Anda di halaman 1dari 73

Ridwan Purnama

Universitas Pendidikan Indonesia


 Perlindungan merupakan Hak
Konstitusional (constitutional
right) dan
Hak Hukum (legal right) yang
dimiliki oleh Guru
 Hak Konstitusional (Constitutional
Right)
Hak yang dimiliki setiap WNI yang
bersumber dari UUD NRI Tahun
1945.
 Sebagaimana ditentukan dalam Pasal
28 D Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
 Pasal 28 D Ayat (1) UUD NRI Tahun
1945:

“Setiap orang berhak atas


pengakuan jaminan,
perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum”.
 Hak Hukum (Legal Right)
Hak yang dimiliki setiap WNI yang
bersumber dari peraturan-peraturan di
bawah UUD NRI Tahun 1945.

 Sebagaimana ditentukan dalam


1. Pasal 14 ayat (1) huruf c UU No 14 Thn
2005 tentang Guru dan Dosen; dan
2. Pasal 40 ayat (1) huruf d UU No 20 Thn
2003 tentang Sisdiknas
 Pasal 14 ayat (1) huruf c UU No 14
Thn 2005 tentang Guru dan Dosen:
“Dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berhak:
memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;
 Pasal 40 ayat (1) huruf d UU No 20
Thn 2003 tentang Sisdiknas

