Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

Age-Related Macular Degeneration


(ARMD)
Oleh
Annisa Yunita Rani (1102014035)
Dokter Pembimbing
dr. Surti Ningsih Sp.M
ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 2. Lapisan Retina (Jogi, 2009)

Jogi, Renu. 2009. Basic Opthtalmology. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publisher.
Gambar 3. Fovea (Bowling, 2016)

Bowling, Brad. 2016. Kanski’s Clinical Opthalmology. Sydney. Elsevier. Edisi 8.


Gambar 4. Anatomi Makula (The Eye M.D.Association,2011)

The Eye M.D.Association. Retina and Vitreous in American Academy of Ophtalmology. San Francisco: American Aca
demy of Ophtalmology; 2011. PP: 9.
Age-Related Macular Degeneration (ARMD)

2.3.1. Definisi
ARMD disebut juga degenerasi makular senilis berkaitan dengan usia,

bersifat bilateral, degenerasi non herediter yang berkaitan dengan choriocapillaris,

membran bruch, epitel pigmen retina dan fotoreseptor. ARMD merupakan

penyebab umum hilangnya fungsi penglihatan sentral secara permanen pada orang

tua dinegara berkembang (Jogi, 2009).

Jogi, Renu. 2009. Basic Opthtalmology. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publisher.
Epidemiologi

• AMD terjadi pada orang berusia di atas 55 tahun.


• Penelitian baru-baru ini mengisyaratkan peran kerentanan genetik yang melibat
kan jalur komplemen dan faktor-faktor risiko lingkungan, seperti usia, ras kulit
putih, dan merokok.
• Insidens di antara populasi kulit putih selama 10 tahun kira-kira 11,5% untuk
AMD dini dan1,5% untuk AMD lanjut (Eva, 2013).

Eva PR, Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; alih bahasa,Brahm U. Jakarta: EGC; PP: 12-13.
Degenerasi makula senilis terbagi atas 2: (Eva, 2014).
1.Degenerasi Makula Terkait-Usia Dini
• Ditandai oleh drusen minimal, perubahan pigmentasi, atau
atrofi epitel pigmen retina.
• Histopatologis : drusen juga dapat ditemukan sebagai end
apan subretina difus, sebagai endapan laminar basal-terut
ama dibentuk oleh materi berdasar-kolagen dan terletak d
i antara plasma dan membran basal epitel pigmen retina
maupun sebagai endapan linear basal, yang terdiri atas m
ateri granular kaya lipid dalam membran Bruch.
• Perubahan pigmentasi trjd krn gumpalan sel-sel berpigme Gambar 5. Drusen
n setempat di ruang subretina dan retina bagian luar atau
daerah-daerah tipis epitel pigmen retina hipopigmentasi y
ang berkembang menjadi atrofi.

Eva PR, Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; alih bahasa,Brahm U. Jakarta: EGC; PP: 12-13.
1. Degenerasi Makula Terkait-Usia Lanjut
Degenerasi makula terkait-usia lanjut terbagi
menjadi:
a. Atrofi geografik (“degenerasi makula terk
ait-usia kering”)
Tampak sebagai daerah-daerah atrofi
epitel pigmen retina dan sel-sel fotores
eptor yang berbatas tegas, lebih besar
dari dua diameter diskus, yang memun
gkinkan pembuluh-pembuluh koroid di
bawahnya terlihat secara langsung. Keh
ilangan penglihatan terjadi bila fovea s Gambar 6. Area atrofi geografik (The Eye
M.D.Association, 2011)
udah terkena (Eva, 2014).

Eva PR, Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; alih bahasa,Brahm U. Jakarta: EGC; PP: 12-13.
b. Penyakit neovaskular (“degenerasi ma
kula terkait-usia basah”)
Ditandai oleh adanya neovaskularisasi ko
roid atau pelepasan epitel pigmen retina
serosa. Pembuluh-pembuluh baru ini tu
mbuh dalam konfigurasi roda pedati dat
ar atau sea-fan. Pelepasan retina hemora
gik dapat berkembang menjadi metaplas
ia fibrosa, menghasilkan suatu massa su
bretina menonjol, yang disebut parut dis
ciformis. Terjadi kehilangan penglihatan
sentral yang permanen. Gambar 7. Proliferasi Angiomatosa Retina dengan
perdarahan superfisial, pelepasan epitel pigmen retina
dan eksudasi luas. (Eva, 2014)

Eva PR, Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; alih bahasa,Brahm U. Jakarta: EGC; PP: 12-13.
Faktor Resiko

• Usia adalah faktor risiko utama


• Ras. (berkulit putih)
• Keturunan.(tiga kali lebih tinggi jika kerabat tingkat pertama menderita penyakit
tersebut).
• Merokok
• Hipertensi dan faktor risiko kardiovaskular
• Faktor diet. Asupan lemak tinggi dan obesitas
• Aspirin dapat meningkatkan risiko AMD neovaskular.
• Faktor-faktor lain seperti operasi katarak, warna iris biru, paparan sinar matahari yang
tinggi dan jenis kelamin wanita diduga, tetapi pengaruhnya masih kurang pasti (Bowling,
2016).

Bowling, Brad. 2016. Kanski’s Clinical Opthalmology. Sydney. Elsevier. Edisi 8.


ARMD Tipe Kering
• ditandai oleh adanya atrofi dan degenerasi retina bagian luar, epitel pigmen retina, membran
Bruch, dan koriokapilaris dengan derajat yang bervariasi.

• pelepasan fokal epitel pigmen

• DRUSEN
Drusen adalah endapan putih kuning, bulat, diskret, dengan ukuran bervariasi di belakang epitel
pigmen dan tersebar di seluruh makula dan kutub posterior

• Seiring dengan waktu, drusen dapat membesar, menyatu, mengalami kalsifikasi dan meningkat
jumlahnya

James C., Chew C., Bron A. Retina dan Koroid. Dalam : Oftalmologi Edisi Kesembilan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2006.
ARMD Tipe Basah
• terbentuknya neovaskularisasi subretina dan makulopati eksudatif

• Cairan serosa dari koroid di bawahnya dapat bocor melalui defek defek kecil di membran Bruch

• pelepasan-pelepasan lokal epitel pigmen.

• Peningkatan cairan tersebut dapat semakin menarik retina sensorik di bawahnya dan penglihatan biasa
nya menurun apabila fovea terkena

• pertumbuhan pemubulu-pembuluh darah baru ke arah dalam yang meluas ke koroid sampai
ruang subretina

• pelepasan makula dan gangguan penglihatan sentral yang bersifat irreversibel

James C., Chew C., Bron A. Retina dan Koroid. Dalam : Oftalmologi Edisi Kesembilan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2006.
Manifestasi klinis yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi makula antara lain
(Liesegang, 2009) :
1. Distorsi penglihatan, objek-objek terlihat salah ukuran atau bentuk
2. Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama dibagian pusat penglihatan.
3. Kehilangan kemampuan membedakan warna dengan jelas
4. Ada daerah kosong atau gelap dipusat penglihatan
5. Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau membayang
6. Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan penglihatan tanpa
rasa nyeri

Liesegang TJ., Skuta GL., Cantor LB,. 2008-2009. Retina and Vitreous. Basic and Clinical Course.Section 12 . San Fransisco, California : Americ
an Academy of Ophthalmology.
Tanda awal dari suatu kerusakan makula yaitu tidak terlihatnya refleks fovea atau mottled di bawah epitel
retina berpigmen. The International Age-Related Maculopathy Study Group membuat klasifikasi dan siste
m gradasi gambaran degenerasi makula senilis, yaitu :
1. Age related maculopathy (ARM) jika hanya terdapat drusen dan iregularitas epitel pigmen retina.

2. Age related macular degeneration (AMD) jika sudah terjadi atrofi geografik, choroidal neovascularis
ation (CNV), dan pigmen epithelium detachment (PED).

Eva PR, Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; alih bahasa,Brahm U. Jakarta: EGC; PP: 12-13.
Teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi degenerasi makula adalah :
 Snellen chart
 Tes Amsler grid
Pasien diminta suatu halaman uji yang mirip dengan kertas milimeter grafis untuk memeri
ksa luar titik yang terganggu fungsi penglihatannya. Kemudian retina diteropong melalui l
ampu senter kecil dengan lensa khusus.

Gambar 7. Tes Amsler Grid (Artini, 2011).

Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Mata Tenang Visus Turun Perlahan. Dalam: Pemeriksaan Dasar Mata. 2011. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; hlm. 95-98.
 Oftalmoskopi
Area makula ini dapat dilihat dengan oftalmoskopi direk. Terkadang, hal ini dapat membantu agar pa
sien dapat melihat langsung ke cahaya dari alat tersebut. Untuk pemeriksaan yang adekuat, perlu dila
kukan dilatasi pupil (Artini, 2011).
 Pemeriksaan Tambahan
• Angiogram fluoresein untuk menggambarkan posisi membran neovaskular subretina serta dapat
menentukan apakah pasien akan mendapat manfaat dari terapi laser atau tidak.
• OCT dan confocal scanning laser ophtalmoscopy (Eva, 2014).

Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Mata Tenang Visus Turun Perlahan. Dalam: Pemeriksaan Dasar Mata. 2011. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; hlm. 95-98.
Tatalaksana
• Tidak ada terapi untuk degenerasi makula senilis. Penglihatan dimaksimalkan dengan alat bantu pen
glihatan termasuk alat pembesar dan teleskop. Pasien diyakinkan bahwa meski penglihatan sentral
menghilang, penyakit ini tidak menyebabkan hilangnya penglihatan perifer (Artini, 2011).
• Photodynamic Therapy (PDT)
PDT dilakukan dengan menyuntikkan secara intravena bahan kimia serupa porfirin yang diaktivasi ol
eh sinar laser nontermal saat sinar laser berjalan melalui pembuluh darah di membrane subfovea. M
olekul yang teraktivasi menghancurkan pembuluh darah namun tidak merusak fotoreseptor. Sayangn
ya kondisi ini dapat terjadi kembali bahkan setelah terapi laser.
• Laser Argon
konvensional  merusak fotoreseptor

Eva PR, Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; alih bahasa,Brahm U. Jakarta: EGC; PP: 12-13.
Prognosis
Bentuk degenerasi makula yang progresif dapat menyebakan kebutaan total sehingga aktivitas dapat menurun.
Prognosis dari degenerasi makula dengan tipe eksudat lebih buruk di banding dengan degenerasi makula tipe
non eksudat. Prognosis dapat didasarkan pada terapi, tetapi belum ada terapi yang bernilai efektif sehingga ke
mungkinan untuk sembuh total sangat kecil.

Priartso S, Budihardjo, Soemarsono A. Hipertensi sebagai salah satu faktor risiko terjadinya degenerasi makula senilis. Berkala Ilmu Kedokte
ran. 2001; 33(3): 151-157.
Daftar Pustaka
Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Mata Tenang Visus Turun Perlahan. Dalam: Pemeriksaan Dasar Mata. 2011. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; hlm. 95-98.
Bowling, Brad. 2016. Kanski’s Clinical Opthalmology. Sydney. Elsevier. Edisi 8.
Cunningham, Jill. 2017. Recognizing Age Related Macular Degeneration in Primery Care. Philadelphia. American Academy
Of Physician Assistants. Vol.30: No.3
Eva PR, Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum; alih bahasa, Brahm U. Jakarta: EGC; PP: 12-13.
James C., Chew C., Bron A. Retina dan Koroid. Dalam : Oftalmologi Edisi Kesembilan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2006.
Jogi, Renu. 2009. Basic Opthtalmology. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publisher.
Liesegang TJ., Skuta GL., Cantor LB,. 2008-2009. Retina and Vitreous. Basic and Clinical Course.Section 12 . San Fransisco,
California : American Academy of Ophthalmology.
Priartso S, Budihardjo, Soemarsono A. Hipertensi sebagai salah satu faktor risiko terjadinya degenerasi makula senilis. Berkala
Ilmu Kedokteran. 2001; 33(3): 151-157.
The Eye M.D.Association. Retina and Vitreous in American Academy of Ophtalmology. San Francisco: American Academy of
Ophtalmology; 2011. PP: 9.

Anda mungkin juga menyukai