Anda di halaman 1dari 22

ANTITUSIF DAN EKSPEKTORAN

BY : NURUL NADHILAH & MILA


KARMELIA NABILA
PENDAHULUAN
• Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang
melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan
suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan
paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas
tetap bersih dan terbuka dengan jalan : Mencegah
masuknya benda asing ke saluran nafas,
Mengeluarkan benda asing atau sekret yang
abnormal dari dalam saluran nafas.
• Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai
gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan
tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan
kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit.
JENIS-JENIS BATUK
Batuk Akut

• Batuk akut berlangsung selama kurang dari


tiga minggu dan merupakan simptom
respiratori yang sering dilaporkan ke praktik
dokter. Kebanyakan kasus batuk akut
disebabkan oleh infeksi virus respiratori yang
merupakan self-limiting dan bisa sembuh
selama seminggu
Batuk Kronis

• Batuk kronis berlangsung lebih dari delapan


minggu. Batuk yang berlangsung secara
berterusan akan menyebabkan kualitas hidup
menurun yang akan membawa kepada
pengasingan sosial dan depresi klinikal
(Haque, 2005). Penyebab sering dari batuk
kronis adalah penyakit refluks gastro-
esofagus, rinosinusitis dan asma.
MEKANISME BATUK
• Pola dasar batuk bisa dibagi kepada empat
komponen yaitu inspirasi dalam yang cepat,
ekspirasi terhadap glotis yang tertutup,
pembukaan glotis secara tiba-tiba dan
terakhir relaksasi otot ekspiratori (McGowan,
2006).
JENIS-JENIS OBAT BATUK
1 Mukolitik
• Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan
cara mengencerkan sekret saluran pernafasan
dengan jalan memecah benang-benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum
(Estuningtyas, 2008). Agen mukolitik berfungsi
dengan cara mengubah viskositas sputum melalui
aksi kimia langsung pada ikatan komponen
mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat di
pasaran adalah bromheksin, ambroksol, dan
asetilsistein .
BROMHEKSIN

Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicine


merupakan suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan
kepada penderita bronkitis atau kelainan saluran pernafasan yang
lain. Obat ini juga digunakan di unit gawat darurat secara lokal di
bronkus untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien

AMBROKSOL

Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki


mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang
diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada keratokonjungtivitis
sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir
prematur dengan sindrom pernafasa
ASETILSISTEIN

Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita penyakit


bronkopulmonari kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus,
penyakit bronkopulmonari akut, penjagaan saluran pernafasan dan
kondisi lain yang terkait dengan mukus yang pekat sebagai faktor
penyulit
2 Ekspektoran
• Ekspektoran merupakan obat yang dapat merangsang
pengeluaran dahak dari saluran pernafasan
(ekspektorasi).
• Penggunaan ekspektoran ini didasarkan pengalaman
empiris. Tidak ada data yang membuktikan efektivitas
ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan.
• Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi
mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks
merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan lewat
nervus vagus, sehingga menurunkan viskositas dan
mempermudah pengeluaran dahak.
• Obat yang termasuk golongan ini ialah ammonium
klorida dan gliseril guaiakoiat
AMMONIUM KLORIDA

Menurut Estuningtyas (2008) ammonium klorida jarang digunakan


sebagai terapi obat tunggal yang berperan sebagai ekspektoran tetapi
lebih sering dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau
antitusif.

GLISERIL GUAIAKOLAT

Penggunaan gliseril guaiakolat didasarkan pada tradisi dan kesan


subyektif pasien dan dokter. Tidak ada bukti bahwa obat bermanfaat
pada dosis yang diberikan. Efek samping yang mungkin timbul
dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah. Ia tersedia
dalam bentuk sirup 100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2
hingga 4 kali, 200-400 mg sehari.
3 Antitusif

• Antitusif adalah obat yang menekan refleks


batuk, digunakan pada gangguan saluran
nafas yang tidak produktif dan batuk akibat
teriritasi.
• Secara umum berdasarkan tempat kerja obat
antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di
perifer dan antitusif yang berkerja di sentral.
Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas
golongan narkotik dan non-narkotik.
Antitusif yang bekerja di perifer.

Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran nafas,
yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anastesi langsung atau secara tidak
langsung mempengaruhi lendir saluran nafas.

Obat-obat anestesi, Obat anestesi lokal seperti benzokain,


benzilalkohol, fenol dan garam fenol digunakandalam pembuatan
lozenges . Obat ini mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan
di faring, tetapi hanya sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk
akibat kelainan salauran nafas bawah.
Demulcent Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah
,

kekeringan selaput lendir. Obatini digunakan sebagai pelarut


antitusif lain atau sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia,
gliserin dan anggur.
Antitusif yang bekerja sentral.

Obat ini berkerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsangan yang
dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk dibagi atas golongan narkotik dan non-
narkotik.

Golongan narkotik : Opiat dan derivatnya mempunyai berbagai macam


efek farmakologi sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif,
menghilangkan sesak karena gagal jantung dan anti diare. Diantara
alkaloid ini morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping obat ini
adalah penekanan pusat nafas, konstipasi, kadang-kadang mual dan
muntah, serta efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya
brokospasme karena pelepasan histamin. Tetapi efek ini jarang terlihat
pada dosis terapi untuk antitusif.
• Kodein merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu
obat yang paling sering diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal
20-60 mg atau 40-160 mg per hari biasanya efektif
Antitusif Non-Narkotik
 DEKSTROMETORFAN
Menurut Dewoto (2008) dekstrometorfan atau D-3-metoksin-N-
metilmorfinan tidak berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini
meningkatkan nilai ambang rangsang refleks batuk secara sentral dan
kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein, zat
ini jarang menimbulkan mengantuk atau gangguan saluran pencernaan.
Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia
bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam. Toksisitas zat ini rendah
sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi
pernafasan. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10mg dan
sebagai sirup dengan kadar 10 mg dan 15 mg/5mL. dosis dewasa 10-30
mg diberikan 3-4 kali sehari. Dekstrometorfan sering dipakai bersama
antihistamin, dekongestan, dan ekspektoran dalam produk kombinasi
(Corelli, 2007). Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan
ketergantungan
• BUTAMIRAT SITRAT
Obat ini bekerja pada sentral dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat
refleks dan di perifer melalui aktifitas bronkospasmolitik dan aksi
antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan tidak
menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan
susunan saraf pusat. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat
digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi
paru yaitu meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan pada anak.
Dosis dewasa adalah 3×15 ml dan untuk anak-anak umur 6-8 tahun 2×10 ml
sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2×15 ml.
• DIFENHIDRAMIN
Obat ini tergolong obat antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk
kronik pada bronkitis. Efek samping yang dapat ditimbulkan ialah mengantuk,
kekeringan mulut dan hidung, kadang-kadang menimbulkan perangsangan
susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek antikolinergik karena itu harus
digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan
gangguan fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg
setiap 4 jam, tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa. Dosis untuk anak
berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/
hari. Sendangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak
melebihi 25 mg / hari.
MEKKANISME KERJA OBAT
Obat Batuk Antitusif

• Antitusif yaitu obat bekerja pada susunan


saraf pusat menekan pusat batuk dan
menaikan ambang rangsang batuk.
Mekanisme kerjanya menekan batuk dengan
mengurangi iritasi lokal pada reseptor iritan
perifer. Contoh antitusif antara lain
Dekstrometorfan, Kodein, Noskapin,
Prometazin dan Difenhidramin.
Dekstrometorfan HBr (Bisoltussin®)
Dekstrometorfan HBr (Bisoltussin®) adalah obat batuk antitusif (menekan
respon batuk), digunakan untuk batuk tidak berdahak. Meringankan gejala-
gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin
yang disertai batuk.
Mekanisme kerja : aksi sentral pada pusat batuk di medulla. Dextrometorphan
merupakan antitusif non narkotik penekan batuk non opiate yang bekerja
secara sentral dengan jalan meningkatkan ambang rangsang refleks batuk.
Jangan digunakan pada wanita hamil trimester ketiga, anak < 1 tahun,
kerusakan ginjal parah.Efek samping: pusing, gangguan saluran cerna.
Prometazin
Sebagai antihistamin berdaya meredakan rangsangan batuk akibat sifat sedatif
dan kolinergiknya yang kuat. Obat ini terutama digunakan pada batuk malam
yang menggelitik pada anak-anak. Mekanisme kerjanya adalah daya kerjanya
menekan SSP. Efek sampingnya adalah antikolinergiknya dapat menyebabkan
gangguan buang air kecil dan akomodasi pada manula.
Noskapin
Noskapin merupakan pereda batuk tetapi tidak sekuat kodein dan tidak
mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efek sedatifnya
dapat diabaikan. Risiko adiksinya ringan sekali. Mekanisme kerjanya adalah
pembebas histamine yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan hipotensi
(selewat) pada dosis besar. Efek samping berupa nyeri kepala dan reaksi kulit.
Codeine (Codipront®)
Codeine (Codipront®) selain digunakan sebagai antitusif, juga dapat digunakan
utk analgesik serta antidiare. Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk
di medulla. Efek samping: ketergantungan, mual, muntah, konstipasi, mulut
kering, sakit kepala.
Difenhidramin
Mengatasi gejala alergi pernapasan dan alergi kulit, memberi efek mengantuk
bagi orang yang sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif,
anti mual dan anestesi topikal. Mekanisme Kerja Difenhidramin ini memblokir
aksi histamin, yaitu suatu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi.
Obat Batuk Mukolitik penghancur dahak

• Produksi dahak meningkat antara lain pada kondisi alergi,


merokok, dan infeksi. Beberapa penyakit yg meningkatkan
produksi dahak antara lain pneumonia, asma, dan bronkhitis
akut. Mukolitika berdaya mengurangi kekentalan dahak dan
mengeluarkannya melalui batuk. Zat ini bekerja memutuskan
jembatan disulfida. Distribusinya dalam tubuh baik dengan
mencapai kadar tinggi, antara lain di saluran pernapasan dan
sekret bronchi, sedangkan ekskresinya berlangsung melalui
kemih. Contoh obat mukolitik antara lain: Bromheksin dan
Ambroxol.
Ambroxol (Epexol®)
Ambroxol (Epexol®) digunakan sebagai mukolitik pada batuk
berdahak. Merupakan metabolit dari bromheksin Hendaknya
digunakan bersama makanan. Efek samping: efek samping ringan
pada saluran pencernaan, reaksi alergi. Selain utk obat batuk,
ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit
tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.
Memperlancar pengeluaran sekret yang kental dari kelenjar
mukosa dalam saluran pernapasan sehingga melegakan
pernapasan. Mekanisme kerjanya adalah mengurangi batuk dan
volume dahak sehingga sekresi lendir akan menjadi normal
kembali.

Erdosteine (Edotin®)
Erdosteine (Edotin®) sifat mukolitik lebih baik daripada
bromheksin. Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran
cerna.
Asetilsistein (Fluimucil®)
Asetilsistein (Fluimucil®) digunakan sebagai mukolitik, dan
mencegah keracunan parasetamol. Mekanisme kerja Asetilsistein
adalah memecah ikatan disulfida pada dahak. Efek samping:
bronkospasme, gangguan saluran cerna. Asetilsistein memecah
ikatan disulfida pada dahak.

Bromheksin (Bisolvon®)
Bromheksin (Bisolvon®) digunakan sebagai mukolitik. Efek
samping: diare, mual, muntah. Juga memiliki efek antioksidan.
Mekanisme kerjanya adalah Bromheksin bekerja dengan
mengencerkan sekret pada saluran pernafasan dengan jalan
menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida
yang terdapat pada sputum/dahak sehingga lebih mudah
dikeluarkan.
Antitusif adalah obat yang digunakan
untuk mengurangi gejala batuk akibat
berbagai sebab termasuk infeksi virus
pada saluran nafas atas.
Ekspektoran ialah obat yang dapat
merangsang pengeluaran dahak dari
saluran napas (ekspetorasi).
Mukolitik merupakan obat yang bekerja
dengan cara mengencerkan sekret
saluran pernafasan dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein
dan mukopolisakarida dari sputum

Anda mungkin juga menyukai