(BERDASARKAN AHA 2015) M A R IA W IS N U K A NITA BLS PADA ORANG DEWASA • Pada algoritma BHD pada orang dewasa, penekanan diberikan pada pengenalan langsung terhadap serangan jantung dan penerapan kompresi yang efisien dan defibrilasi dini. • Untuk segera mengenali henti jantung, perawat dilatih untuk menilai ketidakresponsifan seseorang dan / atau tidak adanya pernapasan atau adanya suara napas abnormal.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• AHA 2015: • Kompresi dilakukan pada kecepatan 100-120 per menit. • Orang awam Hands only CPR
CPR harus dilakukan sampai adanya return of spontaneous
circulation (ROSC).
High quality CPR:
Kedalaman yang adekuat Jumlah kompresi dada
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• Pengecekan nadi dilakukan kurang dari 10 detik • CPR yang dilakukan oleh tim harus termasuk Kompresi yang simultan dan Rescue breathing. • Deteksi ritme jantung harus dilakukan segera setelah AED atau defibrillator tersedia semakin lama diberikan akan menurunkan kelangsungan hidup (pada VF dan VT)
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• Bila korban tidak responsif terhadap sentuhan (dengan menanyakan "Apakah Anda baik-baik saja?"), maka petugas kesehatan harus mengamati korban untuk bernafas selama 5 sampai 10 detik. • Jika ada respirasi, korban harus dipasangkan monitor jantung. Jika tidak, perawat harus mengaktifkan EMS dan mengambil kembali AED sendiri atau oleh perawat kedua.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• Denyut nadi harus diperiksa tidak kurang dari 5 detik dan tidak lebih dari 10 detik.
• Jika ada denyut nadi pasti, maka rescue breathing
harus dilakukan satu detik setiap enam detik dengan pemeriksaan ulang setiap 2 menit.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• Jika korban tidak memiliki denyut nadi, ataukah tidak terasa, maka kompresi dan breathing harus dimulai pada rate 30: 2.
• Dengan 2 ventilasi setiap 30 kompresi. Kompresi
harus dilakukan pada kecepatan 100 – 120 / menit.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• Bila AED atau defibrillator tersedia, maka Health Care Providers (HCP) harus memeriksa ritme korban. Jika ritme harus dilakukan shock, maka syok pertama harus diberikan dengan segera. CPR dilakukan selama 2 menit berikutnya, dimulai dengan cepat (dalam detik) dari syok yang diberikan. • Jika ritme tidak bisa diberikan shock, maka HCP harus menjalani CPR selama 2 menit dan periksa ulang ritme setiap 2 menit.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
Lanjutkan CPR sampai Advaced Life Support (ALS) tersedia, dengan: • Tekanan dada berkualitas tinggi • Posisikan pasien pada permukaan keras pada posisi telentang • Minimal interupsi untuk ventilasi • 18 detik per siklus • Kecepatan kompresi yang cukup: > 100 / menit • Ketebalan kompresi yang dalam: 2-2,4“ (5-6cm) • Biarkan dada terasa kencang • Jangan terlalu berventilasi
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
BLS PADA PEDIATRIK • Pada anak usia satu sampai remaja, denyut nadi harus diperiksa di arteri karotid. Pada bayi, nadi brakialis yang dinilai. • Dengan tidak adanya denyut nadi, penyelamat tunggal harus memulai CPR dengan 30 kompresi kualitas tinggi diikuti dengan 2 ventilasi. Jika dua penyedia layanan kesehatan tersedia, siklus kompresi dan ventilasi harus 15: 2.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• Kompresi berkualitas tinggi di CPR dilakukan dengan minimal 1/3 diameter dada, atau sekitar 1 ½ inci pada bayi (4 cm) dan 2 inchi pada anak-anak dari usia satu sampai remaja. • Tingkat kompresi harus 100-120 per menit. • Chest recoil harus lengkap disetiap kompresi.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
• Kompresi pediatrik dilakukan dengan kepala satu tangan di atas ½ bagian bawah sternum, di antara puting susu.
• Pada bayi, gunakan dua jari untuk melakukan
kompresi.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
HIGH QUALITY CARDIOPULMONARY RESUSCITATION 1. Kompresi harus dimulai dalam waktu sepuluh detik setelah penentuan henti jantung. 2. Tingkat kompresi harus 100 – 120 per menit. 3. Kedalaman kompresi harus 2“ – 2,4" untuk orang dewasa, kira-kira 2“ untuk anak-anak dari usia satu sampai remaja, dan 1 ½" (4 cm) untuk bayi. Kedalaman kompresi harus 1/3 diameter dada AP untuk anak-anak dan bayi.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
4. Harus ada rekoil dada lengkap setelah setiap kompresi.
5. Interupsi pada kompresi dada harus diminimalkan.
Saat memberi shock, interval antara kompresi terakhir dan shock harus dijaga kurang dari 10 detik, semestinya selang antara shock dan kompresi berikut.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
6. Kompresi harus dimulai rescue breathing. CPR harus dimulai dengan 30 penekanan, untuk mempersingkat penundaan pada penekanan pertama, 7. Saat memberi nafas, efektifitas bisa dipastikan dengan memperhatikan kenaikan dada. 8. Semua ventilasi yang berlebihan harus dihindari; Ventilasi yang berlebihan dapat menyebabkan aspirasi, muntah atau pneumonia.
BLS - MARIA WISNU KANITA - 2019
BASIC LIFE SUPPORT/ BANTUAN HIDUP DASAR (BERDASARKAN AHA 2015) MARIA WISNU KANITA