Biodiesel

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

YOHANES O.

JEBARUT
APA ITU BIODIESEL ?
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif
bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui
seperti minyak sayur atau lemak hewan. Biodiesel disebut juga sebagai
bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari bahan baku yang terbarukan,
selain dari bahan baku minyak bumi.
Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat seperti
minyak diesel atau solar. Sebelum biodiesel dapat digunakan sebagai
bahan bakar, biodiesel ini harus diproses lagi untuk menurunkan
kekentalannya,yang disebut transesterifikasi
KARAKTERISTIK BIODIESEL DARI BERBAGAI BIJI-BIJI DENGAN DIESEL
MINYAK.
JARAK KACANG-
KARAKTER SAWIT KELAPA KAPUK KEPYAR KACANGAN DIESEL

Densitas 0,92 – 0,95 0,92 – 0,94 0,93 0,92 0,92 – 0,98 0,80 – 0,86

Visco. 20OC (cst) 88,6 51,9 — 293 150 – 160 2–8

H. value (MJ/kg) 39,5 37,5 37 18.822 — 45,2

Flame point C 314 270 – 300 — 150 — > 55

Cetane Number 42 — — 53,9 — > 45

Melting point C 25 – 30 22 – 26 — 17 — —

Water cont. 0,1 < 0,25 — < 0,25 — < 0,2

Sulfur cont. — — — — — <


Perkembangan Biodiesel di Indonesia
Indonesia adalah penghasil minyak sawit terbesar,dengan mempertimbangkan aspek
kelimpahan bahan baku, teknologi pembuatan, dan independensi Indonesia terhadap
energi diesel, maka selayaknya potensi pengembangan biodiesel merupakan potensi
pengembangan biodiesel sebagai suatu alternatif yang dapat dengan cepat
diimplementasikan.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan
pengembangan biodiesel sebagai energi terbarukan akan dilaksakan selama 25 tahun,
dimulai dengan persiapan pada tahun 2004 dan eksekusi sejak tahun 2005. Periode 25
tahun tersebut dibagi dalam tiga fasa pengembangan biodiesel.
Pada fasa pertama, yaitu tahun 2005-2010, pemanfaatan biodiesel minimum sebesar 2%
atau sama dengan 720.000 kilo liter untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak
nasional dengan produk-produk yang berasal dari minyak castor dan kelapa sawit.
Fasa kedua (2011-2015) merupakan kelanjutan dari fasa pertama akan tetapi telah
digunakan tumbuhan lain sebagai bahan mentah. Pabrik-pabrik yang dibangun mulai
berskala komersial dengan kapasitas sebesar 30.000 – 100.000 ton per tahun. Produksi
tersebut mampu memenuhi 3% dari konsumsi diesel atau ekivalen dengan 1,5 juta kilo liter.
Pada fasa ketiga (2016 – 2025), teknologi yang ada diharapkan telah mencapai level ‘high
performance’ dimana produk yang dihasilkan memiliki angka setana yang tinggi dan casting
point yang rendah. Hasil yang dicapai diharapkan dapat memenuhi 5% dari konsumsi
nasional atau ekivalen dengan 4,7 juta kilo liter.
Hal-hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam penyediaan dan pengembangan
bahan bakar nabati.
Indonesia telah memiliki empat industri besar yang memproduksi biodiesel dengan total
kapasitas 620.000 ton per hari. Industri-industri tersebut adalah PT Eterindo Wahanatama
(120.000 ton/tahun – umpan beragam), PT Sumi Asih (100.000 ton/tahun – dengan RBD
Stearin sebagai bahan mentah), PT Indo BBN (50.000 ton/tahun – umpan beragam), Wilmar
Bioenergy (350.000 ton/tahun dengan CPO sebagai bahan mentah), PT Bakrie Rekin
Bioenergy (150.000 ton/tahun) dan PT Musim Mas (100.000 ton/tahun). Selain itu juga
terdapat industri-industri biodiesel kecil dan menengah dengan total kapasitas sekitar
30.000 ton per tahun, seperti PT Ganesha Energy, PT Energi Alternatif Indonesia, dan
beberapa BUMN.
MANFAAT BIODIESEL
• Manfaat yang utama dari biogas dan biodiesel adalah sebagai pengganti dari bahan
bakar, khususnya pengganti bahan bakar fosil.
• Mengurangi pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, sulfur
dan hujan asam.
• Bahan dasar nya adalah minyak goreng bekas, dengan adanya pembuatan biodiesel ini
dapat mengurangi beban lingkungan karena sampah/limbah.
• Tidak menambah jumlah gas karbon dioksida,karena minyak berasal dari
tumbuhan/nabati.
• Energi yang dihasilkan mesin diesel lebih sempurna dibandingkan solar hingga yang
menggunakan biodiesel tidak mengeluarkan asap hitam berupa karbon atau CO2,
sedangkan mesin yang menggunakan solar mengeluarkan asap hitam. Biodiesel
mengeluarkan aroma khas seperti minyak bekas menggoreng makanan.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
KEUNGGULAN :
• Mengurangi emisi karbon monoksida dan SO2
• Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun.
• Tidak memerlukan teknologi tinggi dalam pembuatannya.
• Limbah dari biodiesel ini merupakan gliserin.Gliserin ini merupakan bahan dasar pembuatan
sabun, sehingga ramah lingkungan dan mengurangi polusi. Limbahnya pun bisa menjadi berguna.
• Tidak mengandung belerang dan benzena yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat diuraikan
secara alami. Sehingga ramah lingkungan.
• Dilihat dari segi pelumasan mesin, biodiesel lebih baik daripada solar sehingga pemakaian
biodiesel dapat memperpanjang umur pakai mesin.
• Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak
memerlukan modifikasi mesin apapun.
KELEMAHAN :
• Memberikan emisi oksida nitrogen lebih lanjut (emisi Nitrogen oksida dari campuran biodiesel mungkin
bisa dikurangi dengan pencampuran dengan minyak tanah atau Fischer-Tropsch diesel).
• Transportasi & penyimpanan biodiesel memerlukan manajemen khusus.
• Biodiesel karena sifatnya, tidak dapat diangkut dalam pipa. Ini harus diangkut dengan truk atau kereta api,
yang meningkatkan biaya.
• Biodiesel kurang cocok untuk digunakan dalam suhu rendah, dari petrodiesel. Pada suhu rendah, bahan
bakar diesel membentuk kristal lilin, yang dapat menyumbat saluran bahan bakar dan filter dalam sistem
bahan bakar kendaraan. Kendaraan berjalan pada campuran biodiesel karena itu mungkin menunjukkan
masalah drivability lebih kurang suhu musim dingin yang parah daripada kendaraan berjalan pada minyak
solar.
• Properti pelarut biodiesel juga dapat menyebabkan bahan bakar lainnya-sistem masalah. Biodiesel
mungkin tidak kompatibel dengan segel yang digunakan dalam sistem bahan bakar kendaraan yang lebih
tua dan mesin, memerlukan penggantian bagian-bagian jika campuran biodiesel digunakan.
• Dalam beberapa kasus, biodiesel kurang cocok digunakan pada beberapa mesin diesel
modern. BMW dan Mercede Benz misalnya, mereka hanya merekomendasikan Dex, Shell Diesel, dan solar
berkualitas tinggi lainnya.
PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT
Bahan bakar diesel, selain berasal dari petrokimia juga dapat disintesis dari
ester asam lemak yang berasal dari minyak nabati. Bahan bakar dari
minyak nabati (biodiesel) dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan,
tidak mencemari udara, mudah terbiodegradasi, dan berasal dari bahan
baku yang dapat diperbaharui. Pada umumnya biodiesel disintesis dari
ester asam lemak dengan rantai karbon antara C6-C22. Minyak sawit
merupakan salah satu jenis minyak nabati yang mengandung asam
lemak dengan rantai karbon C14-C20, sehingga mempunyai peluang
untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel.
Pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan
dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan
baku dari CPO maka sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi.
 TRANSESTERIFIKASI
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium
hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I
berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65°C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke
dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah
ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama
proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63°C, campuran metanol
dan KOH dimasukkan ke dalam reactor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada
akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini
diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang
terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester.
Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II.
Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II
selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester.
Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena gliserol yang
terbentuk relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.
 PENCUCIAN
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan senyawa
yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar
55°C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).
 PENGERINGAN
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan
dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C. Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan
panas pada produk dengan suhu sekitar 95°C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan
di tengah permukaan cairan pada alat pengering
 FILTRASI
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk
menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung,
seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau dinding pipa atau kotoran dari
bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.

Anda mungkin juga menyukai