Anda di halaman 1dari 25

RESUSITASI PADA PASIEN

DENGAN PENURUNAN KESADARAN


E.C INTRACRANIAL HEMORAGIK

Melan Justari
G1A217082

Pembimbing:
dr. Ade Susanti, Sp. An
BAB I
PENDAHULUAN

Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di otak yang


disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak.

Perdarahan dalam dapat terjadi di bagian manapun di otak. Darah dapat


terkumpul di jaringan otak, ataupun di ruang antara otak dan selaput
membran yang melindungi otak.

2

BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Tn. S
Umur : 70 Tahun
JenisKelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Kol. Amir Hamzah lrg Kenangan 1
Pekerjaan : wiraswasta


Status Pernikahan : Menikah
MRS : 24 Mei 2019

3
4 Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak ± 3 hari SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit

pasien tiba-tiba jatuh pingsan saat


mengendarai motor. Pasien Pasien di bawa ke IGD RSUD Rd.
pingsan sekitar ± 15 menit, Mattaher

Kemudian pasien sadar namun pasien Sebelumnya pasien juga diketahui


mengalami kelemahan anggota gerak sering mengeluh sakit kepala yang
sebelah kanan. Pasien juga muntah akhir-akhir ini semakin memberat
dengan frekuensi 6x dan tiap kali muntahan bicara pelo (+), kejang (-). BAB dan
± setengah gelas belimbing BAK tidak ada keluhan.
5
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit Keluarga
▹ Riwayat keluhan serupa disangkal
▹ Tidak ada keluarga pasien yang
▹ Riwayat hipertensi (+) mengalami keluhan serupa
▹ Riwayat diabetes disangkal
▹ Riwayat operasi sebelumnya
disangkal
▹ Riwayat alergi obat dan makanan
disangkal
▹ Riwayat sakit jantung disangkal
▹ Riwayat asma disangkal
▹ Riwayat maagdisangkal
▹ Breathing :
6 Primary Survey ▹ Look : Pernapasan cuping hidung (-),
deviasi trakea (-), retraksi dinding
dada (-), pergerakan dinding dada
▹ Airway :
simetris, tidak ada dinding dada yang
▹ Snoring (-), Gargling (-), tidak tertinggal
terdapat sumbatan jalan ▹ RR : 20 kali/menit
napas baik berupa cairan ▹ Listen: Pernapasan Spontan
maupun benda asing. C-Spine ▹ Feel : Pernapasan Spontan
control tidak dipasang. ▹ Auskultasi : Vesikuler +/+
▹ Airway clear ▹ Breathing clear
▹ Dipasangkan NGT ▹ Tindakan :
▹ Pasang Pulse Oksimetri (SpO2:99%)
▹ O2 nasal kanul 4L/menit.
7
Circulation : Disability :
▹ TD : 180/1000 mmHg, ▹ GCS: 9 (E2M5V2)
▹ Nadi: 74 x/menit ▹ Pupil: isokor, RC +/+
▹ Kulit: Pucat pada wajah dan
ekstremitas (-) Exposure :
▹ Tindakan : ▹ Seluruh pakaian os dibuka,
▹ Pasang IV line dengan cairan lalu os diselimuti.
RL 20 gtt/menit
▹ Pasang kateter
8 Secondary survey

▹ Anamnesis :
▹ A : Alergi  tidak ada
▹ M : Medikasi  tidak ada
▹ P : Past Illness  tidak ada
▹ L : Last meal  sebelum penurunan kesadaran,
pasien terakhir makan nasi dan lauk.
▹ E : Event/environment : pasien mengalami
penurunan kesadaran saat mengendarai motor.
▹ Pemeriksaan Fisik :

9 ▹ Kesadaran : apatis (GCS 9) E2M5V2


▹ Keadaan umum : Tampak sakit berat
▹ Tanda vital :
▹ - Tekanan darah : 190/100 mmHg
▹ - Nadi : 84x/menit
▹ - RR : 20 x/menit
▹ - Suhu : 36,8 ˚C
▹ Kepala : Normocephal
▹ Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
▹ Telinga : Serumen (-/-)
▹ Hidung : Septum nasi ditengah, secret (-/-)
▹ Mulut : Bibir Sianosis (-)
▹ Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-), Peningkatan JVP (-)
Thoraks
10 ▹ Paru
▹ Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-/-)
▹ Palpasi : vocal fremitus (tidak dilakukan)
▹ Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
▹ Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
▹ Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
▹ Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
▹ Perkusi : batas jantung dbn
▹ Auskultasi : BJ I dan II normal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
11 ▹ Inspeksi : Datar, bekas operasi(-), sikatriks (-)
▹ Palpasi : Supel, hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
▹ Perkusi : Timpani
▹ Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Ekstremitas
▹ Atas : Akral dingin, CRT < 2 detik, Udem (-/-)
▹ Bawah : Akral dingin, CRT < 2 detik, Udem (-/-)
▹ Pemeriksaan Neurologis

12 Kepala
▹ Nyeri tekan : (-)
▹ Simetri : (+)

Leher
▹ Sikap : Normal
▹ Pergerakan : Normal
▹ Kaku kuduk : (-)

Tanda Rangsang Meningeal


▹ Kaku Kuduk : (-)
▹ Brudzinski : (-)
▹ Kernig Sign : (-)
▹ Laseque : (-)
Tanggal/Pukul RR TD HR T SpO2
(x/menit) (mmHg) (x/menit) (◦C) (%)
24-05-2019 A : Clear 24 190/100 78 36,5 100

13 Reevaluasi ABCDE
06.00 B : Clear
06.30 A : Clear 25 180/100 66 36,6 100
B : Clear
07.00 A : Clear 22 180/100 72 36,6 100
B : Clear
07.30 A : Clear 21 170/98 67 36,6 100
B : Clear
08.00 A : Clear 26 174/82 73 36,7 100
B : Clear
08.30 A : Clear 23 160/86 69 36,7 100
B : Clear
09.00 A : Clear 22 160/92 71 36.5 100
B : Clear
09.30 A : Clear 24 150/90 67 36,5 100
B : Clear
10.00 A : Clear 22 140/82 83 36,6 100
B : Clear
10.30 A : Clear 24 140/80 66 36,5 100
B : Clear
11.00 A : Clear 22 140/85 68 36,5 100
B : Clear
11.30 A : Clear 22 140/86 83 36,5 100
B : Clear
Pemeriksaan Penunjang CT Scan Kepala
▹ Laboratorium
14 ▹ Darah rutin
▹ WBC : 10,29. 103/mm3 (3,5-10,0 .103/mm3)
▹ RBC : 4,26. 106/mm3 (3,80-5,80 .106/mm3)
▹ HGB : 12,7 g/dl (11,0-16,5 g/dl)
▹ HCT : 39,6 % (35,0-50%)
▹ PLT : 187. 103/mm3 (150-390 103/mm3)
▹ GDS : 141 mg/dl

▹ Elektrolit
▹ Na : 140,91
▹ K : 3.15
▹ Cl : 98,37
▹ Ca : 1,09

▹ Faal ginjal
▹ Ur : 24 mg/dl (15-39) Lesi hiperdens di hemisfer sinistra
▹ Kr : 1,0 mg/dl (0,9-1,3)
Ro Thorax: Cor dan pulmo normal
▹ Diagnosis Kerja
15 Intracerebral Hemorrhage

▹ Terapi/Tindakan
▹ O2 nasal kanul 4 L/menit
▹ IVFDNaCl 0,9% 20 tetes/menit
▹ Kateter dan NGT terpasang

▹ Terapi definitif
▸ IVFD Manitol 4 x 125 cc
▸ Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
▸ Amlodipin 1x10mg
▸ Candesartan 1x16mg
▹ Follow up

16
25 Mei 2019 (ICU)
S : Penurunan kesadaran
O : KU : tampak sakit berat, GCS : E2M5V2
TD : 140/105 mmHg HR : 70 x/menit
RR : 23 x/menit T : 37 ◦C SpO2 : 98%
A : Intracerebral Hemorrhage
P: ivfd nacl 0,9% 10 tpm
manitol 4x125 cc
Inj furosemide 2x1
Inj ranitidin 2x1
Candesartan 1x16mg
Amlodipin 1x10mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di otak yang


disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan
dalam dapat terjadi di bagian manapun di otak. Darah dapat terkumpul di
jaringan otak, ataupun di ruang antara otak dan selaput membran yang
melindungi otak. Perdarahan dapat terjadi hanya pada satu hemisfer (lobar


intracerebral hemorrhage), atau dapat pula terjadi pada struktur dari otak,
seperti thalamus, basal ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep
intracerebral hemorrhage).
17
Etiologi
18

Hipertensi (72-81%)

Cerebral Amyloid Angiopathy

Arteriovenous Malformation
Gejala klinis
19 • Biasanya disertai dengan
penurunan kesadaran.
• Sakit kepala hebat dan
muntah yang merupakan
tanda peningkatan tekanan
intrakranial
• Kejang jarang dijumpai pada
saat onset perdarahan
intraserebral.
Tatalaksana Tindakan untuk mengurangi peninggian TIK antara lain
:9
20 Semua penderita yang dirawat dengan • Elevasi kepala higga 30o untuk mengurangi volume
‟intracerebral hemorrhage‟ harus vena intrakranial serta memperbaiki drainase vena.
mendapat pengobatan untuk :
• Manitol intravena (mula-mula 1,5 g/kg bolus, lalu
• ”Normalisasi” tekanan darah 0,5 g/kg tiap 4-6 jam untuk mempertahankan
osmolalitas serum 295-310 mOsm/L).
• Pengurangan tekanan intrakranial
• Restriksi cairan ringan (67-75% dari pemeliharaan)
• Pengontrolan terhadap edema serebral dengan penambahan bolus cairan koloid bila perlu.

• Pencegahan kejang. • Ventrikulostomi dengan pemantauan TIK serta


drainase CSS untuk mempertahankan TIK kurang
dari 20 mmHg.

• Intubasi endotrakheal dan hiperventilasi,


mempertahankan PCO2 25-30 mmHg.
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan penurunan kesadaran sejak ± 3 Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
jam SMRS. Dari keterangan keluarga, diketahui pasien pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa pasien
tiba-tiba jatuh pingsan saat mengendarai motor. mengalami intracranial hemoragik. Diagnosis intracranial
Pasien pingsan sekitar ± 15 menit, kemudian pasien hemoragik ditegakkan berdasarkan keluhan yang dialami
sadar namun pasien mengalami kelemahan anggota pasien yaitu penurunan kesadaran yang diawali nyeri
gerak sebelah kanan. Pasien kemudian dibawa ke IGD kepala. Pasien juga muntah, demam(-). BAB dan BAK tidak
RSUD Raden Mattaher. Pasien juga muntah dengan ada keluhan. Keluarga pasien mengatakan bahwa
frekuensi 6x dan tiap kali muntahan ± setengah gelas sebelumnya pasien tidak pernah mengeluh sakit kepala
belimbing. Sebelumnya pasien juga diketahui sering berat seperti ini. Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria
mengeluh sakit kepala yang akhir-akhir ini semakin intracranial hemoragik yaitu nyeri kepala berat.
memberat, bicara pelo (+), kejang (-). BAB dan BAK Hipertensi yang ditemukan pada pasien
tidak ada keluhan. merupakan salah satu faktor resiko terjadinya intracranial
hemoragik. Pasien mengaku mengalami hipertensi sejak 10
tahun SMRS. Hipertensi yang terjadi dalam waktu lama
dapat menyebabkan terbentuknya plak di arteri koroner.
Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan


nekrosis fibrinoid yang memperlemah dinding . pembuluh
darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima dan
menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan
mikrohematoma dan edema. Hipertensi kronik dapat juga
21 menimbulkan aneurisma-aneurisma kecil (diameternya 1
mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah.
Primary Survey Airway pada pasien dikatakan clear setelah dilakukan
Airway pemeriksaan dengan metode look, listen, and feel. Tidak terlihat
Primary Survey
adanya sianosis, retraksi dinding dada, dan penggunaan otot
Airway

22 clear. napas tambahan. Tidak terdengar adanya suara napas


tambahan seperti snoring, gurgling, crowing sound, dan stridor.
Tidak teraba adanya deviasi trakea. Jika pasien sadar dan dapat
Breathing berbicara, airway pasien dapat dinilai dengan kemampuan
Pasang Pulse Oksimetri pasien berbicara. Apabila pasien dapat berbicara dan tidak
O2 nasal kanul 4L/menit.
tersengal-sengal, airway dianggap clear.
Circulation
Pasang IV line dengan cairan RL 20 gtt/menit
Pasang kateter Breathing pada pasien dinilai dengan melakukan inspeksi dan
palpasi pada leher dan thoraks. Ekspansi dinding dada terlihat
Disability simetris, tidak ada tanda-tanda cedera lainnya dan penggunaan
GCS : 9 (E2M5V2) otot tambahan. Palpasi dinding dada tidak didapatkan tanda-
Pupil : isokor, RC +/+
tanda krepitasi. Perkusi pada dinding dada didapatkan sonor.
Secondary Survey Pada auskultasi terdengar suara napas vesikuler, tanpa adanya
Kesadaran : Somnolen (GCS 9) (E2M5V2) wheezing maupun rhonki.
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Tanda vital : Circulation dinilai untuk menentukan keadaan sirkulasi pasien
- Tekanan darah : 190/100 mmHg dan mengontrol perdarahan. Tidak ada tanda-tanda anemis pada
- Nadi : 84x/menit
kulit maupun konjungtiva, akral dingin, CRT < 2 detik. Denyut
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,8 ˚C nadi teraba.

Rangsang meningeal : (-) Pada pemeriksaan disability, ditemukan Pasien


R. Fisiologis : BTR +/+, KPR +/+ berespon dengan rangsangan nyeri (E 2), pasien hanya dapat
R. Patologis : Babinski -/ mengerang (V2) dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri (M 5)
Pemeriksaan Penunjang
CT Scan Cara yang paling akurat untuk mendefinisikan stroke
hemoragik dengan stroke non hemoragik adalah
23 dengan CT scan. Pada pasien ini telah dilakukan
pemeriksaan CT-Scan dan didapatkan hasil terdapat
lesi hiperdens.
BAB V
KESIMPULAN

Perdarahan intraserebral (PIS) yaitu terjadi perdarahan langsung kejaringan


otak atau disebut juga sebagai perdarahan parenkim otak, dan perdarahan
subarakhnoid (antara arachnoid dan piamater).

Penanganan gawat darurat pada stroke hemoragik adalah evaluasi cepat dan
diagnosis, Terapi umum (suportif), Stabilisasi jalan napas dan pernapasan,
Stabilisasi hemodinamik/sirkulasi, Pemeriksaan awal fisik umum, Pengendalian
peninggian TIK, Penanganan transformasi hemoragik, Pengendalian kejang,
Pengendalian suhu tubuh.

24

Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun
kelompok risiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.
25

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai