Anda di halaman 1dari 22

Health care Asosiated Infection (HAIs)

Patient Safety Indicators (PSIs)

Oleh :
Wiwik Sulastri
Armaty Hasyyati
Dian Ekawati
PENDAHULUAN
 Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator
kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu
faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di
mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan
merupakan kelompok profesi dengan jumlah
terbanyak, paling depan dan terdekat dengan
penderita, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami
pasien dan keluarganya
Mutu asuhan keperawatan sebuah Rumah Sakit selalu
terkait dengan :
1. Aspek Struktur (input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan
sebuah RS yang meliputi tenaga, sarana prasarana,
metode asuhan keperawatan, dana, pemasaran, dan
lainya
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain yang mengadakan interaksi secara
profesional dengan pasien
3. Outcome
outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter,perawat, dan
tenaga profesi lain terhadap pasien
Indikator penilaian mutu asuhan keperawatan :
a. Indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan
b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat
efisiensi RS
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan
pasien
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS
e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan
pasien
Health care associated infection
(HAIs)
Pengertian HAIs
 Infeksi yang terjadi selama proses perawatan di rumah
sakit atau di fasilitas kesehatan lain, dimana pasien
tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul
setelah pulang juga infeksi pada petugas kesehatan
yang terjadi di pelayanan kesehatan
Health care associated infection
(HAIs)
 ”Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi di pelayanan
kesehatan.
 HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial
atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit
”Hospital-Acquired Infections” merupakan persoalan
serius karena dapat menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun
tak berakibat kematian, pasien dirawat lebih lama
sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit
yang lebih banyak.
Spesifik infeksi HAIs antara lain :
 Surgical site infections (SSI) / infeksi luka operasi
 Catheter-associated urinary tract infections
(CAUTI) / infeksi saluran kencing
 Central venous catheter–related bloodstream
infections (CRBSI) / infeksi aliran darah primer
 Ventilator-associated pneumonia (VAP)
1.Surgical site infections (SSI) /
infeksi luka operasi
 Infeksi akibat tindakan Pembedahan,dapat mengenai
berbagai lapisan jaringan tubuh,superfisial atau dalam
 Diklasifikasikan menjadi:
• Infeksi insisional superfisial
• Infeksi insisional dalam
• Infeksi organ/ rongga
2. Catheter-associated urinary tract
infections (CAUTI) / infeksi saluran kencing
 Terjadi setelah pemasangan chateter urine lebih dari 2 x 24
jam ( 48 jam )
 Diagnosis isk
1) Tanda infeksi sebagai akibat dari pemasangan kateter >
48 jam
2) Pyuria > 10 leukosit/LPB sedimen urin atau >10
leukosit/mL atau > 3 leukosit/LPB dari urine tanpa
dilakukan sentrifus
3) Nitrit dan/atau leukosit esterase positip dengan carik
celup (dipstick)
4) Terdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan
urine kultur > 105 cfu / mL
5) Dokter yang merawat menyatakan adanya ISK dan diberi
pengobatan antimikroba.
3.Central venous catheter–related bloodstream
infections (CRBSI) / infeksi aliran darah primer
Penggunaan peralatan intravaskuler ini tidak dapat
dihindari yang bertujuan memberikan terapi dan
cairan, nutrisi serta mengukur hemodinamik
Penggunaan IV sering menjadi penyebab komplikasi
infeksi lokal atau sistemik termasuk septik
thrombophleblitis, endocarditis, infeksi aliran
darah yang diakibatkan oleh terinfeksinya bagian
tubuh tertentu karena kateter yang terkolonisasi
4. Ventilator-associated
pneumonia (VAP)
 Di definisikan sebagai nosokomial pneumonia yang terjadi
setelah 48 jam pada pasien yang terpasang ventilasi
mekanik baik melalui pipa endotrachea /tracheostomi
Ventilator Associated Pneumonia :
 Masalah infeksi terbesar di ruang DI ICU
 Terjadi 30-40 % pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik > 48 jam
 VAP terjadi 10 - 65% dari seluruh pasien yang
terpasang ventilator
 Mortalitas rate 24 -56 % ((Am J Respir Crit Care 2002)
 Kuman penyebab mortalitas : Pseudomonas dan
Acinetobacter (Crit Care Med 2004 )
 Meningkatkan biaya perawatan, LOS RS,dan LOS ICU
 Menurunkan atau meminimalkan insiden rate infeksi
berhubungan dengan pelayanan kesehatan pada
pasien , petugas dan pengunjung serta masyarakat
sekitar rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
Manajemen PPI
 Merupakan kegiatan untuk mengendaliakan
infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pembinaan, monitoring evaluasi serta pelaporan
 Perencanaan : Oleh Komite dan Tim PPI
 Pelaksanaan : Seluruh individu RS
 Pengawasan : Oleh semua individu
 Pembinaan : Atasan dan Komite & Tim PPI
 Monitoring evaluasi : Tim PPI
 Pelaporan : Tim PPI dan Komite
Patient Safety Indicators (PSIs)
 Pengertian PSIs :
Adalah suatu sistem dimana RS membuat pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di
ambil
6 International Patient safety Goals
1. Identifikasi pasien secara benar
indikator melakukan identifikasi pasien secara benar :
a. Pasien diidenfifikasi menggunakan 2 identitas pasien,
seperti nama pasien dan tanggal lahir pasien
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian
obat, transfusi darah, atau produk darah lainnya
c. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan spesimen
darah dan spesimen lain untuk keperluan pemeriksaan
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan
atau prosedur pelayanan
2. Meningkatkan Komunikasi
Efektif
 Indikator melakukan komunikasi efektif:
a. Instruksi/laporan hasil tes secara verbal dan telfon
ditulis oleh penerima instruksi/laporan
b. Instruksi/laporan hasil tes secara verbal dan telfon
dibacakan kembali oleh penerima instruksi/laporan
c. Instruksi/laporan yang dibacakan tersebut,
dikonfirmasi oleh individu pemberi
instruksi/laporan
3.Peningkatan keselamatan penggunaan
obat-obat yang perlu kewaspadaan tinggi
a. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenveran
dan menngunakan label khusus
b. Setiap pemberian obat menerapkan 7 benar
c. Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan
oleh orang yang berkompeten
d. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan
kategori LASA
e. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di
meja dekat pasien tanpa pengawasan
f. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA, saat
memberi/menerima instruksi
4.Menjamin sisi operasi yang tepat, prosedur yang tepat,
serta pasien yang tepat dengan menerapkan check list
keselamatan operasi/tindakan berisiko tinggi
(kolonoscopi, radiologi intervensi)
 Indikator keselamatan operasi :
a. Menggunakan tanda yang mudah untuk identifikasi
lokasi operasi & ikut sertakan pasien dalam proses
penandaan
b. Menggunakan check list untuk verifikasi lokasi yang
teoat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat
sebelum operasi, dan seluruh dokumen ,peralatan yang
dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi
c. Seluruh tim operasi membuat & mendokumentasikan
prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi
dimulai
5. Menurunkan resiko infeksi nosokomial
dengan hand hygiene dan penggunaan APD
 Indikator usaha menurunkan infeksi nosokomial :
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru dan
diakui umum
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan
yang efektif
6. Menurunkan risiko cedera
karena jatuh
 Indikator usaha menurunkan risiko cedera jatuh:
a. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan
penilaian diulang jika diindikasikan oleh perubahan
kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya
b. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti
sesuai derajat risiko jatuh pasien guna mencegah
pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

Anda mungkin juga menyukai