Anda di halaman 1dari 27

ASKEP SEHAT JIWA PADA

ANAK DAN REMAJA


Pendahuluan
 Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dimulai
dari lahir, bayi tumbuh menjadi anak, remaja, melalui masa
dewasa, tua sampai akhirnya meninggal dunia. Selama
perjalanan dari bayi, seorang anak akan melalui titik kritis
perkembangan yang timbul di setiap tahap perkembangannya.
Titik kritis akan menentukan berhasil tidaknya anak mencapai
tugas perkembangan pada tahap yang bersangkutan. Titik kritis
ini menentukan apakah anak mampu bertahan dan melanjutkan
perkembangan secara progresif atau anak akan mengalami
stagnasi perkembangan
PENGERTIAN ANAK
 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO,
batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai
usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui
oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20
Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990,
Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang
berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang
yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai
lebih awal.
Lima tahap dasar yang akan dilalui oleh
seorang anak
 Kepercayaan Dasar (basic trust) vs ketidakpercayaan
(mistrust) (0–1,5 tahun).
 Otonomi (autonomy) vs malu dan ragu (shame and doubt)
(1,5 tahun).
 Inisiatif (initiative) vs rasa bersalah (guilt) (3–6 tahun).
 Kerja keras (industry) vs inferioritas (inferiority) (7–11
tahun).
 Identitas (identity) vs difusi peran (role diffusion) (12–18
tahun).
Kepercayaan (basic trust) vs
ketidakpercayaan (mistrust) (0–1,5 tahun).

 Bayi sejak dilahirkan dan mulai kontak dengan dunia luar


sangat bergantung pada orang lain dan lingkungannya. Ia
mengharapkan mendapatkan rasa aman dan rasa percaya
pada lingkungan, terutama ibunya sebagai perantara
dengan lingkungan luar. Apabila hubungan orang tua
dengan bayi berjalan dengan baik, maka rasa percaya
(trust) terhadap lingkungan dapat berkembang dengan
baik, dan sebaliknya. Bayi menggunakan mulut dan
pancaindera sebagai alat untuk berhubungan dengan dunia
luar.
 Gangguan yang mungkin timbul pada anak usia ini
antara lain seperti sulit makan (setelah usia 6
bulan), iritabilitas, takut/cemas, dan ingin selalu
melekat pada ibu. Adanya tingkat bergantung
yang kuat dapat diinterpretasikan sebagai kurang
berkembangnya dasar kepercayaan dan menjadi
faktor predisposisi dalam menimbulkan kelainan
jiwa seperti depresi, skizofrenia, dan adiksi
Otonomi (autonomy) vs Malu dan Ragu
(Shame and Doubt) (1,5 Tahun)

 Anak pada usia 1,5 tahun tumbuh dan berkembang sejalan dengan
kemampuan alat gerak, dan didukung rasa kepercayaan dari ibu dan
lingkungan, maka tumbuh kesadaran bahwa dirinya dapat bergerak
dan ingin mendapatkan kepuasan gerak sehingga anak berbuat
sesuai dengan kemauannya. Pada usia ini berkembang rasa otonomi
diri bahwa dirinya dapat menolak ataupun memberi sesuatu pada
lingkungannya sesuai dengan keinginannya tanpa dipengaruhi orang
lain. Kemampuan ini penting sebagai dasar membentuk keyakinan
yang kuat dan harga diri seorang anak di kemudian hari. Saat
berhubungan dengan orang lain, anak cenderung egosentrik.
 Lingkunganpun berperan dalam membentuk
kepribadian anak, sehingga gangguan pada masa
ini menyebabkan anak menjadi pemalu, ragu-
ragu, dan cenderung memberi pengekangan pada
diri. Gangguan jiwa yang mungkin timbul yaitu
kemarahan, sadistik, keras kepala, menentang,
agrasi, enkopersis, enuresis, obsesi kompulsif, dan
paranoid
inisiatif (initiative) vs Rasa Bersalah
(guilt) (3–6 Tahun)
 Tahap ketiga anak belajar cara mengendalikan diri dan memanipulasi
lingkungan. Rasa inisiatif mulai timbul menguasai anak, tetapi
lingkungan mulai menuntut anak untuk melakukan tugas tertentu. Anak
akan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungannya dan ingin
diikutsertakan sebagai seorang individu yang mempunyai peran. Adanya
keterbatasan seorang anak dalam memenuhi tuntutan lingkungan akan
menimbulkan rasa kecewa dan rasa bersalah. Hubungan ibu, ayah, dan
anak sangat penting karena akan menjadi dasar kemantapan identitas
diri. Selain itu, anak mulai membentuk peran sesuai jenis kelamin yang
wajar, serta mencoba berlatih mengintegrasikan peran sosial dan
tanggung jawab. Hubungan dengan teman sebaya atau saudara akan
cenderung untuk menang sendiri
 Gangguan yang mungkin timbul pada
masa ini adalah kesulitan belajar,
masalah di sekolah, pergaulan dengan
teman-teman, serta anak menjadi
pasif, takut, dan mungkin terjadi
neurosis.
Kerja Keras (industry) vs inferioritas
(inferiority) (7–11 Tahun)
 Anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu
sekolah. Anak dihadapkan pada keadaan yang menuntut
untuk mampu menyelesaikan suatu tugas dan perbuatan
hingga menghasilkan sesuatu. Hubungan ibu-ayah-anak
mulai berakhir dan anak siap meninggalkan rumah dan
orang tua dalam waktu terbatas untuk pergi ke sekolah.
Anak mulai merasakan sifat kompetitif, mengembangkan
sikap saling memberi dan menerima, serta setia kawan
dan berpegangan pada aturan yang berlalu.
 Gangguan yang mungkin timbul pada masa ini
adalah rasa kekurangan pada diri, merasa tidak
mampu, rasa inferior, gangguan pada prestasi
belajar, dan takut berkompetisi.
identitas (identity) vs Difusi Peran (Role
Diffusion) (12–18 Tahun)
 Anak mengalami banyak perubahan dan
perkembangan dalam berbagai aspek. Secara
fisik, anak merasa sudah dewasa karena
pertumbuhan badan yang pesat, tetapi secara
psikososial anak belum memiliki hak-hak seperti
orang dewasa. Pada masa ini juga dikenal sebagai
masa standardisasi diri karena anak berusaha
mencari identitas diri dalam hal seksual, umur,
dan jenis kegiatan.
 Lingkungan memberikan pengaruh utama dalam
pembentukan jiwa anak remaja. Peran orang tua
sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama
mulai berkurang dan anak lebih senang
mendapatkannya dari lingkungan luar. Anak lebih
memilih berkelompok untuk bereksperimen dengan
peranannya untuk menyalurkan ekspresi. Anak akan
cenderung memilih orang dewasa yang lebih penting
untuk mereka jadikan sebagai bantuan di saat yang
kritis.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor Mikrokosmos

 Faktor mikrokosmos adalah faktor yang ada dalam diri


anak, seperti kondisi genetika dan berbagai masalah
intrauterin. Kondisi genetika ditentukan oleh komposisi
kromosom, yang akan memengaruhi identitas gender,
kecenderungan perlakuan berikutnya, dan pewarisan sifat
orang tuanya. Masalah intrauterin meliputi usia (ibu atau
janin), nutrisi, obat-obatan yang dikonsumsi ibu, radiasi,
dan berbagai komplikasi kehamilan lainnya
 Kondisi Genetika
Komposisi kromosom (XX, XY, XXY, XYY), Identitas gender,
Kecenderungan perlakuan, Mewariskan sifat

 Masalah Intrauterin
Berbagai masalah dalam kandungan antara lain usia baik ibu
maupun usia janin, nutrisi ibu selama hamil, berbagai obat
yang konsumsi ibu selama hamil, radiasi, atau berbagai
komplikasi kehamilan lainnya.
Faktor Makrokosmos

 Faktor makrokosmos merupakan faktor luar dari


anak yang juga akan memengaruhi pertumbuhan
perkembangan. Faktor tersebut meliputi pola
asuh yang dilakukan ayah, ibu, saudara, atau
teman di lingkungannya.
 Pola Asuh dalam Keluarga (lingkungan Asuhan)
Ayah, ibu, saudara mendidik anak seperti keinginannya. Menginginkan
anak menjadi seperti dirinya, pola asuh yang diberikan, cara hidup, dan
strategi menghadapi kehidupan diajarkan sesuai pengalaman mereka.
 Lingkungan
Lingkungan dengan berbagai macam keadaannya menuntut anak mampu
beradaptasi, serta membandingkan dengan ajaran yang telah diperoleh
atau dipelajari dari rumah untuk dikembangkan dalam lingkungan sosial.
Lingkungan adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan perilaku
anak. Anak dapat belajar kehidupan melalui asosiasi, konsekuensi, atau
observasi.
HAK ANAK MENURUT PBB

 Mempunyai nama dan kewarganegaraan.


 Mendapat perawatan khusus bila cacat.
 Memperoleh kesempatan penuh untuk berkreasi dan bermain.
 Memperoleh gizi, perumahan, dan perawatan medis.
 Priorotas dalam menerima pertolongan jika terjadi bencana.
 Memperoleh pendidikan serta pengembangan kemampuan
pribadi.
 Perlindungan terhadap segala bentuk kealpaan, kekejaman, dan penekanan
 Dibesarkan dalam semangat toleransi, aman, serta persaudaraan universal.
 Mendapat kasih sayang, cinta, dan pengertian dalam suasana moral serta
material yang terjamin.
 Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dan moral, menuju pelayanan
terhadap sesama.
 Memperkembangkan budi bahasa yang wajar dan sehat secara sosial, spiritual,
moral, mental, dan jasmaniah.
 Menikmati hak ini tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, agama,
atau asal usul sosialnya.
Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak, pasal 2 ayat 1-4

 Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan


berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan
khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
 Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa,
untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.
 Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam
kandungan maupun sesudah dilahirkan.
 Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
dengan wajar.
GANGGUAN JIWA YANG SERING TERJADI
PADA ANAK DAN REMAJA
 skizofrenia jarang terjadi di usia anak, gangguan
terbanyak pada anak adalah karena gangguan
penyesuaian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai