++ ++
Gangguan persepsi jelas ++ -
Inkoherensi ++ +
Gangguan siklus tidur-bangun ++ +
Eksaserbasi nokturnal ++ +
Insight / Tilikan ++ +
Awitan akut / subakut ++ -
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai