Anda di halaman 1dari 19

TRAUMA ABDOMEN

JOIN MEETING
RSUD PROVINSI HAJI
ANATOMI

Sembilan Regio Abdomen


ANATOMI
Berikut ini adalah organ-organ yang ada pada masing-masing regio
tersebut.

 Hipokondariium atau hipokondariiaka dextra : hepar, vesica fellea,


flexura coli dextra, glandula suprarenalis dextra

 Epigastrium : gaster, pankreas, duodenum pars superior, hepar

 Hipokondium atau hipokondariiaka sinistra : lien, cauda pankreas,


gaster, lobus hepatis sinistra, flexura coli sinistra, glandula
suprarenalis sinistra.
 Lumbal sinistra : colon descendens, ren sinistra, glandula suprarenalis
sinistra, ureter sinistra.

 Umbilikalis : jejunum, ileum, duodenum, colon transversum, gaster

 Lumbal dextra : ren dextra, ureter dextra, glandula suprarenalis dekstra,


colon ascendens.

 Iliaca atau inguinal dextra : caecum, appendix vermiformis, ovarium


dextra (pada wanita).

 Suprapubis atau hipogastrium : uterus, vesica urinaria, rectum.

 Iliaca atau inguinal sinistra : colon sigmoidea, ovarium sinistra (pada


wanita).
PENGERTIAN
Trauma abdomen didefinisikan sebagai
kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan
oleh luka tumpul atau yang menusuk.
organ pada abdomen yang terkena kerusakan
terbagi atas dua, yaitu :
1. Organ padat atau solid, yaitu : hati, limpa,
dan pankreas
2. Organ berlubang (hollow), yaitu :
lambung, usus, dan kandung kemih
ETIOLOGI
Secara umum, trauma Abdomen dibagi atas trauma tajam/tembus
dan trauma tumpul.
1. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar di dalam
abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal di abdomen.
2. sedangkan trauma tumpul disebabkan oleh pukulan, benturan,
kompresi dan lain - lain
Organ berisiko cedera meliputi :
 hepar (40%),
 usus halus (30%),
 diafragma (20%),
 colon (14%).
Secara umum, trauma Abdomen dibagi atas
1. trauma tajam/tembus
2. trauma tumpul
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang
berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau
tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
 Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan di rongga
peritonium.
 Cairan atau udara dibawah diafragma
 Mual dan muntah
 Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan merupakan
suatu tanda-tanda awal syok hemoragik.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Inspeksi
abdomen diperiksa adanya kondisi lecet (abrasi) atau ekimosis, tanda
memar akibat sabuk pengaman. luka memar atau abrasi perut bagian
bawah sangat berhubungan dengan kondisi patologis intraperitoneal.
 Auskultasi
auskultasi adanya bunyi usus bagian toraks dapat menunjukkan
adanya cedera pada otot diafragma.
 Palpasi
pemeriksaan palpasi dapat mengungkapkan adanya keluhan
tenderness (nyeri tekan) baik secara lokalis atau seluruh abdomen,
kekakuan abdomial, atau rebound tenderness yang menunjukkan
cedera peritoneal.
 Perkusi
dilakukan untuk mendapatkan adanya nyeri ketuk pada organ yang
mengalami cedera.
Pemeriksaan rektal harus dilakukan untuk
mencari bukti cedera penetrasi akibat patah tulang
panggul dan feses dievaluasi adanya darah kotor pada
feses.
Pemasangan NGT (dilakukan apabila tidak ada
kontraindikasi, misalnya: fraktur basis kranii)
dilakukan untuk meniai dekompresi lambung dan
untuk menilai pengeluaran darah pada NGT.
Pemeriksaan fungsi perkemihan dilakukan terutama
adanya tanda dan riwayat trauma panggul yang bisa
mencederai uretra dan kandung kemih. Palpasi
kekencangan kandung kemih dan kemampuan dalam
melakukan miksi dilakukan untuk megeahui adanya
ruptur uretra.
penegakan diagnostik yang diperlukan selama
kondisi preoperatif di gawat darurat, meliputi
pemeriksaan darah (hemoglobin, leukosit, laju endap
darah, waktu perdarahan, waktu pembekuan darah,
serta hemetokrit), serum elektrolit, pemeriksaan USG,
foto polos (abdomen dan toraks), dan CT Scan.
TES LABORATORIUM
Secara rutin, diperiksa hematokrit, hitung jenis
leukosit, dan urinalisis, sedangkan test lainnya
dilakukan bila diperlukan. Nilai-nilai amilase urine
dan serum dapat membantu untuk menentukan
adanya perlukaan pankreas atau perforasi usus.
PEERIKSAAN PENUNJANNG
 Foto polos abdomen dapat menunjukkan adanya udara bebas intraperitoneal,
obliterasi bayangan psoas, dan penemuan-penemuan lainnya yang pada umumnya
tak khas. Fraktur prosesus transversalis menunjukan adanya trauma hebat, dan
harus mengingatkan kita pada kemungkinan adanya perlukaan viseral yang hebat.
 FAST (Focused Abdominal Sonography Trauma)/USG Abdomen didapapatkan
cairan bebas intra peritoneal dianggap sudah menjadi trauma hebat.
 Foto dada dapat menunjukkan adanya fraktur iga, hematotoraks, pnemotoraks,
atau lainnya yang berhubungan dengan perlukaan thoraks.
 Penderita dengan tauma tumpul sering memerlukan foto thoraks sinar X
tengkorak, pelvis, dan anggota gerak lainnya.
 Studi kontras pada saluran kemih diperlukan bila terdapat hematuria.
 Foto sinar X dengan kontras pada saluran pencernaan atas dan bawah, diperlukan
pada kasus tertentu.
 CT Scan abdomen sangat membantu pada beberapa kasus, tetapi ini belum
banyak dilakukan.
 Angiografi dapat meunjukan perlukaan pada limpa, hati, dan pakreas. Pada
kenyataanya, angiografi abdominal jarang dilakukan.
PENATALAKSANAAN
KEDARURATAN
Hal umum yang perlu mendapat perhatian dalam
penanganan kedaruratan adalah atasi dahulu ABCDE,
bila pasien telah stabil baru kita memikirkan
penatalaksanaan abdomen itu sendiri.
Selain untuk diagnostic, pipa lambung harus
segera dipasang untuk mencegah terjadinya aspirasi
bila terjadi muntah. Sedangkan kateter dipasang
untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai
urin.
 Airway
Ada atau tidaknya sumbatan jalan napas (sekret, lidah jatuh ke
belakang, bronkospasme), kepatenan jalan napas.
 Breathing
Bunyi napas dasar (vesikuler), frekuensi pernapasan, pola napas,
penggunaan otot bantu napas.
 Circulation
Denyut nadi, frekuensi, kekuatan, irama, tekanan darah, capillary
refill <2 detik.
 Disability
Ketidakmampuan, GCS (E=4, M=6, V=5), reaksi pupil, reflex cahaya
 Exposure
Sensasi nyeri, cegah pasien hipotermi, lihat ada tidaknya jejas yang
mengancam nyawa, CT scan abdomen, Lavase Peritoneal Diagnostik
(LPD).

Perdarahan harus diatasi segera, sedangkan pasien yang tidak tertolong


dengan resusitasi cairan harus menjalani pembedahan segera
misalnya laparatomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC. 2008
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001
3. Price SA, Wilson LM,editor. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.1995.
4. Robert A, Berg. Robin, Hemphill. Benjamin S, Abella.
Tom et al. Adult Basic Life Support: 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010
5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II.
Jakarta : EGC. 2004

Anda mungkin juga menyukai