Anak pada usia 1,5 tahun tumbuh dan berkembang sejalan dengan
kemampuan alat gerak, dan didukung rasa kepercayaan dari ibu dan
lingkungan, maka tumbuh kesadaran bahwa dirinya dapat bergerak
dan ingin mendapatkan kepuasan gerak sehingga anak berbuat
sesuai dengan kemauannya. Pada usia ini berkembang rasa otonomi
diri bahwa dirinya dapat menolak ataupun memberi sesuatu pada
lingkungannya sesuai dengan keinginannya tanpa dipengaruhi orang
lain. Kemampuan ini penting sebagai dasar membentuk keyakinan
yang kuat dan harga diri seorang anak di kemudian hari. Saat
berhubungan dengan orang lain, anak cenderung egosentrik.
Lingkunganpun berperan dalam membentuk
kepribadian anak, sehingga gangguan pada masa
ini menyebabkan anak menjadi pemalu, ragu-
ragu, dan cenderung memberi pengekangan pada
diri. Gangguan jiwa yang mungkin timbul yaitu
kemarahan, sadistik, keras kepala, menentang,
agrasi, enkopersis, enuresis, obsesi kompulsif, dan
paranoid
inisiatif (initiative) vs Rasa Bersalah
(guilt) (3–6 Tahun)
Tahap ketiga anak belajar cara mengendalikan diri dan memanipulasi
lingkungan. Rasa inisiatif mulai timbul menguasai anak, tetapi
lingkungan mulai menuntut anak untuk melakukan tugas tertentu. Anak
akan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungannya dan ingin
diikutsertakan sebagai seorang individu yang mempunyai peran. Adanya
keterbatasan seorang anak dalam memenuhi tuntutan lingkungan akan
menimbulkan rasa kecewa dan rasa bersalah. Hubungan ibu, ayah, dan
anak sangat penting karena akan menjadi dasar kemantapan identitas
diri. Selain itu, anak mulai membentuk peran sesuai jenis kelamin yang
wajar, serta mencoba berlatih mengintegrasikan peran sosial dan
tanggung jawab. Hubungan dengan teman sebaya atau saudara akan
cenderung untuk menang sendiri
Gangguan yang mungkin timbul pada
masa ini adalah kesulitan belajar,
masalah di sekolah, pergaulan dengan
teman-teman, serta anak menjadi
pasif, takut, dan mungkin terjadi
neurosis.
Kerja Keras (industry) vs inferioritas
(inferiority) (7–11 Tahun)
Anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu
sekolah. Anak dihadapkan pada keadaan yang menuntut
untuk mampu menyelesaikan suatu tugas dan perbuatan
hingga menghasilkan sesuatu. Hubungan ibu-ayah-anak
mulai berakhir dan anak siap meninggalkan rumah dan
orang tua dalam waktu terbatas untuk pergi ke sekolah.
Anak mulai merasakan sifat kompetitif, mengembangkan
sikap saling memberi dan menerima, serta setia kawan
dan berpegangan pada aturan yang berlalu.
Gangguan yang mungkin timbul pada masa ini
adalah rasa kekurangan pada diri, merasa tidak
mampu, rasa inferior, gangguan pada prestasi
belajar, dan takut berkompetisi.
identitas (identity) vs Difusi Peran (Role
Diffusion) (12–18 Tahun)
Anak mengalami banyak perubahan dan
perkembangan dalam berbagai aspek. Secara
fisik, anak merasa sudah dewasa karena
pertumbuhan badan yang pesat, tetapi secara
psikososial anak belum memiliki hak-hak seperti
orang dewasa. Pada masa ini juga dikenal sebagai
masa standardisasi diri karena anak berusaha
mencari identitas diri dalam hal seksual, umur,
dan jenis kegiatan.
Lingkungan memberikan pengaruh utama dalam
pembentukan jiwa anak remaja. Peran orang tua
sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama
mulai berkurang dan anak lebih senang
mendapatkannya dari lingkungan luar. Anak lebih
memilih berkelompok untuk bereksperimen dengan
peranannya untuk menyalurkan ekspresi. Anak akan
cenderung memilih orang dewasa yang lebih penting
untuk mereka jadikan sebagai bantuan di saat yang
kritis.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor Mikrokosmos
Masalah Intrauterin
Berbagai masalah dalam kandungan antara lain usia baik ibu
maupun usia janin, nutrisi ibu selama hamil, berbagai obat
yang konsumsi ibu selama hamil, radiasi, atau berbagai
komplikasi kehamilan lainnya.
Faktor Makrokosmos