Anda di halaman 1dari 59

NEMATODA

Disusun oleh

Halimatu Zaujah (1104015121)


Ilama Alima (1104015137)
Kiki Rizki Ananda (1104015159)
Nimas Sari Julianti (1104015216)
Maria Ulfa C (1104015184)
Mala Nurhasanah (1104015183)
Junita Harianty (1104015152)
Nisrina Rahmawati (1104015218)
Kury Wanda Sari (1104015163)
PENDAHULUAN
Dalam parasitologi kedokteran nematoda di bagi
menjadi 2 :

- Nematoda usus
- Nematoda Jaringan
NEMATODA USUS
Nematoda usus adalah nematoda yang hidup
pada rongga usus.

 Ascaris lumbricoides,
 Toxocara canis, dan

 Hookworm (cacing tambang)


ASCARIS LUMBRICOIDES DAN DISTRIBUSI GEOGRAFIK

Ascaris Lumbricoides merupakan nematoda


yang hidup pada rongga usus manusia, dimana
manusia merupakan satu-satunya hospes
Ascaris lumbricoides. Penyakit yang
disebabkannya disebut askariasis.

Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survei


yang dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia
antara tahun 1970-1980 menunjukkan bahwa
prevalensi A.lumbricodes masih cukup tinggi
yaitu 70% atau lebih.
MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP

Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-


35 cm. Stadium dewasa hidup di rongga usus kecil. Seekor cacing
betina dapat bertelur sebanyak 100.000 – 200.000 butir sehari ;
terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.
Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 40 mikron.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang
menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk
infektif ini, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus.
Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah
atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti
aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh
darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik
ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea, larva ini
menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring.
Penderita pun batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan
ke dalam esofagus menuju usus halus. Di usus halus larva berubah
jadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing
dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS

Gejala yang timbul dapat disebabkan oleh cacing


dewasa dan larva.
Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat
berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan
kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru
yang disertai batuk, demam dan eosinofilia. Pada foto toraks,
tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu.
Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang
disebakan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang
penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti
mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi
malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Efek
yang serius terjadi bila cacing-cacing menggumpal dalam usus
sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).
Pada keadaan tertentu, cacing dewasa mengembara ke
saluran empedu, apendiks, atau ke bronkus dan
menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-
kadang perlu tindakan operatif.
DIAGNOSA DAN PENGOBATAN
Diagnosis
Pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur
dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain itu,
diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri
baik melalui mulut atau hidung karena muntah , maupun
melalui tinja.

Pengobatan
Untuk perorangan dapat menggunakan bermacam-
macam obat misalnya piperasin, pirantel pamoat,
mebendazol, atau albendazol.
Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang
digunakan untuk infeksi campuran A.lumbricoides dan T.
Trichiura. Untuk pengobatan massal,perlu beberapa
syarat yaitu : - obat mudah diterima masyarakat – aturan
pemakaian sederhana – mempunyai efek samping yang
minim – bersifat polivalen sehingga sapat berkhasiat
terhadap beberapa jenis cacing dan harganya murah.
Prognosis
Umumnya mempunyai prognosis yang baik. Tanpa
pengobatan, obat ini dapat sembuh sendiri dalam waktu
1,5 tahun. Dengan pengobatan, kesembuhan diperoleh
antara 70-99 %.

Epidemiologi
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama
pada anak. Frekuensinya antara 60-90 %. Kurangnya
pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran
tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah
pohon, di tempat mencuci, dan di tempat pembuangan
sampah. Di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan
memakai tinja sebagai pupuk.
Tanah liat , kelembaban tinggi dan suhu yang
berkisar antara 25 – 30 C merupakan hal yang sangat baik
untuk berkembangnya telur A. Lumbricoides menjadi
bentuk infektif.
TOXOCARA CANIS

 Penyebaran : kosmopolit, terutama daerah tropis


 Hospes : manusia

 Penyakit : visceral larva migrans (toksocariasis).

 hospes perantara : anjing.


EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia angka prevalensi tinggi terjadi


pada anak-anak yang berusia antara 1-7 tahun,
Mereka lebih sering menghabiskan waktu
bermainnya di rerumputan, duduk di pasir, yang
merupakan tempat dimana cacing jenis ini berada.
Pada remaja, biasanya terjadi pada mereka yang
memiliki kegiatan yang aktif, misalnya, silat
(berguling-guling di rerumputan, tanah, dsb),
ataupun kegiatan yang berhubungan dengan tanah
atau lapangan kotor.
Pada usia dewasa juga bisa terjadi pada mereka
yang melakukan kegiatan kerja bakti
membersihkan parit, halaman, pengangkut pasir,
dsb.
MORFOLOGI

 Toxocara canis jantan berukuran panjang antara


3,6 – 8,5 cm untuk betina 5,7 – 10 cm. dengan
bentuk yang mirip dengan Ascaris lumbriciodes.
 Toxocara Canis jenis betina pula mempunyai
ukuran antara 5-10cm
 Mempunyai sayap servikal yang berbentuk
seperti lanset yang disebut dengan cephalic alae
 Bentuk ekor Toxocara Canis jenis jantan
berbentuk seperti tangan dan dengan jari yang
sedang menunjuk(digitiform)
 Ekor jenis kelamin betina pula berbentuk bulat
meruncing
CARA INFEKSI
CARA INFEKSI
Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak adalah
secara langsung atau tidak langsung karena menelan telur Toxocara
yang infektif. Secara tidak langsung melalui makanan seperti sayur
sayuran yang tercemar atau secara langsung melalui tanah yang
tercemar dengan perantaraan tangan yang kotor masuk kedalam
mulut.
Sebagian infeksi terjadi karena menelan larva yang ada pada
hati ayam mentah, atau hati sapi dan biri biri mentah. Telur
dikeluarkan melalui kotoran anjing.
Telur memerlukan waktu selama 1 – 3 minggu untuk menjadi
infektif dan tetap hidup serta infektif selama beberapa bulan; dan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang kering.
Telur setelah tertelan, embrio akan keluar dari telur didalam
intestinum; larva kemudian akan menembus dinding usus dan
migrasi kedalam hati dan jaringn lain melalui saluran limfe dan
sistem sirkulasi lainnya. Dari hati larva akan menyebar ke jaringan
lain terutama ke paru-paru dan organ-organ didalam abdomen
(visceral larva migrans), atau bola mata (Ocular larva migrans), dan
migrasi larva ini dapat merusak jaringan dan membentuk lesi
granulomatosa.
GEJALA KLINIS

 Eosinofil,
 Gangguan gastrousus,

 Demam,

 Hepatomegali,

 Infeksi pada otak,mata,jantung,hati dan organ


lain
DIAGNOSIS
Cara diagnosis toksokariasis sulit karena
cacing ini tidak menjadi dewasa, maka dari itu
harus dilakukan tes immunologis atau biopsi
jaringan .
Diduga terserang suatu toksokariasis, bila
pada seseorang ditemukan:
- kadar eosinofil yang tinggi.
- pembesaran hati.
- peradangan paru-paru.
- kadar antibodi yang tinggi dalam darah.
PENGOBATAN
 Thiabendazole
Dos: 25-50 mg/kg berat badan/hari, diberikan 2 kali sehari
selama 2-5 hari.

 Albendazole
Dos: dewasa dan anak di atas 2 tahun: 400 mg perhari, dosis
tunggal, selama 3 hari atau 200 mg dua kali sehari selama 5
hari.
Dosis anak kurang dari 2 tahun: 200 mg perhari selama 3
hari.
Atau 10-15 mg per kg berat badan, 4 kali perhari selama 3-5
hari

 Mebendazole
Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 100-200 mg dua kali
sehari, selama 4 hari .
Anti alergi, untuk mengurangi alergi lokal, misalnya
menggunakan hidrokortison cream atau sejenisnya.
CACING TAMBANG
 Diberi nama cacing tambang karena ditemukan di
eropa pada pekerja pertambangan.
 Terdiri dari beberapa spesies beserta hospesnya ,
yaitu:
- Pada manusia: Necator americanus, Anylostama
deudenale yang menyebabkan nekatoriasis dan
ankilostomiasis. Penyebaranya diseluruh daerah
khatulistiwa. Pravelensi di Indonesia sekitar 40%.

- Pada kucing dan anjing sebagai hospes definitif:


Anylostama braziliense, Anylostama ceylanicum, dan
Anylostama caninum yang menyebabkan creeping
eruption pada manusia dan tersebar di daerah tropik
dan subtropik, termasuk Indonesia.
MORFILOGI DAN DAUR HIDUP
 Cacing tambang dewasa hidup di rongga usus
halus, dengan mulut yang besar melekat pada
mukosa dinding usus. Didalam usus caing betida
bertelur. Telur dikeluarkan dengan tinja dan
setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari
keluarlah larva Rabditiform. Dalam waktu ±3
hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit dan dapat
hidup selama 7-8 minggu di tanah.
SIKLUS HIDUP
SIKLUS HIDUP :

 Telur > larva rabditiform > Larva filariform >


melalui telapak kaki menembus kulit > kapiler
darah/peredaran darah > jantung > paru-paru >
bronkus > trakea > laring > usus (larva)—>usus
halus (cacing dewasa)
EPIDEMOLOGI

Kejadian penyakit ini di Indonesia sering


ditemukan terutama di daerah pedesaan,
khususnya di perkebunan atau pertambangan.
Kebiasaan buang air besar di tanah dan
pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat
berperan dalam penyebaran infeksi penyakit ini
(Gandahusada, 1998).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva
adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan
suhu optimum 32oC – 38oC. Untuk menghindari
infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal
atau sepatu bila keluar rumah.
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS CACING
TAMBANG PADA MANUSIA

Gejala Nekatoriasis dan ankilostomiasis:


 Stadium larva: ground itch, perubahan ringan
pada paru, dan penyakit wakana ( dengan gejala
mual, muntah, iritasi faring, batuk, sakit leher
dan sesak)
 Stadium dewasa: pada infeksi ringan hanya
kehilangan darah 0,005-0,1 cc (N.americanus)
dan 0,08-0,34 cc (A.duodenale). Pada infeksi
berat mengakibatkan anemia kronik karena
cacing tambang memakan eritrosit di usus halus,
ia mengambil darah dengan menginfeksi dinding
usus sehingga keluar darah dan kemudian
darah itu dimakannya.
DIAGNOSIS
 Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja
penderita akan ditemukan telur cacing tambang.
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu,
maka telur akan mengeram dan menetaskan
larva.
PENGOBATAN

 Untuk pemberian obat minum golongan obat anti


cacing albendazole dosis sehari 400 mg sebagai
dosis tunggal selama 3 hari. albendazole, dosis
tunggal 400 mg selama 3 hari berturut-turut
cukup efektif. Pada anak dibawah umur 2 thn
albendazole diberikan dalam bentuk salep 2 %.

 Selain pengobatan diatas, obat yang sering


digunakan adalah “Pirantel Pamoat” dosis 10
mg/kg BB (usia anak-anak) selama 3 ahri
berturut-turut.
NEMATODA JARINGAN
Nematoda jaringan adalah nematoda yang
hidup dalam jaringan berbagai alat tubuh.
Beberapa contoh nematoda jaringan adalah:

- Wuchereria bancrofti
- Brugia malayi
- Brugia timori
- Cacing loa-loa
WUCHERERIA BANCROFTI, BRUGIA
MALAYI DAN BRUGIA TIMORI

1. Wuchereria bancrofti
Hospes : Manusia
Vector :Nyamuk Culex quinquefasciatus,
Anopheles dan Aedes
Penyakit : Filariasis bankrofti atau
Wukereriasis bankrofti
Distribusi geografi : tersebar luas didaerah yang
memiliki iklim tropis.

7/2/2019 27
HOSPES
Brugia malayi
Brugia malayi dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu : yang hidup di manusia yang ditularkan
oleh nyamuk Mansonia. Dan yang hidup pada
manusia dan hewan yang ditularkan oleh
nyamuk Anopheles barbirostris. Penyakit yang
disebabkan oleh B.malayi disebut filiriasis
malayi.
Brugia timori
Hanya terdapat pada manusia. Dan
penyakit yang ditimbulkan disebut filarisis
timori yang ditularkan oleh An. Barbirostris.
Namun kedua penyakit yang disebabkan
oleh keduanya biasa disebut filariasis Brugia
(kaki gajah).
DISTRIBUSI GEOGRAFI BRUGIA
B.malayi hanya terdapat di Asia dari India
sampai ke Jepang, termasuk Indonesia (banyak
terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, NTT, Irian Jaya)
Brugia timori hanya terdapat di Indonesia
Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan
beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.
MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP
 Ketiga jenis cacing ini mempunyai morfologi dan
daur hidup yang hampir mirip, dimana cacing
dewasa jantan dan betina pada ketiganya hidup
disaluran dan kelenjar limfe, dengan bentuk halus
seperti benang dan berwarna putih susu. Hanya saja
ukurannya yang berbeda.
 Daur hidup
Masa pertumbuhan W.bancrofti memerlukaan
waktu yang sangat panjang. Pada manusia belum
diketahui secara pasti (diperkirakan ±7 bulan),
sedangkan didalam nyamuk ±2 minggu.
Sedangkan cacing Brugia memerlukan waktu
±10 hari didalam nyamuk, dan ±3 bulan didalam
tubuh manusia.
SIKLUS HIDUP
Mikrofilaria dalam
darah tepi dan Mikro filaria
dalam kapiler dihisap
paru, jantung, nyamuk
ginjal

Berkembang
Mikrofilaria
dalam tubuh
didalam limfe
nyamuk selama
dan darah
2 minggu

Cacing dewasa Larva


di infeksi/stadium III
saluran/kelenjar masuk kedalam
limfe tubuh hospes
STADIUM I
Mikrofilaria
Parasit yang
memendek terhisap
nyamuk

Bersarang Melepaskan
diantara sarungnya
oto-otot di dalam
toraks lambung

Menembus
dinding
lambung
7/2/2019 35
STADIUM II

Pada
waktu Larva
kurang bertukar
dari kulit
seminggu

Tumbuh
menjadi
lebih
gemuk dan
panjang

7/2/2019 36
STADIUM III

Hari kesepulluh
dan selanjutnya Larva bertukar kulit
lagi

Tumbuh semakin panjang


dan lebih kurus

7/2/2019 37
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan
oleh mikrofilaria dan cacing dewasa, baik yang
masih hidup ataupun yang sudah mati.
Mikrofilaria dalam keadaan tertentu dapat
menyebabkan occult filariasis.
Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa
menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograd
dalam stadium akut, disusul dengan obstruktif
menahun 10-15 tahun kemudian.

7/2/2019 38
STADIUM PENYAKIT FILARIASIS
 Stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis
 Stadium akut

 Stadium menahun

7/2/2019 39
STADIUM MIKROFILAREMIA TANPA GEJALA
Pemeriksaan dengan limfosintigrafi menunjukkan
adanya kerusakan saluran limfe. Cacing dewasa yang
hidup dapat menyumbat saluran limfe sehingga dapat
terjadi dilatasi pada saluran llimfe. Cacing dewasa
yang sudah mati juga dapat menimbulkan reaksi
inflamasi.

7/2/2019 40
STADIUM AKUT
Ditandai dengan peradangan pada saluran
dan kelenjar limfe, berupa limfadenitis dan
limfangitis retrograd yang disertai demam dan
malaise.
gejala perdangnan pada sistem limfatik alat
kelamin laki-laki sering dijumpai seperti
funikulitis, epididimintis dan orkitis.

7/2/2019 41
STADIUM MENAHUN
Gejala klinis yang sering dijumpai
adalah hidrokel, gejala limfedema, dan
elefantiasis, yang mengenai tungkai ,
seluruh lengan, tetstis payudara dan vulva,
dan kadang terjadi kiluria.

7/2/2019 42
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS BRUGIA
Gejala klinis filariasis malayi dan filariasis
timori sama. Yaitu:
 Demam,
 Peradangan saluran,
 Limfadenitis ,
 Limfaningitis retrograd,
 Limfedema,
 Elefantiatis (tungkai bawah, bawah lutut,
kadang-kadang lengan bawah siku).

Namun pada filariasis Brugia, tidak pernah


mengenai sistem lifme alat kelamin.
DIAGNOSIS W.BANCROFTI
1. Diagnosis parasitologi
a) Menemukan mikrofilaria didalam cairan darah,
cairan hidokel, cairan kiluria pada
pemeriksaan sediaan darah, teknik konsentrasi
Knott, membran filtrasi.
b) Teknik biologi molekuler digunakan untuk
mendeteksi parasit melalui DNA parasit
menggunakan PCR.

7/2/2019 44
LANJUTAN…
2. Radiodiagnosis
a. Pemeriksaan dengan USG pada skrotum dan
kelenjar getah bening. Pemeriksaan ini digunakan
evaluasi hasil pengobatan, digunakan untuk infeksi
filaria oleh W. bancrofti.
b. Pemeriksaan limfosintigrafi menggunakan
dekstran/albumin yang ditandai dengan zat
radioaktif.
3. Diagnosis imunologi
Deteksi antigen dengan ICT menggunakan antibodi
monoklonal dikembangkan untuk mendeteksi antigen W.
bancrofti

7/2/2019 45
DIAGNOSIS BRUGIA
 Diagnosis dibuktikan dengan menemukan
mikrofilaria didalam darah tepi.
 Diagnosis parasitologi sama dengan pada
filariasis Brankrofti
 Diagnosis imunologi dengan deteksi IgG4
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
 DEC (Diethyl Carbamazine Citrate) di Indonesia
menggunakan dosis 5 mg/kg berat badan /hari
selama 12 hari pada pasien filariasis Bancrofti
dan selama 10 hari pada pasien filariasi Brugia.
Dengan dosis ini dapat menghilangkan
mikrofilaria.
 Untuk pencegahan, dapat dilakukan pengobatan
dengan kombinasi DEC 6 mg/kg BB dengan
kombinasi albendazol 400 mg yang diberikan
sekali setahun secara massal pada penduduk di
daerah endemis selama minimal 5 tahun untuk
pencegahan Filariasi Brugia, dan selama 5-10
tahun untuk pencegahan filariasis Brancofti.
LANJUTAN...
 Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin.
Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari
golongan makrolid yang mempunyai aktivitas
luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat
ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping
yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC.
Terapi suportif berupa pemijatan juga dapat
dilakukan di samping pemberian DEC dan
antibiotika, khususnya pada kasus yang kronis.
Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan
pembedahan.
CACING LOA-LOA
Hospes dan Vektor

Parasit ini hanya ditemukan pada manusia. Dan


vektornya adalah lalat Chrysops.
Penyakitnya disebut loaiasis atau calabar
swelling (fugitive swelling).

Distribusi geografik
Parasit ini tersebar di daerah khatulistiwa
di hutan yang berhujan dan sekitarnya, seperti
Afrika Barat, Afrika Tengah dan Sudan.
MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP
Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan, yang
betina berukuran 50-70 x 0,5 mm dan yang jantan
berukuran 30-34 x 0,35-0,43mm.
Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops, yaitu
Chrysops Silacea, Chrysops dimidiata, C. discalis (lalat
rusa) dan lalat kuning. Mikrofilaria yang beredar dalam
darah dihisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di
dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva
infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing
dewasa tumbuh dalam tubuh manusia selama 1-4 tahun
kemudian berkopulasi dan cacing dewasa betina
mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada
siang hari (diurna), dan pada malam hari mikrofilaria
berada dalam pembuluh darah paru- paru. Mikrofilaria
mempunyai sarung berukuran 250-300 mikron x 6 8,5
mikron yang dapat ditemukan dalam urine, dahak dan
kadang dalam cairan sumsum tulang belakang.
LALAT RUSA DAN LALAT KUNING
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS

Cacing dewasa yang hidup dalam jaringan subkutan dan


mikrofilaria dalam darah seringkali tidak menimbulkan gejala.
Cacing dewasa dapat ditemukan di seluruh tubuh dan seringkali
menimbulkan gangguan di konjungtiva mata dan pangkal hidung
dengan menimbulkan iritasi pada mata, sakit, pelupuh mata
menjadi bengkak sehingga mengganggu penglihatan. Pada saat-
saat tertentu penderita menjadi hipersensitif terhadap zat
sekresi yang dikeluarkan oleh cacing dewasa dan menyebabkan
reaksi radang yang bersifat temporer. Kelainan yang khas ini
disebut calabar swelling atau fugitive swelling pembengkakan
jaringan yang tidak sakit ini dapat menjadi sebesar telur ayam ,
namun akan menghilang beberapa hari atau seminggu
kemudian. Masalah utamanya adalah jika cacing masuk ke otak
dan menyebabkan ensefalitis. Cacing dewasa dapat juga
ditemukan pada cairan cerebrospinal pada orang yang menderita
meningoensefalitis.
DIAGNOSIS
Ditemukannya mikrofilaria dalam darah
yang diambil pada waktu siang hari atau
menemukan cacing dewasa dari konjungtiva
mata ataupun dalam jaringan subkutan.
PENGOBATAN
- Dietilkarbamasin : 2mg/kgbb, 3x sehari selama
14hari.
- Albendazol
- Ivermectin
- Cacing dewasa yang ditemukan di dalam mata
harus dikeluarkan dengan pembedahan.
CARA PENCEGAHAN
A. NEMATODA USUS
 Infeksi cacing bisa dihindari dengan selalu
mengenakan alas kaki.
 Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi
dan tempat buang air besar
 Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi,
daging sapi, daging ikan)
 Cuci semua bahan makanan dan buah bersih dengan
air bersih mengalir sebelum diproses lebih lanjut.
 Masak bahan makanan sampai matang.
 Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
 Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
setelah makan, akan memegang makanan , setelah
memegang tanah dan juga sesudah buang air besar.
 Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku,
membiasakan cuci tangan menjelang makan atau
LANJUTAN….
 Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada
pemilik binatang peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan
anjing
 Ingatkan para pemilik anjing dan kucing agar bertanggung jawab
menjaga kesehatan binatang peliharaannya termasuk
membersihkan kotorannya dan membuang pada tempatnya
 Bersihkan tempat-tempat bermain anak-anak dari kotoran
anjing dan kucing.
 Berikan obat cacing kepada anjing dan kucing mulai dari usia
tiga minggu, diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut dengan
interval 2 minggu dan diulang setiap 6 bulan sekali.
 Kotoran hewan baik yang diobati maupun yang tidak hendaknya
dibuang dengan cara yang saniter.
B. NEMATODA JARINGAN
- Menghindari gigitan lalat dan nyamuk.
- Mengadakan pemberantasan vektor.

Anda mungkin juga menyukai