Pendidik Tenaga Kependidikan


dan
berhak memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas
dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
 Perlindungan merupakan upaya
melindungi Pendidik dan Tenaga
kependidikan (PTK) yang
menghadapi permasalahan terkait
pelaksanaan tugas.
(vide Pasal 2 Permendikbud No 10 Tahun
2017)
 Dalam konteks perlindungan ini, yang
termasuk Pendidik (vide Pasal 171 PP No 17
Tahun 2010 dan Pasal 1 Permendikbud No 10
Tahun 2017) adalah:
1. Guru
2. Pamong Belajar
3. Tutor
4. Instruktur
5. Fasilitator
6. Nara Sumber Teknis
 Dalam konteks perlindungan ini, yang
termasuk Tenaga Kependidikan (vide
Pasal 173 PP No 17 Tahun 2010 dan Pasal 1
Permendikbud No 10 Tahun 2017) adalah:
1. Pengelola Satuan Pendidikan
2. Penilik
3. Pengawas
4. Peneliti
5. Pengembang
6. Tenaga Perpustakaan
7. Tenaga Laboratorium
8. Teknisi Sumber Belajar
9. Tenaga Administrasi
10. Psikolog
11. Pekerja Sosial
12. Terapis
13. Tenaga Kebersihan dan Keamanan
Pasal 39 ayat (2) UU No 14/2005 jo
Pasal 42 PP No 74/2008 jo Pasal 2 ayat
(2) Permendikbud No 10Tahun 2017,
terdiri atas:
1. Perlindungan Hukum;
2. Perlindungan Profesi;
3. Perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
4. Perlindungan atas Hak Kekayaan
Intelektual.
1. Tindak kekerasan
2. Ancaman
3. Perlakuan diskriminatif
4. Intimidasi atau perlakuan tidak
adil
 Tindakan kekerasan yang dimaksud dapat
berupa pemukulan atau penganiayaan
yang dapat menyebabkan cacat fisik,
sehingga guru tidak dapat maksimal dalam
menjalankan aktivitasnya. (Perbuatan tersebut
memenuhi unsur-unsur yang diatur di dalam
ketentuan KUHPidana Buku Kedua, BAB XX,
Tentang PENGANIAYAAN.)
 Dalam menjalankan tugasnya guru tidak
luput dari ancaman (fisik maupun
psikologis) yang mengakibatkan ketakutan,
kecemasan dan tekanan, sehingga tidak
dapat menjalankan tugasnya dengan baik
(Perbuatan tersebut memenuhi unsur-unsur
yang diatur di dalam ketentuan KUHPidana
Buku kedua, BAB XXIII, Tentang PEMERASAN
DAN ANCAMAN).
 Perlakuan diskriminatif pada umumnya
dialami oleh guru, sebagai akibat dari adanya
suatu kebijakan atasan. Di mana dengan
adanya perlakuan diskriminatif tersebut guru
merasa haknya dilanggar. (Sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Dasar 1945,
BAB XA, Tentang Hak Asasi Manusia dan
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia).
 Pada dasarnya intimidasi adalah sama
dengan ancaman, dimana guru
mendapatkan tekanan, baik fisik maupun
psikologis. Namun demikian, biasanya
tindakan intimidasi dilakukan guna
mencapai tujuan tertentu (Perbuatan
tersebut memenuhi unsur-unsur
Sebagaimana diatur dalam ketentuan
KUHPidana Buku kedua, BAB XVIII, Tentang
KEJAHATAN TERHADAP KEMERDEKAAN
SESEORANG dan BAB XXIII, Tentang
PEMERASAN DAN ANCAMAN)
 Perlakuan tidak adil merupakan tindakan
yang melanggar rasa keadilan yang berlaku
sebagaimana diamanatkan norma hukum dan
norma sosial lainnya. Guru biasanya
mendapatkan perlakuan tidak adil mengenai
upah, tunjangan, promosi, dan hak-hak
lainnya, yang bersifat materil maupun
immateril (Sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Dasar 1945, BAB XA,
Tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-
undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia)
1. Pemutusan hubungan kerja (PHK)
yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
2. Pemberian imbalan yang tidak wajar
3. Pembatasan dalam menyampaikan
pandangan
4. Pelecehan terhadap profesi
5. Pembatasan/pelarangan lain yang
dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas.
 Pemutusan Hubungan Kerja bagi guru pada
dasarnya harus mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Seperti
diatur dalam Undang-undang Tentang
Kepegawaian dan Ketenagakerjaan). Namun
demikian pada kenyataannya PHK bagi guru
ada kalanya tidak didasarkan atas peraturan
perundang-undangan yang ada, melainkan
berdasarkan atas kebijakan atasan semata.
 Guru pada umumnya sering mendapatkan
imbalan yang tidak wajar berkaitan dengan
profesinya dan haknya sebagaimana telah
ditentukan dalam ketentuan undang-undang
atau perjanjian kerja baik di dalam maupun di
luar kegiatan pokoknya sebagai pendidik dan
tenaga kependidikan yang memerlukan
tenaga dan pikiran.
 Pemandangan yang berbeda-beda ini
berkaitan erat dengan Hak Asasi Manusia.
Namun terkadang, guru mendapatkan
pembatasan dalam penyampaian
pemandangan. Hal ini akan menghambat
daya kreatif dan inovatif guru. Dengan
dibatasinya peyampaian pemandangan
maka sumbangan pemikiran bagi kemajuan
pendidikan akan terhambat (Sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Dasar 1945,
BAB XA, Tentang Hak Asasi Manusia dan
Undang-undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia).
 Pelecehan terhadap pendidik dan tenaga
kependidikan kerap terjadi, sebagai contoh
yaitu pencemaran nama baik dan
penghinaan yang dilakukan oleh atasan,
rekan sejawat maupun orangtua siswa,
sehingga penghinaan tersebut telah
melecehkan harkat dan martabatnya
sebagai pendidik dan tenaga kependidikan
(Perbuatan tersebut memenuhi unsur-unsur
yang diatur dalam ketentuan KUHPidana
Buku kedua BAB XVI, Tentang PENGHINAAN)
 Pembatasan dan pelarangan lain yang dialami
oleh guru sangatlah beragam,
namun dapat disimpulkan bahwa setiap
tindakan guru dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya tidak boleh dibatasi atau
dihalangi oleh siapapun tanpa alasan yuridis.
sebagaimana dimaksud Pasal 39 ayat (5) UU No 14
Tahun 2005 mencakup perlindungan terhadap
Guru berhak mendapatkan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja dari satuan
pendidikan dan penyelenggara satuan pendidikan
terhadap resiko:
 gangguan keamanan kerja,
 kecelakaan kerja,
 kebakaran pada waktu kerja,
 bencana alam,
 kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
 Sebagaimana dimaksud Pasal 42 PP No 74
Tahun 2008 tentang Guru:
 Guru memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan hak atas kekayaan
intelektual sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Secara garis besar HaKI dibagi ke dalam dua
bagian yaitu :
1. Hak Cipta (copy right)
2. Hak Kekayaan Industri (industrial property
right) yang mencakup :
◦ Paten (patent)
◦ Desain Industri (industrial design)
◦ Merek (trademark)
◦ Penanggulangan Praktik Persaingan Curang
(repression of unfair competition)
◦ Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout design of
integrated circuit)
◦ Rahasia Dagang (trade secret)
 Undang-Undang No 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta
 Undang-Undang No 15 tahun 2001
tentang Merek
 Undang-Undang No 14 tahun 2001
tentang Paten
 Undang-Undang No 31 tahun 2000
tentang Desain Industri
Siapa yang mempunyai
kewajiban dalam
memberikan perlindungan ?

Apa konsekuensinya ?
◦ Siapa yang mempunyai kewajiban
dalam memberikan perlindungan
dengan tegas disebutkan dalam
Pasal 39 ayat (1) UU NO 14 TAHUN
2005::
1. Pemerintah
2. Pemerintah Daerah
3. Masyarakat
4. Organisasi Profesi
5. Satuan Pendidikan
 Konsekuensi logis dari amanat pasal 39
UU No 14/2005 tersebut di atas adalah
bahwa kelima komponen tersebut diatas
harus selalu pro aktif dan bersungguh-
sungguh melaksanakan kewajibannya
karena merupakan amanat undang-undang.
 Artinya, karena merupakan amanat
undang-undang maka setiap guru berhak
untuk meminta perlindungan kepada 5
komponen tersebut di atas baik berupa
advokasi maupun bentuk bantuan hukum
lainnya, pada saat mengalami permasalahan
dalam melaksanakan tugasnya.
 Perlindungan yang dilakukan Pemerintah
dilakukan oleh Kementerian atau kementerian
lain yang menyelenggarakan pendidikan
 Dalam melaksanakan kewajiban
perlindungan , Pemerintah daerah,
Satuan pendidikan, Organisasi profesi,
dan Masyarakat sesuai kewenangan
masing-masing wajib:
 menyediakan sumber daya; dan
 menyusun mekanisme
 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
 Upaya perlindungan Guru dilakukan
dalam bentuk Advokasi nonlitigasi
(vide Pasal 4 Permendikbud No 10
Tahun 2017)
 Advokasi nonlitigasi adalah bantuan
hukum dalam bentuk pembelaan di luar
pengadilan yang diberikan dalam upaya
memberikan perlindungan dan/atau
penyelesaian permasalahan hukum yang
dialami guru.
 Perlindungan dengan cara advokasi
nonlitigasi terdiri atas konsultasi hukum,
mediasi, dan pemenuhan dan/atau
pemulihan hak
 merupakan Bantuan Hukum dalam
bentuk saran atau pendapat, termasuk
bentuk penyelesaian
saran atas
sengketa atau perselisihan.
 merupakan proses penyelesaian
sengketa antara Guru dengan pihak
lain berdasarkan perundingan
 Dapat berupa bantuan kepada Guru
untuk mendapatkan penasihat hukum
dalam penyelesaian perkara melalui
proses pidana, perdata, atau tata usaha
negara, atau pemenuhan ganti rugi bagi
Guru
 Pasal 39 ayat (1) PP No 74 Tahun 2008:
“Guru memiliki kebebasan memberikan sanksi
kepada peserta didiknya yang melanggar norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan,
peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang
ditetapkan Guru, peraturan tingkat satuan
pendidikan, dan peraturan perundang-undangan
dalam proses pembelajaran yang berada di
bawah kewenangannya”.
 Pasal 39 ayat (2):
“Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa teguran dan/atau peringatan, baik
lisan maupun tulisan, serta hukuman yang
bersifat mendidik sesuai dengan kaedah
pendidikan, kode etik Guru, dan peraturan
perundang-undangan”.
 Pasal 39 ayat (3):
“Pelanggaran terhadap peraturan satuan
pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik
yang pemberian sanksinya berada di luar
kewenangan Guru, dilaporkan Guru kepada
pemimpin satuan pendidikan”.
 Pasal 39 ayat (4):
“Pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan yang dilakukan oleh peserta didik,
dilaporkan Guru kepada pemimpin satuan
pendidikan untuk ditindaklanjuti sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”.
 Pasal 169 ayat (1) PP No 17 Tahun 2010:
“Peserta didik berkewajiban:
a. Mengikuti proses pembelajaran sesuai
peraturan satuan pendidikan dgn
menjunjung tinggi norma dan etika
akademis;
b. Menjalankan ibadah sesuai dgn agama yg
dianutnya dan menghormati pelaksanaan
ibadah peserta didik lain;
c. Menghormati pendidik dan tenaga
kependidikan
d. Memelihara kerukunan dan kedamaian
untuk mewujudkan harmani sosial;
e. Mencintai keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara, serta menyayangi sesama
peserta didik;
f. Mencintai dan melestarikan lingkungan;
g. Ikut menjaga dan memelihara sarana dan
prasarana, keberisihan, keamanan, dan
ketertiban satuan pendidikan;
h. Ikut menjaga dan memelihara sarana dan
prasarana, keberisihan, keamanan, dan
ketertiban umum;
i. Menanggung biaya pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan, kecuali yang
dibebaskan dari kewajiban;
j. Menjaga kewibawaan dan nama baik satuan
pendidikan yang bersangkutan; dan
k. Mematuhi semua peraturan yang berlaku.

 Pasal 169 ayat (2) PP No 17 Tahun 2010:


“kewajiban sbgmana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan di bawah bimbingan dan
keteladanan PTK, serta pembiasaan
terhadap peserta didik”
Pasal 19 UU No 23 Tahun 2002:
“Setiap anak berkewajiban untuk :
1. menghormati orang tua, wali, dan guru;
2. mencintai keluarga, masyarakat, dan
menyayangi teman;
3. mencintai tanah air, bangsa, dan negara;
4. menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran
agamanya; dan
5. melaksanakan etika dan akhlak yang
mulia”.
1. Menjual buku pelajaran, bahan ajar,
perlengkapan bahan ajar, pakaian
seragam, atau bahan pakaian seragam di
satuan pendidikan;
2. Memungut biaya dalam memberikan
bimbingan belajar atau les kepada peserta
didik di satuan pendidikan;
3. Melakukan segala sesuatu baik secara
langsung maupun tidak langsung yang
menciderai integritas evaluasi hasil belajar
peserta didik; dan/atau
4. Melakukan pungutan kepada peserta
didik baik secara langsung maupun tidak
langsung yang bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1. Guru dlm rangka melaksanakan
tugas atau dlm keadaan yg
berhubungan dgn tugasnya
2. sesuai
Permasalahan yg diadukan
dengan jenis perlindungan sbgmana
ditentukan dalam UU No 20 Tahun 2003,
UU No 14 Tahun 2005, PP No 74 Tahun
2008, dan Permendikbud No 10 Tahun
2017.
 Pasal 3 ayat (1):
“Perlindungan merupakan kewajiban:
a. Pemerintah, b. Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya, c. Satuan Pendidikan, d.
Organisasi Profesi, dan/atau d. Masyarakat”.
 Pasal 3 ayat (2):
“Perlindungan yg dilakukan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pd ayat (1) huruf a
dilakukan oleh Kementrian atau kementrian
lain yg menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang pendidikan”.
 Pasal 3 ayat (3):
“Dalam melaksanakan kewajiban
perlindungan sebagaimana dimaksud pd ayat
(1) Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan,
Organisasi Profesi, dan Masyarakat sesuai
dgn kewenangannya masing-masing wajib:
a. menyediakan sumberdaya, dan
b. menyusun mekanisme pemberian
perlindungan
sesuai dgn ketentuan peraturan perundang-
undangan’.
 Pasal 4 ayat (1):
“Perlindungan yg dilakukan oleh Kementrian
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 3 ayat (2)
dilakukan dlm bentuk Advokasi nonlitigasi”.
 Pasal 4 ayat (2):
“Advokasi nonlitigasi sebagaimana dimaksud
pd ayat (1) merupakan fasilitasi penyelesaian
perkara dalam bentuk:
a. konsultasi hukum
b.mediasi, dan/atau
c. pemenuhan dan/atau pemulihan hak
pendidik dan tenaga kependidikan”.
 Pasal 5:
“Dalam melaksanakan perlindungan
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 4 ayat (1),
Kementrian dapat berkoordinasi dgn
Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan,
Organisasi Profesi, Masyarakat, dan/atau
pihak terkait lainnya”.
Pihak yang berhak melakukan
pengaduan
1. PTK yang bersangkutan;
2. Ahli waris dari PTK yang bersangkutan;
3. Sekelompok PTK yang mempunyai
kepentingan yang sama; dan
4. Pihak lain yang diberi kuasa (dengan
suratkuasa/suratpernyataan) oleh PTK/ahli
warisnya/sekelompok PTK yang
mempunyai kepentingan yang sama.
1. Surat pengaduan dapat diajukan oleh pihak
yang berhak melakukan pengaduan kepada
Pemerintah Pusat melalui Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Ditjen GTK menangani surat pengaduan
dengan cara:
a. menerima, meregistrasi, dan memverifikasi
surat pengaduan.
b. menentukan alternatif solusi atas
pengaduan
2. Surat pengaduan dapat juga diajukan
oleh pihak yang berhak melakukan
pengaduan kepada:

a. Satuan Pendidikan
b. pemerintah daerah kabupaten/kota
c. pemerintah daerah provinsi
d. organisasi profesi
 Pengaduan disampaikan secara tertulis berupa
Surat Pengaduan dan paling sedikit memuat:
1. Identitas pengadu terdiri atas:
a. nama lengkap
b. nama dan alamat instansi (unit kerja)
c. nomor telepon/faksimili unit kerja
d. alamate-mail
e. alamat rumah
f. alamat surat apabila berbeda dengan alamat
rumah
g. fotocopy identitas pengadu yang masih berlaku
2. Kronologi peristiwa yang meliputi:

a. peristiwa/kejadian
b. tempat dan waktu kejadian
c. pihak yang terlibat
d. saksi-saksi
3. Alat bukti dapat berupa:
a. fotocopy dokumen pendukung yang
berhubungan dengan peristiwa/kejadian
b. bukti-bukti pendukung lain yang
menguatkan pengaduan
4. Penjelasan upaya hukum yang
pernah ditempuh sebelumnya.
5. Membubuhkan tanda tangan dan
nama jelas pengadu atau yang
diberi kuasa.

Anda mungkin juga menyukai