wanita). PENGERTIAN Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk. organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas dua, yaitu : 1. Organ padat atau solid, yaitu : hati, limpa, dan pankreas 2. Organ berlubang (hollow), yaitu : lambung, usus, dan kandung kemih ETIOLOGI Secara umum, trauma Abdomen dibagi atas trauma tajam/tembus dan trauma tumpul. 1. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal di abdomen. 2. sedangkan trauma tumpul disebabkan oleh pukulan, benturan, kompresi dan lain - lain Organ berisiko cedera meliputi : hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), colon (14%). Secara umum, trauma Abdomen dibagi atas 1. trauma tajam/tembus 2. trauma tumpul PATOFISIOLOGI MANIFESTASI KLINIS Nyeri Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas. Darah dan cairan Adanya penumpukan darah atau cairan di rongga peritonium. Cairan atau udara dibawah diafragma Mual dan muntah Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan merupakan suatu tanda-tanda awal syok hemoragik. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Inspeksi abdomen diperiksa adanya kondisi lecet (abrasi) atau ekimosis, tanda memar akibat sabuk pengaman. luka memar atau abrasi perut bagian bawah sangat berhubungan dengan kondisi patologis intraperitoneal. Auskultasi auskultasi adanya bunyi usus bagian toraks dapat menunjukkan adanya cedera pada otot diafragma. Palpasi pemeriksaan palpasi dapat mengungkapkan adanya keluhan tenderness (nyeri tekan) baik secara lokalis atau seluruh abdomen, kekakuan abdomial, atau rebound tenderness yang menunjukkan cedera peritoneal. Perkusi dilakukan untuk mendapatkan adanya nyeri ketuk pada organ yang mengalami cedera. Pemeriksaan rektal harus dilakukan untuk mencari bukti cedera penetrasi akibat patah tulang panggul dan feses dievaluasi adanya darah kotor pada feses. Pemasangan NGT (dilakukan apabila tidak ada kontraindikasi, misalnya: fraktur basis kranii) dilakukan untuk meniai dekompresi lambung dan untuk menilai pengeluaran darah pada NGT. Pemeriksaan fungsi perkemihan dilakukan terutama adanya tanda dan riwayat trauma panggul yang bisa mencederai uretra dan kandung kemih. Palpasi kekencangan kandung kemih dan kemampuan dalam melakukan miksi dilakukan untuk megeahui adanya ruptur uretra. penegakan diagnostik yang diperlukan selama kondisi preoperatif di gawat darurat, meliputi pemeriksaan darah (hemoglobin, leukosit, laju endap darah, waktu perdarahan, waktu pembekuan darah, serta hemetokrit), serum elektrolit, pemeriksaan USG, foto polos (abdomen dan toraks), dan CT Scan. TES LABORATORIUM Secara rutin, diperiksa hematokrit, hitung jenis leukosit, dan urinalisis, sedangkan test lainnya dilakukan bila diperlukan. Nilai-nilai amilase urine dan serum dapat membantu untuk menentukan adanya perlukaan pankreas atau perforasi usus. PEERIKSAAN PENUNJANNG Foto polos abdomen dapat menunjukkan adanya udara bebas intraperitoneal, obliterasi bayangan psoas, dan penemuan-penemuan lainnya yang pada umumnya tak khas. Fraktur prosesus transversalis menunjukan adanya trauma hebat, dan harus mengingatkan kita pada kemungkinan adanya perlukaan viseral yang hebat. FAST (Focused Abdominal Sonography Trauma)/USG Abdomen didapapatkan cairan bebas intra peritoneal dianggap sudah menjadi trauma hebat. Foto dada dapat menunjukkan adanya fraktur iga, hematotoraks, pnemotoraks, atau lainnya yang berhubungan dengan perlukaan thoraks. Penderita dengan tauma tumpul sering memerlukan foto thoraks sinar X tengkorak, pelvis, dan anggota gerak lainnya. Studi kontras pada saluran kemih diperlukan bila terdapat hematuria. Foto sinar X dengan kontras pada saluran pencernaan atas dan bawah, diperlukan pada kasus tertentu. CT Scan abdomen sangat membantu pada beberapa kasus, tetapi ini belum banyak dilakukan. Angiografi dapat meunjukan perlukaan pada limpa, hati, dan pakreas. Pada kenyataanya, angiografi abdominal jarang dilakukan. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN Hal umum yang perlu mendapat perhatian dalam penanganan kedaruratan adalah atasi dahulu ABCDE, bila pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu sendiri. Selain untuk diagnostic, pipa lambung harus segera dipasang untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin. Airway Ada atau tidaknya sumbatan jalan napas (sekret, lidah jatuh ke belakang, bronkospasme), kepatenan jalan napas. Breathing Bunyi napas dasar (vesikuler), frekuensi pernapasan, pola napas, penggunaan otot bantu napas. Circulation Denyut nadi, frekuensi, kekuatan, irama, tekanan darah, capillary refill <2 detik. Disability Ketidakmampuan, GCS (E=4, M=6, V=5), reaksi pupil, reflex cahaya Exposure Sensasi nyeri, cegah pasien hipotermi, lihat ada tidaknya jejas yang mengancam nyawa, CT scan abdomen, Lavase Peritoneal Diagnostik (LPD).
Perdarahan harus diatasi segera, sedangkan pasien yang tidak tertolong
dengan resusitasi cairan harus menjalani pembedahan segera misalnya laparatomi. DAFTAR PUSTAKA 1. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC. 2008 2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001 3. Price SA, Wilson LM,editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.1995. 4. Robert A, Berg. Robin, Hemphill. Benjamin S, Abella. Tom et al. Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010 5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC. 2004