Anda di halaman 1dari 41

PRESENTASI DRAFT LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NUNUKAN
T.A. 2013
PRESENTASI DRAFT LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NUNUKAN
T.A. 2013
Outline
 Pendahuluan
 Penapisan
 Gambaran Umum
 Analisis Fenomena Keruangan
 Alternatif Kebijakan, Rencana & Program (KRP)
 Rekomendasi
Pendahuluan
Maksud Penyusunan KLHS
1. memperoleh dokumen substansial dalam pengarahan kebijakan,
strategi dan program ketataruangan
2. memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa
dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap
(komplementer) atau tambahan (suplementer) dalam penjabaran
ketataruangan,
3. untuk kepentingan kerjasama lintas batas wilayah administrasi ,
sinkronisasi elemen-elemen dalam ketataruangan intersektoral,
4. memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah
sebagai kawasan eko-region
Tujuan KLHS
Menghasilkan kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan agar terjadi arahan dalam kebijakan,
rencana dan program (KRP), terkait dengan perencanaan dan evaluasi ketata ruangan wilayah yang
berwawasan lingkungan hidup dan berkelanjutan.
Lebih spesifik, arah tujuan tersebut adalah:
1. mengidentifikasi dampak lingkungan yang akan timbul;
2. Mempertimbangkan alternatif pencegahan terhadap dampak lingkungan dari sumber persoalan;
3. memberi arahan ketika dibutuhkan peringatan dini atas dampak kumulatif dan resiko yang akan muncul;
4. Aplikasi prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan;

KLHS bisa mendorong pendekatan atau cara baru untuk pengambilan keputusan, melalui:
1. Integrasi pertimbangan lingkungan dan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam proses
pengambilan keputusan;
2. Dialog dan diskusi dengan para pihak yang berkepentingan dan penyelenggaraan konsultasi publik;
3. Akuntabilitas dan transparansi dalam meran cang, memformulasikan dan memutuskan kebijakan,
rencana dan program.
Manfaat Penyusunan KLHS
1. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendu 5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik ber
kung pengambilan keputusan; kat terbangunnya keterlibatan para pihak
(stakeholders) dalam proses pengambilan
2. Mengidentifikasi dan mempertim bangkan keputusan melalui proses konsultasi dan
peluang-peluang baru melalui pengkajian secara partisipasi;
sistematis dan cermat atas opsi-opsi
pembangunan yang tersedia; 6. Melindungi aset-asset sumberdaya
alam dan lingkungan hidup guna menjamin
3. Mempertimbangkan aspek lingku- berlangsungnya pembangunan berkelanjutan;
ngan hidup secara lebih sistematis pada jenjang
pengambilan keputusan yang lebih tinggi; 7. Memfasilitasi kerjasama lintas ba-tas untuk
mencegah konflik, berbagi pemanfaatan.
4. Mencegah kesalahan investasi
dengan mengingatkan para pengambil 8. Penguatan kelembagaan dalam rangka
keputusan akan adanya peluang pembangunan pengelolaan lingkungan hidup.
yang tidak berkelanjutan sejak tahap awal
proses pengambilan keputusan;
Produk Keluaran KLHS

Hasil kajian mengenai pengaruh kebijakan, rencana dan program yang tertuang dalam
perencanaan ketataruang secara intersektoral, terhadap kondisi lingkungan hidup
Kabupaten Nunukan, termasuk di dalamnya rumusan alternatif penyempurnaan kebijakan,
rencana dan program, serta rekomendasi-rekomendasi perbaikan pengambilan keputusan
untuk menjamin pengintegrasian prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kabupatan Nunukan
JUMLAH PENDUDUK 4 TAHUN TERAKHIR KABUPATEN NUNUKAN (2009 – 2012)

Kecamatan Luas Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK


(Km2) 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Krayan 1.834,74 6.826 7.820 8.569 10.834 1.757 2.034 2.252 3.246
Krayan Selatan 1.757,66 2.211 2.489 3.017 2.981 504 565 694 697
Lumbis 290,23 9.616 10.931 11.754 6.779 2.329 2.692 2.966 1.801
Lumbis Ogong 3.357,01 - - - 5.634 - - - 1.387
Sembakung 2.042,66 7.374 9.581 10.709 11.261 1.769 2.333 2.726 2.911
Nunukan 564,50 52.820 70.125 79.818 74.455 12.564 17.886 21.684 20.689
Sei Menggaris 850,48 - - - 10.258 - - - 2.847
Nunukan Selatan 181,77 12.298 15.086 16.545 18.031 2.694 3.539 3.993 4.693
Sebuku 1.608,48 9.246 14.780 17.311 11.662 2.277 3.674 4.398 3.020
Tulin Onsoi 1.513,36 - - - 8.398 - - - 2.239
Sebatik 51,07 18.717 23.387 29.149 6.510 4.314 5.475 7.124 1.668
Sebatik Timur 39,17 - - - 16.235 - - - 4.139
Sebatik Tengah 47,71 - - - 8.971 - - - 2.207
Sebatik Utara 15,39 - - - 8.817 - - - 2.224
Sebatik Barat 93,27 11.133 12.751 16.085 9.824 2.462 2.889 3.761 2.396
Sembakung Atulai - - - - - - - - -
Jumlah 14.247,50 130.241 166.950 192.957 210.650 30.690 41.087 49,598 56.164
sumber : PPSP Kabupaten Nunukan 2013
Kebijakan,
Rencana,
program
(KRP)

fenomena
perkemba
ngan tata
ruang
wilayah
KLHS

distribusi kebijakan
pembangu
penduduk nan daerah
Eko-region menciptakan ketahanan ruang ekologi yang didalam
banyak ekosistem yang hidup dan berkembang
KEBIJAKAN, RENCANA
DAN PROGRAM
KLHS TATA RUANG

Konsep Konsep
EKO-REGION EKO-REGION
DARATAN KELAUTAN

Fenomena alih Tekanan pada


fungsi & perubahan lingkungan Tekanan pada
guna lahan hutan keruangan di produksi perikanan
daratan

Kondisi tutupan Perkembangan tata


lahan guna lahan

Prbhn cuaca & Areal rumput laut


Tutupan vegetasi dampak ekosistem
Alih fungsi hutan
hutan
Banjir, daya Jalur kapal
pertambangan
Geografi rusak sungai
Perkebunan & perkembangan
Produksi ikan
Pertanian permukiman
perkembangan
infrastruktur
Penapisan
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN
NUNUKAN 2005-2025
MISI
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia,
mandiri, maju, berbudaya dan beradab

2. Meningkatkan perekonomian daerah yang


berbasis agro industri dan partisipasi
masyarakat yang seluas-luasnya

3. Mewujudkan ketersediaan sarana prasarana


publik yang memadai dan meningkatkan
lingkungan yang asri dan lestari.

4. Mewujudkan Kabupaten Nunukan sebagai


wilayah perbatasan yang mandiri, maju dan
berdaya saing berbasiskan kepentingan
nasional.

5. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum


serta perlindungan masyarakat.
Penapisan KRP :
Arah dasar Penyusunan KRP:
1. Penapisan KRP bertujuan untuk memilih KRP yang menjadi prioritas
dalam pengembangan ketataruangan wilayah (tidak seluruh KRP dikaji
dalam KLHS)
2. KLHS tidak harus melihat konsistensi dengan RPJPD, tetapi KRP –
KLHS dapat memberikan input pada konsep dan alternatif-alternatif.
3. Produk KLHS tata ruang memiliki persamaan konsep dengan KLHS
kebijakan.
4. Penapisan di KLHS diharapkan memperkuat produk KRP yang sudah
berjalan.
5. Gejala perkembangan ruang wilayah saat ini diperkuat melaui penetapan
KRP
PENAPISAN RPJPD
 RPJPD Kabupaten Nunukan tahun 2005-2025, mengarah untuk mengupayakan
kesejahteraan material dan spiritual bagi masyarakat di Kabupaten Nunukan
untuk kurun waktu 20 tahun, memberikan harapan akan pemenuhan aspek
kehidupan ekonomi dan penyediaan ruang permukiman-perkotaan, fasilitas
umum, sosial dan penyediaan infrastruktur yang mencukupi, serta terciptanya
lingkungan fisik yang bersih , hijau dan lestari.
 kabupaten Nunukan yang memilki matra laut, udara dan lautan, memilki sumber
daya alam hutan, tambang, dan air permukaan yang perlu ditata pengaturan
pengelolaan SDA dimasa jauh mendatang. Apalagi potensi sumber daya alam
tersebut akan terdesak pertumbuhan manusia dan kepentingan ekonomi.
Sehingga perlu dihindari konflik kepentingan antara ekonomi dan ekologi
(pelestarian SDA).
PELINGKUPAN ISU-ISU STRATEGIS
A. Instrumen Birokrasi B. Disparitas Perkembangan
1. Diperlukankoordinasi vertikal Tata Ruang Wilayah
dan horizontal untuk Disparitas keruangan antara wilayah
mengevaluasi dan menyusun Timur dan Barat Kabupaten Nunukan
kebijakan rencana dan program
(KRP) terkait pembangunan
ketatata-ruangan wilayah C. Kasus di Lapangan
berdasarkan wawasan lingkungan 1. Dampak perubahan iklim.
dan berkelanjutan; 2. Kasus degradasi hutan
2. Membangun kekuatan hukum 3. Kebakaran hutan
lingkungan setempat yang 4. Stabilitas Produksi dan distribusi
merupakan ratifikasi Undang- pangan
undang no 32 tahun 2009 tentang 5. Pembangunan sistem sanitasi
Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan permukiman
Lingkungan Hidup, menjadi 6. Banjir besar rutin
peraturan pelaksanaan dibidang 7. pencemaran sungai besar oleh
pengendalian lingkungan hidup dan materi biomasa hutan
pengendalian sumber daya alam di 8. Mutasi Satwa Liar
KabupAten Nunukan. 9. Potensi Kelautan Kabupaten
Nunukan
Arah Dasar
 Memaduserasikan KLHS dengan RPJPD dan RTRW Kabupaten;
 KLHS akan mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan
RTRW Kabupaten dengan RTRWPropinsi, RTR pulau/kepulauan, RTRW KSN,
RTRW provinsi yang berbatasan,
Gambaran Umum Keruangan
Gambaran Umum
Geografis :
 Batasan kajian wilayah dalam
pekerjaan penyusunan KLHS ini
adalah meliputi seluruh wilayah
administrasi Kabupaten Nunukan.
 Kabupaten Nunukan terletak pada
posisi geografis antara 115°33’
sampai dengan 118°03’ Bujur Timur
dan 3°15' sampai dengan 4°24'
Lintang Utara.
 KabupatenNunukan terdiri atas 15
kecamatan pada tahun 2012, yaitu;
Kecamatan Krayan, Kecamatan
Krayan Selatan, Kecamatan Lumbis,
Kecamatan Lumbis Ogong,
Kecamatan Sembakung, Kecamatan
Nunukan, Kecamatan Sei Menggaris,
Kecamatan Nunukan Selatan,
Kecamatan Sebuku, Kecamatan Tulin
Onsoi, Kecamatan Sebatik,
Kecamatan Sebatik Timur,
Kecamatan Sebatik Tengah,
Kecamatan Sebatik Utara dan
Kecamatan Sebatik Barat.
Gambaran Umum
Penggunaan Lahan :
Tabel Luas & Prosentase Penggunaan
Lahan Di Kabupaten Nunukan :

Jenis Pemanfaatan Luas Lahan Prosentase


Lahan (Ha) (%)
Hutan 873012.25 61.32
Hutan Sejenis 33086.9 2.32
Kebun Campuran 13523.87 0.95
Kebun Rakyat 6544.18 0.46
Mangrove 539.36 0.04
Padang Rumput 55667.81 3.91
Perkebunan 6028.26 0.42
Permukiman 6712.06 0.47
Pertanian Lahan Kering 32282.68 2.27
Rawa / Gambut 293870.08 20.64
Sawah 874.96 0.06
Sawit 76677.57 5.39
Semak Belukar 22456.09 1.58
Tambak 213.44 0.01
Tanah Terbuka 2246.83 0.16
Total 1423736.34 100.00
Gambaran Umum
Sektor Kehutanan :
Luas Kawasan Hutan Berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan RI :
SK 554 / MENHUT-II / 2013

No Fungsi Kawasan Luas ( Ha ) Prosentase


Areal Penggunaan
1 488185.31 34%
Lain
2 Hutan Lindung 150847.13 11%
3 Hutan Produksi 270264.18 19%
Hutan Produksi
4 13437.74 1%
Konversi
Hutan Produksi
5 169160.42 12%
Terbatas
Kawasan Suaka
6 Alam / Kawasan 326346.98 23%
Pelestarian Alam
Total 1418241.76 100%
Gambaran Umum
Sektor Pertambangan :
Data Perijinan Eksplorasi
Pertambangan di Wilayah Kab.
Nunukan 2012 :

No Jenis Ijin Luas ( Ha ) Prosentase


Ijin Tambang
1 Eksplorasi 17,223.15 17%
Ijin Tambang Belum
2 Eksplorasi 83,108.51 83%
Total 100,331.66 100%
Gambaran Umum
Sektor Pertanian & Perkebunan :
Luas kawasan pertanian dan
perkebunan di wilayah Kabupaten
Nunukan:

Jenis Pemanfaatan Luas Lahan Prosentase


Lahan (Ha) (%)
Kebun Campuran 13521.87 0.95
Kebun Rakyat 6542.18 0.46
Perkebunan 6024.26 0.42
Kebun Kelapa Sawit 76669.57 5.39
Total 102757.88 7.22
Gambaran Umum
Sektor Perikanan & Kelautan :
Berdasarkan data atribut peta potensi
perikanan dan kelautan Kabupaten
Nunukan, diketahui prosentase luas
kawasan seperti berikut:

No Kawasan Potensi Luas ( Ha ) Prosentase


Kawasan Potensi Budidaya
1 Air Tawar 47010.33 53%
Kawasan Potensi
2 BudidayaTambak 23553.49 27%
Sebaran Budidaya Rumput
3 Laut 17410.59 20%
Total 87974.41 100%
Gambaran Umum
Kependudukan :

Tabel Data Penduduk Kab. Nunukan 2007-2011 Tabel Data Penduduk Kab. Nunukan per Oktober 2013
Jumlah Kepadatan Jumlah Kepadatan
No Kecamatan Luas (km2) Penduduk Penduduk No Kecamatan Luas (km2) Penduduk Penduduk
(jiwa) (jiwa/km2) (jiwa) (jiwa/km2)
1 Nunukan 564,50 52.164 92,41 1 Nunukan 564,50 76.924 136,27
2 Sei Menggaris 850,48 7.673 9,02 2 Sei Menggaris 850,48 10.678 12,56
3 Nunukan Selatan 181,77 14.594 80,29 3 Nunukan Selatan 181,77 18.992 104,48
4 Sebatik 51,07 4.266 83,53 4 Sebatik 51,07 6.858 134,29
5 Sebatik Barat 93,27 7.195 77,14 5 Sebatik Barat 93,27 10.639 114,07
6 Sebatik Timur 39,17 11. 499 293,57 6 Sebatik Timur 39,17 17.168 438,29
7 Sebatik Tengah 47,71 6 .736 141,19 7 Sebatik Tengah 47,71 8.048 168,69
8 Sebatik Utara 15,39 5. 186 336,97 8 Sebatik Utara 15,39 9.598 623,.65
9 Sebuku 1.608,48 10.044 6,24 9 Sebuku 1.608,48 13.308 8,27
10 Tulin Onsoi 1.513,36 6.606 4,37 10 Tulin Onsoi 1.513,36 9.402 6,21
11 Lumbis 290,23 4.966 17,11 11 Lumbis 290,23 7.146 24,62
12 Lumbis Ogong 3.357,01 5.278 1,57 12 Lumbis Ogong 3.357,01 6.898 2,05
13 Sembakung 2.042,66 8.519 4,17 13 Sembakung 2.042,66 11.787 5,77
14 Krayan 1.834,74 7.295 3,98 14 Krayan 1.834,74 11.710 6,38
15 Krayan Selatan 1.757,66 2.248 1,28 15 Krayan Selatan 1.757,66 3.374 1,92
2011 14.247,50 154.269 10,83 Total 14.247,50 222.460 1,56
2010 14.263,68 140.841 9,87
Sumber : Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil 2013
2009 14.263,68 132.542 9,29
Jumlah
2008 14.263,68 129.011 9,04
2007 14.263,68 125.585 8,80

Sumber : Nunukan dalam Angka 2011


Analisis Fenomena Keruangan
Fenomena Keruangan
Kependudukan & Permukiman :
 Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2011 dan 2013, terjadi pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di semua wilayah
Kecamatan di Kabupaten Nunukan. Tingkat pertumbuhan penduduk terbesar terjadi di wilayah Kecamatan Nunukan yang
merupakan pusat kota dan terletak di wilayah Pulau Nunukan yaitu sebesar 24.760 jiwa atau mengalami ledakan penduduk
sebesar 36,27 % dalam rentang waktu 2 tahun, sedangkan luas wilayah yang ada nyaris tidak mengalami perubahan.

 Untuk wilayah kecamatan lainnya pertumbuhan penduduk yang terjadi berkisar 1 – 8 % dalam rentang tahun 2011 sampai 2013 ini.

Luas Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Pertumbuhan Tingkat


No Kecamatan 2
(km ) Tahun 2011 (jiwa) Tahun 2013 (jiwa) (jiwa) Pertumbuhan (%)
1 Nunukan 564.5 52164 76924 24760 36.27
2 Sei Menggaris 850.48 7673 10678 3005 4.40
3 Nunukan Selatan 181.77 14594 18992 4398 6.44
4 Sebatik 51.07 4266 6858 2592 3.80
5 Sebatik Barat 93.27 7195 10639 3444 5.05
6 Sebatik Timur 39.17 11499 17168 5669 8.30
7 Sebatik Tengah 47.71 6736 8048 1312 1.92
8 Sebatik Utara 15.39 5186 9598 4412 6.46
9 Sebuku 1608.48 10044 13308 3264 4.78
10 Tulin Onsoi 1513.36 6606 9402 2796 4.10
11 Lumbis 290.23 4966 7146 2180 3.19
12 Lumbis Ogong 3357.01 5278 6898 1620 2.37
13 Sembakung 2042.66 8519 11787 3268 4.79
14 Krayan 1834.74 7295 11710 4415 6.47
15 Krayan Selatan 1757.66 2248 3374 1126 1.65
Jumlah 14247.5 154269 222530 68261 100
Fenomena Keruangan
Kependudukan & Permukiman :
 Fenomena pertumbuhan dan jumlah penduduk yang semakin tinggi di wilayah Kabupaten Nunukan ini akan
mengakibatkan tekanan penduduk terhadap lahan juga semakin meningkat. Luas lahan yang tersedia relative
konstan. Kebutuhan akan lahan permukiman meningkat drastis seiring pertumbuhan penduduk didalamnya.
 Tekanan ini bisa jadi akan merangsang konversi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun guna menampung
segala aktivitas masyarakat.
 Apabila lahan yang berubah fungsi adalah lahan yang seharusnya untuk lindung (konservasi), maka hal ini akan
dapak menimbulkan kerusakan lingkungan bahkan dapat memicu terjadinya bencana.
 Dengan kata lain, apabila kegiatan pembangunan dilakukan tanpa memperhitungkan hubungan timbal-balik antara
kegiatan-kegiatan pembangunan serta keseimbangan-keseimbangan yang berlaku dan kelestarian lingkungan
maka akan dapat menimbulkan kerusakan atau pencemaran lingkungan hidup.

Isu Strategis Terkait :


Laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, tekanan kepadatan penduduk, meningkatnya jumlah pengangguran,
dan semakin tingginya tingkat kemiskinan dalam rentang waktu terakhir ini akan menyebabkan perubahan-perubahan
seperti peningkatan kebutuhan lahan, peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi energi yang cenderung meningkat,
dan konsumsi air yang semakin tinggi.
Fenomena Keruangan
Perkembangan Kehutanan :
Fenomena keruangan terkait dengan perkembangan sektor kehutanan di wilayah Kabupaten Nunukan
dalam rentang 10 tahun terakhir ini dapat dilihat dengan melakukan komparasi peta kawasan hutan
berdasarkan SK MENHUT No.79 Tahun 2001 dengan SK MENHUT No.554 Tahun 2013 berikut :

1 5 1 5
2 2

4 4
3 3
Fenomena Keruangan
Perkembangan Kehutanan: Kawasan Hutan Berdasarkan SK MENHUT No.554 Tahun 2013
Fungsi Kawasan Luas ( Ha ) Prosentase
Kawasan Hutan Berdasarkan SK MENHUT No.79 Tahun 2001 Areal Penggunaan Lain 488.185 34%
Pola Pemanfaatan Ruang Luas ( Ha ) Prosentase Hutan Lindung 150.847 11%
Taman Nasional Kayan Mentarang 352.154 25% Hutan Produksi 270.264 19%
Hutan Lindung 164.593 12% Hutan Produksi Konversi 13.437 1%
Kawasan Budidaya Kehutanan 447.264 31% Hutan Produksi Terbatas 169.160 12%
Kawasan Budidaya Non Kehutanan 460.605 32% Kawasan Suaka Alam 326.346 23%
Total 1.424.616 100% Total 1.418.241 100%

 Hutan merupakan salah satu bioma penting disamping laut dan air tawar bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Oleh karena itu menjaga keberadaan hutan menjadi penting dan mutlak. Ditinjau dari laju penurunan tutupan hutan
alamnya di wilayah Kabupaten Nunukan dalam rentang tahun 2001 sampai 2013 ini relative kecil, perubahan yang
terjadi berkisar 1 – 2 % saja. Dari luas sekitar 1,424 juta hektar pada tahun 2001, menurun menjadi 1,418 juta
hektar pada tahun 2013 ini, perubahan fungsi kawasan hutan yang terjadi sekitar 6374 hektar.

 Isu Strategis Terkait :


Pentingnya menjaga hutan alam tetap lestari. Hilangnya tutupan hutan alam akan menyebabkan terjadinya fragmentasi dan
penyempitan habitat, dan menimbulkan ancaman kepunahan keanekaragaman hayati yang akan menentukan keberhasilan dan
keberlanjutan pembangunan dan kehidupan manusia yang berkualitas.
Fenomena Keruangan
Perkembangan Pertanian & Perkebunan :
Fenomena keruangan terkait dengan perkembangan lahan pertanian dan perkebunan terhadap kawasan lindung di
Kabupaten Nunukan secara spasial dapat disajikan melalui hasil overlay peta kawasan pertanian & perkebunan
eksisting dengan peta kawasan hutan seperti berikut:
Fenomena Keruangan Perkembangan Sektor Pertambangan:
 Fenomena keruangan terkait dengan
perkembangan kawasan
pertambangan terhadap kawasan
lindung secara spasial dapat disajikan
melalui hasil overlay peta perijinan
pertambangan eksisting dengan peta
kawasan hutan.
 Secara umum lokasi-lokasi ijin
pertambangan di wilayah Kabupaten
Nunukan tidak terjadi konflik
penggunaan lahan atau tumpang tindih
dengan kawasan lindung yang ada.
Isu Strategis Terkait:
Pertambangan dapat mengubah bentuk
bentang alam, merusak dan atau
menghilangkan vegetasi, menghasilkan
limbah, maupun batuan limbah, serta
menguras air tanah dan air permukaan.
Jika tidak direhabilitasi, lahan-lahan
bekas pertambangan akan membentuk
kubangan raksasa dan hamparan tanah
gersang yang bersifat asam.
Fenomena Keruangan
Perkembangan Perikanan & Kelautan :
RUMPUT LAUT :

 Peningkatan signifikan pada nilai produksi


diakibatkan peningkatan nilai jual ditingkat
petani.dari harga Rp 6.000,- menjadi Rp 9,000
hingga Rp 10,000,-

 Penurunan RTP Rumput Laut terjadi di Kec


Nunukan diakibatkan di Bulan Februari hingga
Juni terjadi penyakit di Sei Banjar dan sekitar
Daerah Tanjung.

KARAMBA :

 Penurunan jumlah RTP dan Produksi KJA


diakibatkan banjir yang terjadi di Kec Sembakung

TAMBAK :

 Budidaya air payau, mengalami penurunan pada


jumlah RTP karena banyaknya tambak yang
mengalami degradasi akibat pematang yang mulai
keropos, dan tinggi air yang semakin besar.

 Budidaya di Kec Sembakung, pendataan tidak


maksimal karena pemilik tambak berdomisili di
Kabupaten Kota lainnya.
Fenomena Gangguan Lingkungan
(1) Alih Fungsi Lahan
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan lahan baik sebagai lahan terbangun
maupun lahan sebagai aktivitas masyarakat dalam bekerja. Beralih fungsinya kawasan lindung ke non lindung
dapat berdampak pada terjadinya bencana alam, karena seharusnya kawasan lindung berfungsi untuk
konservasi. Sedangkan lahan pertanian yang beralih fungsi ke lahan non pertanian bisa disebabkan karena
rendahnya "nilai tukar petani" dan kepemilikan lahan yang sempit. Hal ini berdampak pada menurunnya lahan
produktif dan produksi pangan, menurunnya kesejahteraan petani dan dapat mengganggu ketahanan pangan.
Data RTRW Kabupaten Nunukan menunjukkan besarmya laju perubahan alih fungsi lahan pertanian ini sebesar
4,5 Ha / Tahun.

(2) Bencana Alam


Permasalahan banjir merupakan isu lingkungan yang terjadi setiap tahun di Kabupaten Nunukan. Terutama pada
saat musim hujan. Di Kabupaten Nunukan, kondisi yang sangat mengkhawatirkan adalah fenomena frekuensi
kejadian banjir. Kecamatan Sembakung bukan hal baru lagi hampir tiap tahun Kecamatan Sembakung terkena
banjir. Pada akhir bulan maret 2011 mengalami banjir, dengan ketinggian air mencapai 2,5 hingga 3 meter dari
permukaan air sungai sembakung yang hulunya berada di sungai Padiangan Keningau Malaysia. Kerusakan
yang dialami oleh 18 (Delapan Belas) desa di buat dalam 3 (tiga) kategori atau tingkatan, sesuai sumber data
pihak kecamatan yaitu Sangat parah , terdiri dari 6 (Enam) desa yaitu Jumlah Rumah: 856 unit, Jumlah KK: 1215,
Jumlah SAB: 1013 Parah, terdiri dari 7 (Tujuh) desa yaitu Jumlah Rumah: 309 unit, Jumlah KK: 580, Jumlah
SAB: 500 Sedang, terdiri dari 5 (Lima) desa yaitu Jumlah Rumah: 221 unit, Jumlah KK: 378, Jumlah SAB: 250.
Fenomena Gangguan Lingkungan
Deteksi daerah rawan banjir dengan menggunakan data Penginderaan Jauh dan SIG dilakukan dengan
mengidentifikasi wilayah-wilayah yang mempunyai respon terhadap penggenangan di permukaan. Data acuan dan
masukan yang utama untuk model banjir sungai adalah Digital Elevation Model (DEM) dan data topografis detail,
sedangkan untuk banjir rob dibutuhkan data DEM yang detail, data tinggi muka air, dan peta topografi.
Fenomena Gangguan Lingkungan
(3) Konflik Gajah Kalimantan

Kabupaten Nunukan merupakan satu-satunya kabupaten yang berada di Provinsi


Kalimantan Timur yang memiliki habitat bagi satwa gajah, yang lebih dikenal dengan
nama Gajah Kerdil Kalimantan (Borneo Pygmi Elephant) dengan nama latin Elephas
maximus borneensis.
Konflik gajah dengan manusia di Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan sudah
terjadi sejak tahun 2005, hal ini disebabkan oleh berubahanya atau hilangnya habitat
gajah Kalimantan menjadi perkebunan kelapa sawit, pertambangan atau HPH. Seiring
semakin terdesaknya kehidupan gajah akibat konversi lahan menyebabkan terjadinya
benturan kepentingan berupa konflik antara manusia dengan gajah.

(3) Pencemaran Lingkungan Sungai


Pencemaran lingkungan sungai di wilayah Kabupaten Nunukan terjadi karena banyaknya debris / puing kayu hutan yang
hanyut terbawa arus sungai dari hulu menuju hilir. Fenomena ini lazim terjadi seperti di wilayah sungai Sebuku dan
sungai Sembakung. Debris kayu hutan ini akan membahayakan keselamatan pengguna jalur sungai (speed boat dan
perahu) yang melintas setiap harinya di wilayah sungai tersebut mengingat satu-satunya akses jalur penghubung dari
wilayah Kalimantan besar ke Ibu Kota Kabupaten Nunukan (Pulau Nunukan) adalah melalui jalur sungai.
Kasus pencemaran lingkungan sungai di wilayah ini pada umumnya adalah karena tingginya sedimentasi sehingga
menyebabkan pendangkalan sungai. Sedimentasi ini juga akhirnya menjadi salah satu penyebab terjadinya luapan air
(banjir) pada kawasan permukiman di bantaran sungai sebuku dan sungai sembakung.
Fenomena Gangguan Lingkungan
(4) Abrasi, akresi pantai, intrusi air laut dan perubahan iklim
Sebagai Kabupaten yang memilki daerah yang berbatasan dengan laut, maka Kabupaten Nunukan juga rawan
terhadap kerusakan lingkungan wilayah pesisir. Permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir pantai di Kabupaten
Nunukan adalah terjadinya abrasi, intrusi air laut, dan akresi pantai, kerusakan dan berkurangnya luasan
mangrove. Permasalahan tersebut bertambah dengan adanya perubahan iklim.

(5) Kerentanan Ketahanan Pangan


Berkurangnya luas lahan produktif di Kabupaten Nunukan akan berakibat menurunnya produksi pertanian
khususnya pertanian tanaman pangan. Dalam jangka panjang akan dapat menganggu ketahanan pangan.
Kerentanan ketahanan pangan ini akan diperparah karena rendahnya diversifikasi tanaman pangan.

(6) Kurangnya AMDAL, UKL/UPL


Banyak usaha/kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan belum dilengkapi dengan AMDAL, UKL/UPL,
DPLH, kurang monitoring dan pemantauan dalam pelaksanaannya.
ALTERNATIF KEBIJAKAN
1. Pengendalian pengembangan tata ruang antar
lembaga vertikal dan horisontal
7. Pemanfaatan sumberdaya hutan dan jasa
2. Pembangunan tertib hukum dalam pengendalian lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan
tata ruang pengelolaan sumber daya alam dan masyarakat dan peningkatan asli daerah
pengelolaan lingkungan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya
hutan
3. Peningkatan potensi kelautan dan perikanan
8. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air
4. Peningkatan kualitas permukiman dan kehidupan permukaan untuk memenuhi kebutuhan air bagi
masyarakat, dalam rangka penataan ruang yang pertanian, rumah tangga kota dan industri.
tertib dan sehat
9. Mengoptimalkan produk perkebunan dalam
5. Peningkatan Fasilitasi perijinan pertambangan rangka untuk kesejahteraan masyarakat dan
dan penegakan hukum lingkungan dalam pertumbuhan ekonomi daerah yang
pengelolaan pertambangan secara terpadu dan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
berkelanjutan
10. Meningkatkan produksi pertanian dan
6. Meningkatkan pelayanan sarana infrastruktur penyelenggaraan sistem distribusinya.
transportasi dalam rangka untuk menopang
pertumbuhan ekonomi , iklim investasi dan
pengembangan wilayah
Rekomendasi KLHS
• KRP dari KLHS menilai bahwa pengembangan ketataruangan Kabupaten
Nunukan telah sinkron dan memenuhi arahan regulasi dalam pelestarian
lingkungan, pada aspek perawatan sumberdaya hutan.
• Konsep pengembangan tata ruang dengan format PADU SERASI telah
diterapkan.
• Perlunya membangun pelbagai regulasi yang memperkuat posisi
sumberdaya alam serta tata ruang pemanfaatannya, dalam rangka ketertiban
pelaksanaan program pelestarian lingkungan.
• Perhatian pada prosedur dan regulasi pengendalian dan pemanfaatan ruang
untuk pengembangan pertambangan, perkebunan dan budidaya rumput laut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai