Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 3:

Chyndi Krismonica .D
Dea Andreani
Friska Catur .W
Haryani
Jihan Nursantosa
Nenden Puspita
Rudianto Ramadhan
Serliana
Yogi Prasetyo .W
LATAR BELAKANG (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau dalam


bahasa umumnya dinyatakan sebagai
pembesaran prostat jinak (PPJ).
Di dunia, diperkirakan bilangan penderita BPH
adalah seramai 30 juta, bilangan ini hanya pada
kaum pria karena wanita tidak mempunyai
kalenjar prostat, maka oleh sebab itu, BPH terjadi
hanya pada kaum pria (emedicine,2009).
Definisi

BPH adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat


mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke
dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine
dengan menutupi orifisium uretra.
Menurut Price & Wilson (2005)
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang
disebabkan oleh penuaan.
Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara


pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH, namun
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat
kaitanya dengan peningkatan
kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses
menua.
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa
hipotesis yang diduga menjadi penyebab
timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH
menurut Purnomo (2011).
Teori penyebab BPH menurut Purnomo (2011) meliputi

Teori Teori hormon Teori berkurangnya


Dehidrotestosteron (ketidakseimbangan kematian
(DHT) antara estrogen dan sel (apoptosis)
testosteron)
Manifestasi Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan diluar saluran kemih.
Menurut Purnomo (2011) dan tanda dan gejala dari BPH yaitu :
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah,
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
3. Gejala di luar saluran kemih.

Patofisiologi
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap kelenjar.
Pada prostat normal rasio stroma dibanding dengan kelanjar adalah
2:1, pada BPH, rasionya meningkat menjadi 4:1.
Hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos
prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa
prostat yang menyebabkan obstruksi komponen statik sedangkan
tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai
penyebab obstruksi prostat.
Penatalaksanaan Medis
Menurut Sjamsuhidjat (2012) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH
tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis:
 Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah,
diberikan pengobatan konservatif.
 Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan
biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra).
 Pada stadium III
Pada stadium III reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar.
 Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan
penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter
atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk melengkapi diagnosis.
KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Keluarga
5. Riwayat Pengobatan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu.
b.Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual
untuk mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis.
Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan
menonjol.
Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa
ingin miksi.
Diagnosa keperawatan
 Pre Operasi :
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder dari
pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor dan
ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat.
2. Kecemasan atau ancietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi prosedur bedah.
 Post Operasi
Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi
sekunder pada post operasi.
Rencana keperawatan
 Pre Operasi
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder dari
pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor dan
ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat.
Tujuan : Setelah di lakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien
Kriteria hasil : Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/jam, tidak teraba distensi
kandung kemih.
Lanjutan…
2. Kecemasan/ ancietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi prosedur bedah.
Tujuan : Setelah di lakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24 jam
kecemasan klien berkurang.
Kriteria hasil
Klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya,
dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya,
kooperatif terhadap tindakan, wajah tenang.

 Post Operasi
Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder
pada post operasi.
Tujuan: Setelah di lakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang, Ekspresi wajah klien
tenang, TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, RR:16-24
x/mnt,N:80-100x/mnt,T:36’C)
KESIMPULAN

BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang


disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat
mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara
menutupi orifisium uretra.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara
pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH, namun beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses
menua.
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai