Anda di halaman 1dari 54

CASE REPORT

Chronic Kidney Disease

Pembimbing :
dr. Andi Susanto, Sp. PD

Disusun oleh :
Aguswan Purwendo , Aulia Shabrina , Zulfikar
IDENTITAS PASIEN

– Nama : Tn.N
– Usia : 51 tahun
– Status : Menikah
– Jenis Kelamin : Laki-laki
– Alamat : Pinang Ranti – Jakarta Timur
– Agama : Islam
– Tanggal Masuk RS : 19 Mei 2019
– Tanggal Pemeriksaan : 19 Mei 2019
ANAMNESA

Keluhan Utama : Sesak Nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


– Pasien mengeluhkan sesak nafas kurang lebih satu bulan SMRS. Keluhan
dirasakan memburuk ketika aktivitas tetapi tidak membaik dengan
istirahat. Sebelum akhirnya pasien dibawa ke RS, pasien juga mengalami
lemas, mual dan muntah yang berisi makanan campur cairan namun tidak
ada darah, nyeri dada dan ulu hati, perut membuncit, bengkak pada kaki,
lemas badan dan batuk berdahak berwarna putih kekuningan selama 3
hari. Pasien juga sering mengeluhkan tidak nafsu makan. Keluhan tidak
disertai dengan demam, gangguan BAB ataupun BAK.
Keluhan nyeri dada dirasakan saat berbaring sering membuat
pasien bangun pada malam hari. Keluarga mengatakan bahwa
pasien memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol.

Riwayat Penyakit Dahulu ( sebelum masa sakit)


– Memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi (+)
– Memiliki riwayat penyakit Jantung (-)
– Riwayat penyakit (lambung) (+)
– Riwayat penyakit hati disangkal
– Riwayat trauma disangkal
– Riwayat stroke disangkal
– Riwayat penyakit kencing manis disangkal
– Riwayat penyakit paru disangkal
– Riwayat penyakit bawaan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
– Di keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
sama

Habitualis dan Lingkungan


– Pasien memiliki riwayat merokok
– Kebiasaan minum alkohol disangkal
– Kebiasaan menggunakan jarum suntik disangkal
– Kebiasaan konsumsi obat- obatan terlarang disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

Kesan Umum
Keadaan Umum
– Kesan sakit: Sedang Kesadaran : Composmentis
– BMI : 17,7 Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 75 Kg

Keadaan Sirkulasi
– Tekanan darah : 120/70 mmHg Suhu : 36,8 oC
– Nadi : 92 x/menit

Keadaan Pernafasan : Frekuensi : 26 x/menit


– Corak Pernafasan: torako-abdominal
Pemeriksaan Fisik
Kepala
1. Kepala : Normocephal
2. Mata
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : anemik +/+
Palpebra : edema +/+
4. Telinga : tidak ada kelainan bentuk. Sekret tidak ada
5. Hidung : Pernafasan cuping hidung : tidak ada, deviasi tidak ada.
6. Bibir : Sianosis :tidak Kering : tidak
7. Gigi dan Gusi : tidak ada pendarahan. Tidak ada infeksi.
8. Lidah
- Mukosa : basah, tidak pucat
- Permukaan : bersih
9. Rongga Mulut : mukosa oral lembab.
10. Rongga Leher
- Pharing : tidak hiperemis
- Tonsil : tidak ada pembesaran
11. Kelenjar Parotis : tidak ada pembesaran
Leher
- Inspeksi :
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Pembesaran vena : tidak terlihat
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

- palpasi :
Kaku kuduk : tidak ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening : tidak teraba
PEMERIKSAAN THORAX

1. Thorax Depan
– Inspeksi
– Bentuk umum : simetris
– Sudut epigastrium : < 90 derajat
– Sela Iga : tidak ada pelebaran
– Frontal & sagital : tidak ada kelainan
– Pergerakan : simetris kiri = kanan
– Skeletal : tidak ada retraksi
– Kulit : tidak ada ulkus
– Iktus cordis : terlihat di ISC 5 linea midclavicula sinistra
– Tumor : tidak ada
– Palpasi
– Kulit : tidak ada kelainan
– Muskulator : tidak ada retraksi
– Vokal fremitus : kiri = kanan
– Mammae : tidak ada retraksi, tidak ada massa
– Ictus cordis : - Lokalisasi : ICS 5 linea midclavicular
sinistra
- Intensitas : tidak kuat angkat
- Pelebaran : tidak ada
- Irama : reguler
- Thrill : tidak ada
Perkusi
Paru-paru : - Kanan : sonor
- Kiri : sonor
- Batas paru hati : ICS 5
- Peranjakan : 1 ICS
COR : - Batas atas : ICS 2
- Batas kiri : 2 cm Lateral L. Aksilaris Ant Sin
- Batas kanan : L. parasternal dextra
Auskultasi
– Paru-paru : Suara pernafasan : Vesicular kanan=kiri
– Vokal resonans : kiri=kanan
– Suara tambahan : ronchi +/+, wheezing tidak ada

– COR : Bunyi jantung : S1& S2 regular tidak ada kelainan
– Murmur : tidak ada
– Gallop : tidak ada
Thorax Belakang :
Inspeksi
– Bentuk : normal
– Pergerakan : simetris
– Skelet : tidak ada kelainan
Palpasi
– Vokal fremitus : kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi :
– Paru-paru : Suara Pernafasan : vesicular
– Vokal resonans : normal
– Suara tambahan : ronchi +/+ basah kasar, wheezing tidak ada
Pemeriksaan Abdomen :
– Inspeksi
– Bentuk : membuncit Pergerakan waktu nafas : normal
– Kulit : turgor normal
– Palpasi
– Dinding perut : lembut, supel
– Nyeri Tekan : positif di regio epigastrc
– Nyeri Lokal : positif di regio epigastric
– Nyeri ketok CVA : +/+
Hepar
Pembesaran : tidak dapat dinilai
Lien
Pembesaran : tidak dapat dinilai
Ginjal
Pembesaran : tidak dapat dinilai
– Perkusi
– Asites : ada
– Auskultasi
– Bising usus : positif 12x/menit

– Kaki & Tangan (Exstremitas)


– Inspeksi
– Bentuk : normal Palmar erythema : negatif
– Kulit : normal Clubbing finger : negatif
– Pergerakan: tidak terbatas Edema : +/+

– Palpasi
– Kulit : akral dingin
– Lain-lain : Edema Pitting +/+

FOLLOW UP

– 19/5/19
– S : Os mengeluhkan lemas, batuk berdahak, sesak nafas, nyeri dada dan ulu
hati, mual tanpa disertai muntah.
– O : TD : 170/100; N : 84x/m; R: 23x/m; S : 37,1 C
– M : KA +/+
– P : Ronchi +/+
– Abd : NTE (+)
– Eks : bawah  edema +/+
FOLLOW UP

– 20/5/19
– S : Os mengeluhkan batuk masih ada. Sesak nafas dan nyeri dada masih
dirasakan. Nyeri ulu hati (+)
– O : TD : 160/100; N : 88x/m; R: 21x/m; S : 36,9 C
– M : KA -/-
– P : Ronchi +/+
– Abd : NTE (+) Nyeri ketok CVA +/+
– Eks : bawah  edema +/+
– 21/05/19
– S : OS mengeluhkan sulit tidur, gelisah, batuk dan nyeri dada serta ulu hati
masih dirasakan. Sesak nafas dan penurunan kesadaran.
– O : TD : 180/90; N : 80x/m; R: 20x/m; S : 36,6 C
– M : KA -/-
– P : Ronchi -/-
– Abd : NTE (+) Nyeri ketok CVA -/-
– Eks : bawah  edema -/-
PEMERIKSAAN LAB
Pemeriksaan Lab Darah :
– HEMATOLOGI KLINIK
– Hemoglobin : 9,6 g/dl
– Jumlah Leukosit : 17,7 ribu/uL
– Jumlah Hmatokrit : 26 %
– Jumlah Trombosit : 154 ribu/Ul

– KIMIA DARAH
– Diabetes :
– Glukosa Sewaktu : 110 mg/dl
– Fungsi Ginjal:
– Ureum : 62 mg/dl
– Creatinine : 3,6 mg/dl
Analisa Gas Darah :
– pH : 7,47
– PCO2 : 20,6 mmHg
– PO2 : 94,8 mmHg
– TCO2 : 15,8 mmol/L
– HCO3 : 15,2 mmol/L
– BEecf : (-8,6) mmol/L
– sO2 : 96,1 %
Fungsi Hati :
– Protein Total : 4,91 g/dl
– Albumin : 2,04 g/dl
– Globulin : 2,87 g/dl
– Bilirubin Total : 5,74 mg/dl
– Bilirubin direk :3,91 mg/dl
– Bilirubin Indirek : 1,83 mg/dl
– SGOT : 780 U/l
– SGPT : 319 U/l
Pendahuluan
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang terletak
di belakang rongga abdomen, Ginjal mengolah plasma yang
mengalir masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin, menahan
bahan – bahan tertentu dan mengeliminasi bahan – bahan yang
tidak diperlukan ke dalam urin.
Gagal ginjal kronik adalah keadaan dimana ginjal kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi
cairan tubuh yang berlangsung progresif, lambat, samar dan
bersifat irreversible (biasanya berlangsung beberapa tahun).
Anatomi Ginjal
glomerulus
1. Endotel glomerulus terdiri atas sel-
sel yang kontak dengan
membrana basalis.
2. Membrana basalis merupakan
jaringan glikoprotein dan
mukopolisakarida yang bermuatan
negatif dan bersifat selektif
permeabel.
3. Epitel glomerulus memiliki sel-sel
khusus yang dinamakan podosit.
Podosit memiliki prosesus yang
menyerupai kaki (footlike
processes) yang menempel ke
membrana basalis
DEFINISI

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis


dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Dan ditandai dengan adanya uremia ( retensi urea dan
sampah nitrogen lainnya dalam darah)
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik (NKF-KDOQI,
2002)
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:

- Kelainan patologis

- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam


komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan
(imaging tests)

2. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3


bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
EPIDEMIOLOGI

Hasil Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal


ginjal kronis sebesar 0,2%. prevalensi meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada kelompok umur 35-
44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun. Prevalensi pada
laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%)
KLASIFIKASI

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.

Klasifikasi atas dasar penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft – Gault sebagai berikut :

LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 – umur) X berat badan *)


72 X kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Der Penjelasan LFG (ml/mn/1,73m2)
ajat
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau
2 Kerusakan ginjal dengan LFG 60 – 89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG 30 – 59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Diagnosis
Etiologi

Penyakit ginjal diabetes

Penyakit ginjal non


diabetes
Penyakit pada
transplantasi
Klasifikasi tekanan darah sistolik, diastolik, modifikasi gaya
hidup, serta terapi obat berdasarkan Joint National
Committee (JNC) VII.

Klasifikasi Sistolik Diastolik Terapi


Tekanan (mmHg)
(mmHg)
Darah
Normal < 120 Dan < 80 tidak perlu obat

Prehipertens 120 – 139 Atau 80 – 89 antihipertensi

i
Stage 1 HT 140 – 159 Atau 90 – 99 Thiazid tipe diuretik

Dapat juga ACEI, ARB,


BB, CCB, atau kombinasi

Stage 2 HT > 160 Atau > 100 Kombinasi 2 jenis obat


(biasanya thiazid tipe
diuretik dan ACEI atau
ARB atau BB atau CCB)
Hipertensi pada CKD

– Disebabkan karena ada kerusakan pada unit filtrasi ginjal sehingga


menyebabkan penurunan perfusi ginjal akhirnya menjadi iskemik
ginjal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pelepasan renin yang
terdapat di aparatus juxtaglomerulus sehingga mengubah
angiotensinogen menjadi angitensin I. Lalu oleh converting enzyme,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II memiliki
efek vasokonstriksi kuat sehingga meningkatkan tekanan darah.
Patofisiologi
DIAGNOSIS

Memastikan adanya penurunan faal


ginjal (LFG)

Mengejar etiologi GGK yang mungkin


dapat dikoreksi

. Mengidentifikasi semua faktor


pemburuk faal ginjal (reversible factors)

Menentukan strategi terapi rasional

Meramalkan prognosis
Gambaran klinis :

– i) sesuai dengan penyakit yang mendasari, seperti DM, infeksi


traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi dsb.
– ii) sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload),
neuropati perifer, pruritusm uremic frost, perikarditis, kejang-kejang
sampai koma;
– iii) gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, chlorida)
LABORATORIUM

Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :


a) Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b) Penurunan fungsi ginjal berupa peningakatan kadar ureum dan
kreatinin serum, dan penurunan LFG
c) Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar
hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau
hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik
d) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria,
cast, isostenuria
RADIOLOGIS

Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik


meliputi :
a) Foto polos abdomen
b) Pielografi intravena
c) Pielografi antegrad atau retrograd sesuai indikasi
d) Ultrasonografi ginjal
e) Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila
ada indikasi
BIOPSI DAN PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
GINJAL

Dilakukan pada pasien dengan ukuran


ginjal yang masih mendekati normal

Kontraindikasi pada ukuran ginjal yang


mengecil, ginjal polikistik, hipertensi
yang tidak terkendali, infeksi perinefrik,
gangguan pembekuan darah, gagal
nafas, dan obesitas.
TATALAKSANA

Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya


Pencegahan dan terapi terhadap kondisi
komorbid (comorbid condition)
Memperlambat perburukan (progression) fungsi
ginjal
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskular
Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
transplantasi ginjal
Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronis Sesuai dengan Derajatnya
DERAJAT LFG (ml/mnt/1,73m2) RENCANA TATALAKSANA
Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,
evaluasi pemburukan (progression)
1 ≥ 90
fungsi ginjal, memperkecil risiko
kardiovaskular
Menghambat pemburukan (progression)
2 60-89
fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
TATALAKSANA
Pembatasan asupan protein

Dilakukan pada LFG ≤ 60 ml/menit.


Asupan protein : 0,6 – 0,8gr/kgBB/hari 0,35 - 0,50gr diantaranya protein
dengan nilai biologis tinggi.
Protein tidak disimpan dalam tubuh dipecah menjadi urea dan substansi
nitrogen lain akan dieksresi ginjal Asupan protein tinggi penimbunan
substansi nitrogen dan ion anorganik lain uremia
Asupan protein berlebih perubahan hemodinamik ginjal meningkatkan
aliran darah dan tekanan intraglomerulus (intraglomerulus hyperfiltration)
meningkatkan perburukan fungsi ginjal
Pembatasan Cairan dan Elektrolit

 Bertujuan mencegah terjadinya edema dan komplikasi


kardiovaskular
 Air yang masuk tubuh harus sama dengan air yang keluar tubuh
 Air yang keluar tubuh = insensible water loss (IWL) 500 – 800
ml/hari (sesuai luas permukaan tubuh) + jumlah urin.
 Pantau asupan kalium dan natrium
 Kalium. Hiperkalemi
 aritmia jantung. Anjuran: 3,5 – 5,5 mEq/lt. Natrium. Mengendalikan
HT dan edema. Disesuaikan dengan tingginya TD dan derahat
edema
Asidosis metabolik

Asidosis metabolik harus dikoreksi karena


meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah
dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen
alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan
intravena bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L

Anemia

Dapat diberikan eritropoetin pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis inisial
50 u/kg IV 3 kali dalam seminggu. Jika Hb meningkat >2 gr/dL kurangi
dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg
dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu

Hipertensi

Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama


penghambat Enzym Konverting Angiotensin (Angiotensin
Converting Enzyme/ ACE inhibitor). Melalui berbagai studi
terbukti dapat memperlambat proses pemburukan
antihipertensi dan antiproteinuria.
Terapi pengganti ginjal

Hemodialisis

Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi


elektif :

indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik,


bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan
diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen
(BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%.

Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual,


anoreksia, muntah, dan astenia berat.
Dialisis peritoneal (DP)

Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan


orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang
telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-
pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila
dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting,
pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal)
dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati
diabetik disertai co- morbidity dan co-mortality. Indikasi non-
medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual
tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang
jauh dari pusat ginjal.
Transplatasi ginjal
KOMPLIKASI

Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan berbagai


komplikasi sebagai berikut :
- Hiperkalemia
- Asidosis metabolik
- Komplikasi kardiovaskuler ( hipertensi dan CHF )
- Kelainan hematologi (anemia)
- Osteodistrofi renal
- Gangguan neurologi ( neuropati perifer dan
ensefalopati)
- Tanpa pengobatan akan terjadi koma uremik
PROGNOSIS

Penyakit GGK tidak dapat disembuhkan sehingga prognosis


jangka panjangnya buruk, kecuali dilakukan transplantasi
ginjal. Penatalaksanaan yang dilakukan sekarang ini,
bertujuan hanya untuk mencegah progresifitas dari GGK itu
sendiri. Selain itu, biasanya GGK sering terjadi tanpa
disadari sampai mencapai tingkat lanjut dan menimbulkan
gejala sehingga penanganannya seringkali terlamba
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. Sistem Kemih. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran ECG ; 2001. p. 463 – 503.
2. Sudoyo, A. W dkk. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta :
Pusat Penerbitan IPD FK UI ; 2009. p. 1035 – 1040.

3. Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. Dinduh dari :


file:///C:/Users/ELI%20SUSANTI/Downloads/infodatin%20ginjal%202017.pdf

4. Kamaludin Ameliana. 2010. Gagal Ginjal Kronik. Jakarta : Bagian Ilmu Penyakit Dalam UPH.

5. Silbernagl S dan Lang F. 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC Tedla FM, Brar
A, Browne R, dan Brown C. 2011. Hypertension in chronic kidney disease: navigating the evidence.
International Journal of Hypertension.
6. Editorial. Tekanan Darah Tinggi. Diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Hipertensi. Azis R, Sidartawam S, Anna
YZ, Ika PW, Nafriadi, Arif M, editor. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. hlm 168-70.
8. Ketut Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007. hlm 570-3.
9. Silbernagl, S dan Lang, F. Gagal Ginjal kronis. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Cetakan I.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2007. p. 110 – 115.
Identitas Pasien

Nama : Tn.B Anamnesis

Umur : 54 tahun Pasien datang ke IGD RS


Ridwan dengan rencana HD rutin 2
Jenis Kelamin : laki - laki
kali/minggu. Pasien mengeluh
Agama : Islam
lemas, mual (-), muntah (-), BAB dan
Alamat : Pondok BAK dbn
Rangon
Istri pasien menyatakan bahwa
Status pernikahan : Menikah dahulu pasien mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi minuman rasa-rasa
seperti teh pucuk dan lainnya
dibandingkan minum air putih, pasien
tidak mengkonsumsi minuman
beralkoho, obat warung atau obat
herbal
Riwayat Penyakit Sekarang

Saat ini pasien mengeluh lemas, mual (-),


muntah (-), BAB dan BAK dbn

Riwayat Pengobatan Pemeriksaan Fisik

Pasien sedang menjalani Hemodialisa rutin Keadaan umum : Tampak sakit

2kali/minggu. sedang

Riwayat Penyakit Dahulu Kesadaran : composmentis

Pasien memiliki riwayat sakit DM sekitar Tekanan darah : 150/80 mmHg

4 tahun pasien rajin minum oabt dan kontrol Nadi : 56 x/menit

Riwayat Penyakit Keluarga Nafas : 22 x/menit

Keluarga tidak ada riwayat Hipertensi, DM Suhu : 36.5º C


dan Stroke.
Kesan gizi : gizi kurang
Status Generalis
Kepala : normocephal, simetris
Rambut : hitam, tersebar merata
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-)
Telinga : sekret tidak ada, nyeri tekan dan ketok mastoid tidak ada
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Tenggorok : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis
Gigi dan Mulut : mukosa dan bibir basah. Caries gigi tidak ada. OH baik
Leher : KGB tidak ditemukan pembesaran
Thoraks : I = normochest, iktus tidak terlihat
Pa = fremitus sama Ki=Ka, iktus teraba
Pe = Sonor. Batas jantung dalam batas normal
Au= Suara nafas vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-. BJ I BJ II
reguler Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : I = datar, distensi tidak ada
Pa = supel, hepar dan lien tidak teraba. Nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 6 Mei 2019 jam 13.37 di Lavender

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hematologi
Hemoglobin 8,6gr/dl 11,7 – 15,5 gr/dl
Leukosit 14,4/ µl 3.600 – 11.000 / µl
Hematokrit 24 % 35 – 47 %
Trombosit 231.000 / µl 150.000 – 440.000 / µl

Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum 294 10 - 50 mg/dL
Cratinin 12,07 0,6 - 1,1 mg/dL
Imunologi
Screening
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV Non Reaktif Non Reaktif
Diagnosis Kerja Tatalaksana awal

 CKD Stadium V on • IVFD

• Furosemid 2x40 mg
HD Prognosis
• Miniaspi 1x80 mg
Diagnosis Banding
• Amlodipine 1x5 mg
Ad vitam : dubia ad
 Anemia • Concor 1x2,5 mg malam
 AKI • Nitrokaf 1x1
Ad fungsionam : dubia ad
Pemeriksaan Penunjang • Vit. B12 3x1
malam
 Laboratorium • Bicnat 3 x 1
Ad sanationam : dubia ad
• CaaCO3 3 x 1
malam
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai