KELOMPOK 5:
Antonius
Marsadhia naufalfigo
Muhammad ramdhani
Muhammad fadhilah
Fahri
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
■ Menurut hukum anglo saxon, suatu perbuatan melawan hukum terdiri dari tiga
bagian:
1. Perbuatan dengan unsur kesengajaan (dengan unsur kesalahan)
2. Perbuatan kelalaian (dengan unsur kesalahan)
3. Perbuatan tanpa kesalahan (tanggung jawab mutlak)
■ Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar
hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang
karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.
■ Ilmu hukum mengenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu :
1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan
2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun
kelalaian)
3. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.
B. Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum
1. Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatig).
2. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian.
3. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan (kelalaian).
4. Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan kausal.
AJARAN SIFAT MELAWAN HUKUM
■ Ketentuan tanggung jawab produk ini dikenal dalam Kitab UndangUndang Hukum
Perdata, yaitu dalam Pasal 1504 yang berbunyi “Si penjual diwajibkan menanggung
terhadap cacat tersembunyi pada barang yang dijual, yang membuat barang itu tak
sanggup untuk pemakaian yang dimaksud, atau yang demikian mengurangi
pemakaian itu sehingga, seandainya si pembeli mengetahui cacat itu, ia sama
sekali tidak akan mebeli barangnya, atau tidak akan membelinya selain dengan
harga yang kurang”.
■ Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara lebih tegas
merumuskan tanggung jawab produk ini dengan menyatakan, “Pelaku usaha
bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan”.
■ Tanggung jawab produk, barang/ jasa meletakkan beban tanggung jawab
pembuktian produk itu kepada pelaku usaha pembuat produk (produsen) itu. Hal ini
dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur bahwa pembuktian terhadap ada
tidaknya unsur kesalahan dalam perkara ini, menjadi beban dan tanggung pelaku
usaha.
TERIMA KASIH