Anda di halaman 1dari 12

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM DAN

TANGGUNG JAWAB PRODUK

KELOMPOK 5:
Antonius
Marsadhia naufalfigo
Muhammad ramdhani
Muhammad fadhilah
Fahri
PERBUATAN MELAWAN HUKUM

A.Pengertian Perbuatan Melawan Hukum


■ Hukum di Prancis yang semula juga mengambil dasar-dasar dari hukum Romawi,
yaitu teori tentang culpa dari Lex Aquilla, kemudian terjadi proses generalisasi, yakni
dengan berkembangnya suatu prinsip perbuatan melawan hukum yang sederhana,
tetapi dapat menjaring semua (catch all), berupa perbuatan melawan hukum yang
dirumuskan sebagai perbuatan yang merugikan orang lain, yang menyebabkan
orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian tersebut harus mengganti
kerugian.
■ Rumusan tersebut kemudian diambil dan diterapkan di negeri Belanda yang
kemudian oleh Belanda dibawa keIndonesia, yang rumusan seperti itu sekarang
temukan dalam Pasal 1365 KUH Perdata Indonesia.

■ Menurut hukum anglo saxon, suatu perbuatan melawan hukum terdiri dari tiga
bagian:
1. Perbuatan dengan unsur kesengajaan (dengan unsur kesalahan)
2. Perbuatan kelalaian (dengan unsur kesalahan)
3. Perbuatan tanpa kesalahan (tanggung jawab mutlak)
■ Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar
hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang
karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.
■ Ilmu hukum mengenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu :
1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan
2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun
kelalaian)
3. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.
B. Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum
1. Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatig).
2. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian.
3. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan (kelalaian).
4. Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan kausal.
AJARAN SIFAT MELAWAN HUKUM

1. Ajaran Sifat Melawan Hukum Formal


■ Sifat melawan hukum formal terjadi karena memenuhi rumusan delik undang
undang. Sifat melawan hukum formal merupakan syarat untuk dapat dipidananya
perbuatan. Ajaran sifat melawan hukum formal adalah apabila suatu perbuatan
telah memenuhi semua unsur yang termuat dalam rumusan tindak pidana,
perbuatan tersebut adalah tindak pidana. Jika ada alasan-alasan pembenar maka
alasan-alasan tersebut harus juga disebutkan secara tegas dalam undang-
undang.
2. Ajaran Sifat Melawan Hukum Materil
■ Ajaran sifat melawan hukum materil adalah memenuhi semua unsur rumusan
delik, perbuatan itu juga harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai
perbuatan yang tidak patut atau tercela. karena itu ajaran ini mengakui alasan
alasan pembenar di luar undang-undang, dengan kata lain, alasan pembenar dapat
berada pada hukum yang tidak tertulis.
TANGGUNG JAWAB PRODUK (PRODUK
LIABILITY)

A. Pengertian produk liability


product liability adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan
yang menghasilkan suatu produk (producer, manufacture) atau dari orang atau badan
yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk (processor,
assembler) atau orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk
tersebut.
■ Product liability ini dapat diklasifikasikan ke dalam hal-hal yang berkaitan dengan
berikut ini:
a. Proses produksi,yaitu yang menyangkut tanggung jawab produsen atas produk
yang dihasilkannya bila menimbulkan kerugian bagi konsumen. Misalnya antara lain
menyangkut produk yang cacat, baik cacat desain maupun cacat produk.
b. Promosi niaga/ iklan, yaitu yang menyangkut tanggung jawab produsen atas
promosi niaga/ iklan tentang hal ihwal produk yang dipasarkan bila menimbulkan
kerugian bagi konsumen.
c. Praktik perdagangan yang tidak jujur, seperti persaingan curang, pemalsuan,
penipuan, dan periklanan yang menyesatkan.
■ Dasar gugatan untuk tanggung jawab produk dapat dilakukan atas landasan
adanya
a. Pelanggaran jaminan (breach of warranty)
b. Kelalaian (negligence)
c. Tanggung jawab mutlak (strict liability)

■ Ketentuan tanggung jawab produk ini dikenal dalam Kitab UndangUndang Hukum
Perdata, yaitu dalam Pasal 1504 yang berbunyi “Si penjual diwajibkan menanggung
terhadap cacat tersembunyi pada barang yang dijual, yang membuat barang itu tak
sanggup untuk pemakaian yang dimaksud, atau yang demikian mengurangi
pemakaian itu sehingga, seandainya si pembeli mengetahui cacat itu, ia sama
sekali tidak akan mebeli barangnya, atau tidak akan membelinya selain dengan
harga yang kurang”.
■ Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara lebih tegas
merumuskan tanggung jawab produk ini dengan menyatakan, “Pelaku usaha
bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan”.
■ Tanggung jawab produk, barang/ jasa meletakkan beban tanggung jawab
pembuktian produk itu kepada pelaku usaha pembuat produk (produsen) itu. Hal ini
dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur bahwa pembuktian terhadap ada
tidaknya unsur kesalahan dalam perkara ini, menjadi beban dan tanggung pelaku
usaha.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai