Anda di halaman 1dari 47

OLEH: Putri Iffah Musyahrofah

PEMBIMBING: dr. H.Djarizal, Sp.M, MPH

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pendahuluan
01 Kornea
Bagian anterior dari mata, merupakan bagian dari
media refraksi

Lapisan Kornea
02
Epitel, membran bowman, stroma, membran
descemet, dan endotel

03 Keratitis
Peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri,
virus, dan jamur

04 Klasifikasi
Berdasarkan lapisan pada kornea yang terkena, keratiti
s superfisial dan keratitis profunda, atau berdasarkan
penyebabnya
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. M
Umur : 33 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Durian Lucuk
Tanggal berobat : 25 Mei 2018
Keluhan Utama
Mata kanan dan kiri nyeri sejak ± 2 minggu SMRS

Anamnesis
ANAMNESA KHUSUS
±1 bulan SMRS pasien mengaku awalnya mata kanan dan kirinya memerah.
Kemudian setelah itu menjadi terasa nyeri. Keluhan dirasakan hilang timbul.
Keluhan berkurang saat pasien meneteskan obat yang dibelinya di apotik.
Pasien mengatakan lama kelamaan pandangan mata kanan dan kirinya
menjadi kurang jelas, padahal pasien mengaku bahwa sebelumnya pandangan
mata kanan dan kirinya terang dan jelas. Keluhan juga disertai dengan rasa
mengganjal pada mata.
± 2 minggu SMRS pasien mengatakan matanya makin nyeri, tetapi keluhan
merah berkurang. Pasien juga merasakan matanya semakin mengganjal dan
silau jika melihat cahaya.
Kotoran mata banyak dan berwarna kekuningan disangkal, sakit kepala di keni
ng yang menjalar disangkal, kelopak mata bengkak disangkal.
RIWAYAT GIZI:
SOSIAL EKONOMI :
IMT = BB/(TB)2= 45/155 = 18, Menengah
75= normal
Baik
Penyakit sistemik

 Tractus respiratorius Tidak ada keluhan

 Tractus digestivus Tidak ada keluhan

 Kardiovaskuler Tidak ada keluhan

 Endokrin Tidak ada keluhan

 Neurologi Tidak ada keluhan

 Kulit Tidak ada keluhan

 THT Tidak ada keluhan

 Gigi dan mulut Tidak ada keluhan

 Lain-lain Tidak ada keluhan


OD OS

Visus : 6/12, PH 6/9 Visus : 6/12, PH 6/9

(tidak ada koreksi visus)

Pemeriksaan visus dan refraksi


OD OS
Palpebra superior Palpebra superior

Benjolan(-), hiperemis(-) Benjolan(-), hiperemis(-)

Palpebra Inferior Palpebra Inferior

Benjolan(-),hiperemis(-) enteropion (-) Benjolan(-),hiperemis(-) enteropion(-)

Cilia Cilia

Trikiasis(-) Trikiasis(-)
Ap. Lacrimalis Ap. Lacrimalis

Sumbatan(-) Sumbatan(-)
Conjugtiva tarsus superior Conjugtiva tarsus superior

Papil(-), folikel(-), litiasis (-), hiperemis (-) Papil(-), folikel(-), litiasis (-), hiperemis (-)
Conjungtiva tarsus inferior Conjungtiva tarsus inferior

Papil(-), folikel(-), litiasis (-), hiperemis (+) Papil(-), folikel(-), litiasis (-), hiperemis (+)

Conjungtiva Bulbi Conjungtiva Bulbi

Injeksi Siliar (+) Injeksi Siliar (+)

Injeksi Konjunctiva (-) Injeksi Konjunctiva (-)

Kimosis (-), ekimosis (-) Kimosis (-), ekimosis (-)

Kornea Kornea

Edema (+) Edema (+)

Infiltrat pungta (+) Infiltrat pungta (+)

Ulkus (-) Ulkus (-)

Makula (-) Makula (-)


COA COA

Sedang Sedang
Pupil Pupil

Bulat, regular Bulat, regular

Refleks Cahaya : Refleks Cahaya :

- Direct (+) - Direct (+)


- Indirect (+) - Indirect (+)
Diameter : 3 mm Diameter : 3 mm
Iris Iris

Coklat, kripta normal, prolaps (-) Coklat, kripta normal, prolaps (-)

Lensa : Jernih Lensa : Jernih


Pemeriksaan Slit Lamp
Silia Silia

Trikiasis (-) Trikiasis (-)


Conjungtiva tarsus Conjungtiva tarsus

Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-).

Conjungtiva bulbi : Injeksi (-), hiperemis (-) Conjungtiva bulbi : Injeksi (-), hiperemis (-)

Kornea : Edema (+), Infiltrat pungta (+) Kornea : Edema (+), Infiltrat pungta (+)

Bilik mata depan : normal Bilik mata depan: normal


Iris : Kripta iris normal Iris : Kripta iris normal
Lensa : Jernih Lensa : Jernih
Tekanan Intra Okuler

Palpasi / Digital : normal Palpasi / Digital : normal

Tonometer Schiotz : tidak dilakukan Tonometer Schiotz : tidak dilakukan


VISUAL FIELD

Konfrontasi : Sama dengan Konfrontasi : Sama dengan

pemeriksa pemeriksa
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan 155 Cm
Berat badan 45 Kg
Tekanan darah 100/60 mmHg
Nadi 76 kali/menit
Suhu 36,40C
Pernapasan 18 kali/menit
Kerdiovaskuler BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Traktus gastrointestinal Bising usus (+)

Paru-paru Vesicular (+/+), wheezing (-/-), rhonki


(-/-)
Neurologi Tidak dilakukan
DIAGNOSIS

Keratitis Pungtata Superfisialis ODS


ANJURAN PEMERIKSAAN

Mikrobiologi

Tes fluoresein
Tatalaksana

1 Gentamycin 0,3% 3 x ODS

2 Betamethasone 0,1% 3x gtt1 ODS

04
3
Mata ditutup dengan perban
Prognosis

Quo ad vitam: dubia ad bonam


Quo ad functionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Kornea

• Selaput bening mata


yang tembus cahaya
• Tebal 0,5 mm di
tengah
• 0,7 mm di tepi
• Diameter 12 mm
• Avaskuler
Keratitis  infeksi pada kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan
jamur biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena
yaitu keratitis superfisialis dan keratitis profunda atau interstisialis.

Keratitis (definisi)
Epidemiologi
 Frekuensi di Amerika Serikat sebesar 5% di antara seluruh kasus
kelainan mata.
 Di negara-negara berkembang insidensi keratitis 5,9-20,7/100.000
orang/tahun.
 Insidensi keratitis tahun 1993  5,3/100.000 penduduk di
Indonesia
 Perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu bermakna pada
angka kejadian keratitis
Etiologi
 bakteri, virus dan jamur.
 Faktor predisposisi:
- kekeringan pada mata
- pajanan terhadap cahaya yang sangat terang
- benda asing
- reaksi alergi
- debu, polusi /bahan iritatif lain
- trauma
- penggunaan lensa kontak yang kurang baik .
Klasifikasi
Berdasarkan tempatnya

KERATITIS SUPERFISIAL KERATITIS PROFUNDA


1. Keratitis epitelial 1. Keratitis interstisial
- Keratitis punctata superfisialis 2. Keratitis sklerotikans
- Herpes simpleks 3. Keratitis disiformis
- Herpes zoster
2. Keratitis subepitelial
- Keratitis nummularis, dari Dimmer
- Keratitis disiformis dari Westhoff
3. Keratitis stroma
- Keratitis neuroparalitik
- Keratitis et lagoftalmus
Menurut tempatnya :
A. Keratitis superfisial
- Non ulceratif
1. Keratitis pungtata superfisialis
2. Keratitis numularis dari Dimmer
3. Keratitis disiformis dari Westhtoff
4. Keratokonjungtivitis epidemika
- Ulceratif
1. Keratitis pungtata superfisial ulseratica
2. Keratitis flikten
3. Keratitis herpetika
4. Keratitis Rosasea
B. Keratitis profunda
- non ulcerativa
1. keratitis interstisial
2. keratitis fustuliformis profunda
3. keratitis sklerotikan
- Ulcerativa
1. keratitis et lagoftalmos
2. keratitis neuroparalitika
3. xeroftalmia
Berdasarkan Penyebab

 Keratitis bakterial
 Keratitis Fungal
 Keratitis Viral
 Keratitis Alergi
KERATITIS PUNGTATA
SUPERFISIAL
Definisi

Keratitis punctata superfisialis Kekeruhan


Peradangan akut pada satu atau 2 mata. Tidak tampak dengan mata telanjang

Ditandai Mudah dilihat

Pembentukan infiltrat pada permukaan membran Dengan slit-lamp atau kaca pembesar
bowman
Pemulasan dengan flouresin
Tes flouresin (-) karena letaknya subepitelial, di
bagian superfisial dari stroma sedangkan epitel di
atasnya tetap licin
Etiologi
 Virus
 Bakteri
 Parasit
 Neurotropik
Manifestasi Klinis
 Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan
keluhan iritasi ringan, nyeri, adanya sensasi benda asing,
mata berair, penurunan visus, injeksi perikornea dan silau (fotofobia)
 Kornea yg avaskular,pertahanan pada peradangan
tidak bereaksi dgn cepat
Waldering cell dan sel yg terdapat pada
stroma kornea segera bekerja sbg makrofag
dan disusul adanya dilatasi pembuluh darah
sekitar limbus infiltrasi sel-sel mononuklear,
sel plasma, sel PMN yg selanjutnya timbulnya
infiltrat dan terjadi kerusakan epitel dan dapat
timbulnya ulkus kornea
Diagnosis
 Pasien biasanya mengeluhkan adanya mata merah, sensasi benda
asing, fotofobia , penglihatan kabur dan air mata yang berlebihan.

Pemeriksaan ketajaman penglihatan

Pemeriksaan slit lamp

Tes flouresen
Pemeriksaan Penunjang
 Uji Fluoresein melihat adanya defek pada epitel kornea.
 Uji Fistel mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea.
 Uji Placido melihat kelengkungan kornea.
 Uji Sensibilitas Kornea menilai fungsi saraf trigeminus kornea.
 Uji Mikrobiologis  Pewarnaan dengan Gram dan Giemsa untuk mendeteksi
bakteri.
TATALAKSANA
 Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi.
 Anti-inflamasi  kortikosteroid
 Edukasi
Prognosis
 Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi
pada kornea.
 Pada beberapa pasien dapat berlanjut hingga menjadi ulkus kornea
Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan yang diberikan sebelumnya
kurang adekuat, kurangnya kepatuhan pasien dalam menjalankan
terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang
dapat menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien DM,
ataupun karena mata pasien tersebut masih terpapar secara
berlebihan oleh lingkungan luar, misalnya karena sinar matahari
ataupun debu.
PEMBAHASAN

 Keratitis adalah peradangan kornea yang


Berdasarkan anamnesis: disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
• ±2 minggu SMRS mata kanan dan kiri nyeri virus atau suatu proses alergi-imunologi.
• Rasa mengganjal pada mata  Gejala keratitis pungtuata, antara lain
• Silau jika melihat cahaya. lakrimasi, edema kornea, fotofobia,
• Pandangan mata menjadi kurang jelas sensasi seperti ada benda asing, dan
penurunan visus.
Pemeriksaan fisik:
1. Visus dasar : OD 6/12, OS 6/12
2. Posisi bola mata ODS : ortoforia
3. Pergerakan bola mata ODS: baik
4. Palpebra ODS: tidak ada kelainan
5. Konjungtiva ODS: hiperemis (-)
6. Konjungtiva Bulbi ODS:
injeksi siliar (-)
7. Kornea ODS
Keratitis pungtata superfisialis ditemukan
Edema kornea (+)
adanya edema kornea, injeksi perikorne
Infiltrat pungta (+)
a, penurunan visus, dan pembentukan inf
8. Limbus : tidak terdapat kelainan
iltrat yang berupa titik-titik pada kedua pe
9. Sklera : hiperemis (-)
rmukaan membran Bowman. Infiltrat ters
10. COA : sedang
ebut dapat besar atau kecil dan dapat tim
11. Lensa : Jernih
bul hingga berratus-ratus.
12. TIO : normal
13. Lapangan pandang : tidak menyempit
Terapi yang diberikan pada pasien: Pengobatan keratitis pungtata superfisial
Gentamycin 0,3% 3 x ODS •Sulfas atropin 1% 3 kali sehari 1 tetes
•Salep antibiotika, untuk menghindarkan
Betamethasone 0,1% 3x ODS infeksi sekunder, dapat dikombinasikan
Mata ditutup dengan perban dengan kortikostreoid untuk mengatasi i
nflamasi
•Mata ditutup dengan perban
Thank You

Anda mungkin juga menyukai