Anda di halaman 1dari 8

OLEH:

KELOMPOK II

BAGAS MAHARDIKA P
RAPITA DAMANIK
ILFAN NOSKI
SURIANI
ENI IRAWANTI MUNTE
1.1 HUBUNGAN SASTRA,MASYARAKATDAN KEBUDAYAAN
Sastra bagian dari kebudayaan. Hubungan antara kebudayaan
dan masyarakat itu sangat erat,karena kebudayaan itu
sendiri,menurut pandangan antropolog, adalah cara suatu kumpulan
manusia atau masyarakat mengadakan sistem nilai, yaitu berupa
aturan yang menemukan suatu benda atau perbuatan lebih tinggi
nilainya, lebih dikehendaki, dari yang lain. Kebanyakan ahli
antropologi melihat kebudayaan itu sebagai satu keseluruhan, dimana
sistem sosial itu sendiri adalah sebagian dari kebudayaan. Sastra
merupakan penggambaran kehidupan yang dituangkan melalui media
tulisan. Melalui sastra, pola pikir seseorang atau kelompok masyarakat
dapat terpengaruh .
Karena sastra merupakan salah satu kebudayaan, sedangkan
salah satu unsur kebudayaan adalah sebagai sistem nilai. Oleh karena
itu, di dalam sebuah karya sastra tentu akan terdapat gambaran-
gambaran yang merupakan sistem nilai. Nilai-nilai yang ada itu
kemudian dianggap sebagai kaidah yang dipercaya kebenarannya,
sehingga pola pikir masyarakat dapat terbentuk melalui karya sastra.
1.2 PENGARUH BUDAYA TERHADAP SASTRA
 Bahasa tidak hanya memunyai hubungan dengan budaya, tetapi juga
sastra. Bahasa memunyai peranan yang penting dalam sastra karena
bahasa punya andil besar dalam mewujudkan ide/keinginan
penulisnya. Banyak hal yang bisa tertuang dalam sebuah sastra, baik
itu puisi, novel, roman, bahkan drama. Setiap penulis karya sastra
hidup dalam zaman yang berbeda, dan perbedaan zaman inilah yang
turut ambil bagian dalam menentukan warna karya sastra mereka.
Oleh karena itu, ada beberapa periode dalam penulisan karya sastra,
seperti Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan 45, Angkatan 66, dan
sebagainya. Setiap periode "mengangkat" latar belakang yang
berbeda-beda sesuai zaman dan budaya saat itu.
 Sebagai contoh, kesusastraan Indonesia. Kesusastraan Indonesia
menjadi potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Tidak jarang,
kesusastraan Indonesia mencerminkan perjalanan sejarah Indonesia,
"kegelisahan" kultural, dan manifestasi pemikiran Bangsa Indonesia.
Misalnya, kesusatraan zaman Balai Pustaka (1920 -- 1933). Karya-
karya sastra pada zaman itu menunjukkan problem kultural ketika
Bangsa Indonesia dihadapkan pada budaya Barat.
Budaya dan sastra memunyai ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat
dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam
kebudayaan akan tercermin di dalam sastra. Masinambouw mengatakan
bahwa sastra (bahasa) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat
pada manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi
manusia di dalam masyarakat, bahasa (sastra) adalah suatu sistem yang
berfungsi sebagai sarana berlangsungnya suatu interaksi.
Ketika kita membicarakan pengaruh kesusastraan asing dalam kesusasteraan
Indonesia, kita harus melihat vista sastra Indonesia dari masa lalu hingga
masa kini. Sebagai langkah awal, kita dapat melayangkan pandangan jauh ke
belakang, ke masa Hamzah Fansuri mula bersyair dan bernazam atau ke
zaman Nuruddin Ar-Raniry ketika melahirkan Bustanul Sallatin (Taman
Raja-Raja) dan ketika Raja Ali Haji melahirkan Bustanul Katibin (Taman Para
Penulis). Hasil kesusastraan di zaman itu lebih sering disebut oleh sarjana
sastra Indonesia-Melayu sebagai bagian dari sastra lama Indonesia dan
dilanjutkan dengan sastra baru (modern) Indonesia yang dimulai sejak
munculnya percetakan di Hindia Belanda dan diramaikan oleh kelompok
Pujangga Baru. Meskipun demikian, patut diketahui bahwa sastra baru
Indonesia pun sudah dipelopori oleh penulis Tionghoa peranakan yang mula
pertama memperkenalkan cerpen dalam kesusastraan Indonesia modern.
Karya sastra Indonesia (Nusantara) lama itu sudah dimulai sejak
abad ke-16 pada zaman Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniry, dan
Syamsuddin Al-Sumatrani hingga periode para wali di Jawa yang banyak
menghasilkan suluk sebagai pengaruh budaya Islam. Namun, di Jawa jauh
sebelum Islam masuk pun sudah memiliki karya sastrakakawin yang
mendapat pengaruh dari India. Kesusastraan asing yang paling
berpengaruh dalam kesusastraan Indonesia lama adalah kesusastraan
Arab dan Parsi (Persia). Jejaknya itu dapat kita baca pada naskah lama
yang ditulis dalam aksara Arab Melayu dan tersebar luas hingga ke
seluruh wilayah Nusantara.
Karya sastra dari Arab dan Parsi itu banyak diterjemahkan ke
dalam bahasa Melayu serta meninggalkan bentuk hikayat, syair, gazal,
rubai, gurindam, masnawi, dan barzanzi dalam khazanah sastra Indonesia
lama. Pada zaman Jepang, pengaruh kesusastraan asing, seperti Jepang,
tidak terlalu banyak berarti dalam kesusastraan Indonesia. Hal itu
disebabkan singkatnya masa pendudukan Jepang dan tidak adanya upaya
penerjemahan karya sastra Jepang ke dalam bahasa Indonesia pada saat
itu. Penerjemahan karya sastra Jepang ke dalam bahasa Indonesia dimulai
pada tahun 1972 ketika Anas Ma’ruf menerjemahkan novel Yukiguni karya
Yasunari Kawabata ke dalam versi Indonesia dengan judul Negeri
Salju (Pustaka Jaya, 1972).
KARYA SASTRA DAN KEHIDUPAN (MANUSIA)
Sastra dan manusia serta kehidupannnya persoalan yang selalu menarik
dibahas. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan kehidupannya
berkait rapat dengan kehidupan sastra. Manusia menghidupi sastra. Kehidupan
sastra adalah kehidupan manusia. Manusia beragam melahirkan hubungan sastra
dan agama. Manusia beraksi menumbuhkan ekspresi perlawanan. Manusia
berbangsa mengembangkan rasa kebangsaan melalui sastra. Manusia
berekonomi menggambarkan keterkaitan ekonomi dan sastra. Manusia berprofesi
buruh menumbuhkan pikiran dan rasa keburuhan dalam sastra. Manusia
penghuni pesantren melahirkan sastra pesantren. Manusia sebagai antropolis
bergandengtangan dengan sastra dalam memahami kehidupan manusia. Manusia
multikultural tergambar dalam kehidupan dunia sastra multikultural.Manusia
berkonflik budaya dan sastra wadah menuju kedewasaan kehidupannya. Manusia
bersastra gambaran kehidupan sosial budayanya. Manusia bersastra menjaga
kedamaian kehidupannya. Manusia berkopi sastra cerminan kehidupannya
bervariasi. Manusia berprofesi sastrawan tidak kalah penting dengan politisi atau
teknokrat. Manusia berkehidupan ilmiah dalam sasta melahirkan kritik sastra dan
eksperimentasi sastra. Manusia hidup secara global menumbuhkan sastra global.
Manusia berkomunikasi dengan telkom yang menyatakan aktivitas dengan sastra.
Manusia mengkritik kehidupannya dengan menempatkan sastra sebagai alatnya.
Manusia mengumpulkan karya sastranya,dan menjadikan sebuah pelajaran untuk
menjadi yang lebih baik lagi.
HUBUNGAN SASTRA DAN MASYARAKAT
Hubungan antara sastra dan masyarakat diteliti dengan berbagai cara:
 Yang diteliti ialah faktor-faktor diluar teks sendiri, gejala konteks sastra;teks
sastra itu sendiri tidak ditinjau. Demikian misalnya kita dapat meneliti
kedudukan pengarang didalam masyarakat,sidang pembaca, duia penerbitan,
dan seterusnya. Hal-hal yang bersangkutan dengan sastra memang diberi
patokan dengan jelas, tetapi diteliti dengan metoda-metodadari ilmu sosiologi.
Tentu saja ilmu sastra dapat mempergunakan hasil sosiologi sastra,khususnya
bila ingin meneliti persepsi para pembaca.
 Yang diteliti ialah hubungan antara(aspek-aspek)teks sastra dan susunan
masyarakat. Sastra pun dipergunakan sebagai sumber untuk menganalisa
sistem masyarakat. Sementara ahli sosiologi sastra sering bertolak dari suatu
pandangan sosial atau politik tertentu. Mereka mempunyai suatu pendapat
yang jelas bagaimana seharusnya masyarakat itu dan bersikap kritis terhadap
tata masyarakat yang sedang berlaku. Penilain itu tidak hanya berdasarkan
norma-norma estetik ,melainkan juga norma-norma politik dan etik. Peneliti
tidak hanya menentukan bagaimana pengarang menampilkan jaringan sosial
dalam karyanya,melainkan juga menilai pandangan pengarang.
HUBUNGAN SASTRA DAN BUDAYA
A.Pengertian Sastra dan Budaya
Kesusasteraan pada lahiriahnya merupakan wujud dalam masyarakat manusia melalui bentuk
tulisan dan juga wujud dalam bentuk lisan. Dalam kehidupan sehari-harian, kedua bentuk kesusasteraan
sememangnya tidak terpisah dari pada kita. Misalnya, kita akan mendengar musik yang mengandungi
lirik lagu yang merupakan hasil sastra. Dan kita sendiri pula akan menggunakan berbagai peribahasa dan
pepatah yang indah-indah yang sebenarnya juga merupakan kesusasteraan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

b. Hubungan Sastra dan Budaya


Budaya Indonesia sangat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang
ilmu budaya dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai
berikut:
 Kenyataan bahwa bangsa Indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman
budaya yang tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-
ikatan primordial, kesukaan, dan kedaerahan.
 Proses pembangunan yang sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan
negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya
mental manusiapun terkena pengaruhnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan
perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga
manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya.

Anda mungkin juga menyukai