Anda di halaman 1dari 32

GAGAL NAPAS

DISKUSI SENTRAL RABU (13/2/2019)

Andi M. Fadhil Wardihan (C014181089)


Aslan Tripanji (C014181046)
IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. N
 Jenis kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir : 13-1-2018
 Usia : 1 tahun 1 bulan
 Alamat : Parangloe
 No. RM : 872994
 Masuk RS : 11-2-2019
KELUHAN UTAMA
 Keluhan utama: Sesak napas
 Anamnesis terpimpin:
Anak dirujuk dari RSUD Tadjuddin Chalid dengan staus konvulsi dan
bronchopneumonia. Ada batuk diperhatikan sejak 1 minggu yang
lalu. Ada lendir. Ada demam tidak terus menerus. Ada kejang
diperhatikan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi
>2kali per hari, durasi > 10 menit tidak muntah. Anak sementara stop
intake oral. Buang air kecil via kateter urin. Buang air besar warna
kecoklatan.
Riwayat di rawat di RSTC selama 3 hari dan mendapat terapi oral
dan antibiotik.
Riwayat kelahiran: bayi lahir secara spontan. Segera menangis.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi. Pasien mengkonsumsi ASI sampai
usia 2 bulan.
Pasien adalah anak ke-1. Ayah pasien berusia 27 tahun dan sehat,
sedangkan ibu pasien berusia 25 tahun dan sehat.

NO Jenis Kelamin Tgl Lahir Umur Sehat/Sakit

1 Perempuan 13/1/2018 1 Tahun Penderita


STATUS NEONATAL
 Tempat lahir : Rumah Sakit
 Ditolong Oleh : Dokter
 Lahir : Spontan
 Segera Menangis : Segera menangis
 BBL : 2700 gram
 PBL : Lupa
 Riwayat IMD : Ya
 Vitamin K : Ya
 Bayi Cukup Bulan
STATUS IMUNISASI
Status Imunisasi Belum 1 2 3 4 5 Tidak
Pernah Tahu
BCG √
HEPATITIS B √ √ √
POLIO √ √ √ √
DPT √ √ √
CAMPAK √
HIB √ √ √
IPD/PNEUMOKOKUS √
VARICELLA √
TYPHOID √
LAIN-LAIN √
PEMERIKSAAN FISIS
 Keadaan Umum: Sakit berat  Status Gizi: gizi baik
 Kesadaran: Tersedasi  BB : 10 kg
 PB : - cm
 Tanda Vital:
 LLA : 15 cm
 TD : 90/60mmHg  LK : 45 cm
 Nadi : 153 kali/ menit  LD : 43 cm
 Napas : 52 kali/ menit  LP : 43 cm
 Suhu : 37,8C

 SpO2 : 98%

 Skala nyeri : 0 FLACC


PEMERIKSAAN FISIS
 Pucat : Tidak ada  Ubun-ubun besar : Belum menutup
 Sianosis : Tidak ada  Hidung : rhinore tidak ada
 Ikterus : Tidak ada  Bibir : kering tidak ada
 Turgor : Baik  Lidah : kotor tidak ada
 Kulit : Scar BCG ada  Mulut : stomatitis (-)
 Edema : Tidak ada  Caries : tidak ada
 Kepala : Mikrocephal  Gigi :-
 Muka : Simetris  Tenggorok : Hiperemis tidak ada
 Rambut : Hitam. Tidak  Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
mudah dicabut  Leher : kaku kuduk tidak
 Telinga : Otore tidak ada ada
 Mata : Cekung tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS
 Thoraks :  Paru
 Bentuk : simetris kiri-kanan  PP : Tidak ada retraksi subcostal
 Payudara : tidak ada kelainan  PR : sela iga kiri sama dengan
kanan
 Jantung
 PK : batas paru hepar intercostal
 PP : ictus cordis tidak tampak IV kanan, batas paru belakang
 PR : thrill tidak teraba kanan vertebra thoracal X, batas
 PK : batas atas intercostal III paru belakang kiri vertebra
kiri, batas kanan linea thoracal XI
parasternalis kanan, batas kiri  PD : Bunyi pernapasan vesikuler,
linea midclavicularis kiri bunyi tambahan wheezing tidak
 PD : Bunyi jantung I/II murni
ada, ronkhi ada di kedua
lapangan patu
reguler, bising tidak terdengar
PEMERIKSAAN FISIS
 Abdomen  Kelenjar limfa : tidak teraba
 PP : datar, ikut gerak napas  Alat kelamin : tidak ada kelainan
 PD : peristaltik kesan normal  Status pubertas : A1M1P1
 PR : tidak teraba massa, lien  Kol. Vertebralis : scoliosis tidak
dan hati tidak teraba, tidak ada ada, gibbus tidak ada
nyeri tekan epigastrium
 Refleks fisiologis : KPR ada/ada,
 PK : timpani
BPR ada/ada, APR ada/ada,
TPR ada/ada. Kesan normal
 Refleks patologis : babinski,
gordon, chaddock, oppenheim
tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI RUTIN (11/02/2019)


WBC (103/UL) 8.21 PLT (103/UL) 204
RBC (106/UL) 3.99 () PCT (%) 0.19 ()

HGB (gr/dl) 10.9 NEUT (%) 33.9 ()


HCT (%) 32.3 () LYMPH (%) 56.4
MCV (Fl) 81.7 MONO (%) 9.6

MCH (pg) 27.3 EOS (%) 0.0

MCHC (gr/dl) 33.4 BASO (%) 0.01


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN FUNGSI HATI (11/02/2019)

SGOT(U/L) 186 ()

SGPT (U/L) 62 ()


ASSESMENT

 Community Acquired Pneumonia


 Status Epileptikus
ANJURAN DAN TERAPI

ANJURAN TERAPI

 Jamin oksigenasi  Oksigen via NRM 6 liter/menit


 Jamin hidrasi  Infus Dextrose 5% 37 cc/jam
 Atasi infeksi  Fenitoin loading dose 200 mg/IV
dalam NaCl 0,9% 20 mL
 Atasi demam
 Paracetamol 100ml/ 8jam/ IV
 Atasi kejang
 Meropenem 400 mg/ 8 jam/ IV
 Omeprazole 8 mg/ 24 jam/ IV
 Deksametasone 3 mg/ 8 jam/ IV
DISKUSI – GAGAL NAPAS
DEFINISI
 Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen
terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg / hiperkapnia (Brunner &
Sudarth, 2001)
EPIDEMIOLOGI

 Gagal napas merupakan diagnosis primer


penyebab henti napas paling sering pada anak
diruang pelayanan intensif yaitu sekitar 50%.
 Secara global, epidemiologi gagal napas
merupakan penyebab angka kesakitan dan
kematian yang tinggi di intalasi perawatan intensif
walaupun kemajuan teknik diagnosis dan terapi
intervensi telah berkembang pesat. .
ETIOLOGI
 Depresi sistem saraf pusat
 Kelainan neurologis primer
 Efusi pleura, Hemotoraks, Pneumothoraks, dan Trauma
 Penyakit akut paru
KLASIFIKASI

 Pasien dengan gagal napas tipe I (hipoksemia) sering


disebabkan oleh kelainan yang mempengaruhi parenkim
paru meliputi jalan napas, ruang alveolar, intersisiel, dan
sirkulasi pulmoner. Perubahan hubungan anatomis dan
fisiologis antara udara di alveolus dan darah di kapiler
paru dapat menyebabkan gagal napas tipe hipoksemia.
Contoh penyakitnya antara lain : Penumonia bakterial,
pneumonia viral, aspirasi isi lambung, ARDS, emboli
paru, asma, dan penyakit paru intersisial.
KLASIFIKASI

 Pada gagal napas tipe II (hiperkapnia) sering


disebabkan oleh kelainan yang mempengaruhi
komponen non-paru dari sistem pernapasan yaitu
dinding dada, otot pernapasan, atau batang otak.
Penyebabnya antara lain kelemahan otot pernapasan,
penyakit SSP yang mengganggu sistem ventilasi, atau
kondisi yang mempengaruhi bentuk atau ukuran dinding
dada seperti kifoskloiosis.
PATOFISIOLOGI
Etiologi (bronkiolitis, status asmatikus, pneumonia)

Penurunan respon pernapasan

Kegagalan pernapasan ventilasi

Hipoventilasi alveoli

Gangguan difusi dan retensi CO2

Hipoksia jaringan
Hipoksia jaringan

Otak Kardiovaskular Paru-paru

Sel otak mati Mekanisme kompensasi  Kerja napas  Sekret, edema,  PO2
wheezing

Tekanan intrakranial Dekompensasi ( TD & Depresi pusat


Kelelahan, diaprosis,
CO, bradikardi) sianosis Gangguan pertukaran pernapasan
gas
Kejang, pusing, gelisah,
 kesadaran Hipoventilasi
 Curah Gagal Intoleransi aktivitas
jantung jantung
Bradipneu

Gagal napas
Gejala Klinis Gagal Napas
 Kriteria gejala klinis dan tanda-tanda gawat napas ditandai dengan
perubahan pola pernafasan dari normal antara lain sebagai berikut
 Penurunan frekuensi pernafasan (Bradipneu) atau meningkat (Takipneu).
 Adanya retraksi dinding dada

 Sesak nafas / dyspneu

 Sianosis (kebiruan), diakibatkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.

 Penggunaan otot bantu pernafasan

 Gerakan dinding asimetris

 Pernafsan paradoksal

 Retraksi dinding dada

 Suara nafas menurun atau hilang atau didapatkan suara tambahan seperti
stridor, rhonki, atau wheezing.
Hipoksemia Hiperkapnia
Ansietas Somnolen

Takikardia Letargi

Takipneu Koma

Diaforesis Sakit kepala

Aritmia Edema papil

Perubahan Status Mental Asteriks

Bingung Agitasi

Sianosis Tremor

Kejang Bicara kacau

Asidosis Laktat
PEMERIKSAAN FISIK
 Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda
berdasarkan kelompok umur tertentu :
 Pada Neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada,
grunting dan sianosis.
 Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala
yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk,
panas dan iritabel.
 Pada anak Pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah
demam, batuk (non produktif/produktif), takipneu dan dispneu
yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
 Pada kelompok anak sekolahan dan remaja, dapat dijumpai
panas, batuk (non produktif/produktif), nyeri dada, nyeri kepala,
dehidrasi dan letargi.
 Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas
cuping hidung.
 Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernapasan menurun.
Fine crackles (ronkhi vasah halus) yang khas pada anak besar,
bisa tidak ditemukan pada bayi.
 Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi,
vokal fremitus menurun, suara napas menurun, dan terdengar
fine crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemerikasan analisa gas darah arteri
 Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
 Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui
 Hemodinamik
 EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
PENATALAKSANAAN
 Membuat oksigenasi arteri adekuat, sehingga meningkatkan perfusi jaringan,
serta menghilangkan underlying disease, yaitu penyakit yang mendasari gagal
nafas tersebut.
 Perbaiki jalan napas (AirWay)

 Terapi oksigen

 Ventilasi Bantu

 Ventilasi Kendali

 Terapi farmakologi
 Bronkodilator.

 Agonis B adrenergik / simpatomimetik

 Antikolinergik

 Teofilin

 Kortikosteroid
Suplementasi Oksigen
 Merupakan tindakan temporer sambil dicari diagnosis
etiologi dan terapinya.
 Pemberian O2  peningkatan Gradien Tekanan O2
Alveolus dgn kapiler  Difusi lebih banyak  peningkatan
PaO2
PENATALAKSANAAN
 Obat dan penatalaksanaan lainnya
 Mukolitik
 Postural Drainase

 Chest physical therapy

 Nasotracheal suctioning

 Cough/deep Breathing Exercise


KOMPLIKASI & PROGNOSIS
 Tergantung pada penyebabnya, dan adanya proses akut atau kronik
 Pada proses akut, prognosis bertambah baik jika tidak disertai
hypoxia lama (>10min).
 Pada proses kronik, prognosis adalah dari dubia ke malam sekiranya
disebabkan oleh kelainan neuromuscular, deformitas thorax, hypoxia
>20min (indikasi penggunaan ventilator lama) atau terdapat
exaserbasi akut.
 Gagal napas termasuk 10 penyebab terbesar kematian pada anak.
 Gagal napas juga merupakan tanda irreversibel terhadap progress
penyakit sehingga menyebabkan kematian.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai