Anda di halaman 1dari 19

GANGGUAN CEMAS ORGANIK Danang Mustofa

DEFINISI ANXIETAS
Perasaan yang sangat tidak menyenangkan,agak tidak menentu dan
kabur tentang sesuatu yang akan terjadi.
Disertai dengan reaksi badan yang khas dan yang akan datang
berulang bagi seseorang.
Berupa rasa kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar.
Disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.
( Harold I. LIEF)
1894, Freud menciptakan istilah ‘’anxiety neurosis’’. Kata anxiety
diambil dari kata ‘’angst” yang berarti ‘’ketakutan yang tidak–perlu’’
Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan
oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan
membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan
seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN)
Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah dan aktivitas sistem saraf autonom dalam keadaan
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik.
Merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi
kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.(Capernito 2001)
PPDGJ III/DSM-5: F06.4 Gangguan cemas Organik
Gangguan yang ditandai oleh gambaran utama dari gangguan cemas
menyeluruh, gangguan panik, atau campuran dari keduanya, tapi timbul
sebagai akibat gangguan organik yang dapat meyebabkan disfungsi otak
(seperti Epilepsi lobus temporalis, tirotoxikosis atau feokromositoma).
Diagnosis tidak dibuat jika kecemasan disertai dengan hilangnya fungsi
kognitif yang signifikan (seperti pada delirium dan demensia) atau jika
perubahan suasana hati, kepribadian, persepsi, atau pemikiran yang
menonjol
Gejala-gejala berikut dapat muncul:
diaforesis, takikardia, palpitasi, hipertensi sistolik, dispnea, nyeri dada,
tersedak, pusing, vertigo, tremor, hot dan cold flashes, pingsan, diare,
iritabilitas, kelelahan, dan frekuensi berkemih.
3 KOMPONEN DASAR KECEMASAN
Subjective reports
ungkapan yang subjektif mengenai ketegangan, ketakutan dan tidak
adanya harapan untuk mengatasinya.
Behavioral responses
respon perilaku seperti menghindari situasi yang ditakuti
Physiological response
respon fisiologis termasuk ketegangan otot, peningkatan detak
jantung dan tekanan darah, nafas yang cepat, mulut yang kering,
nausea, diare, dan dizziness.
PENYEBAB KECEMASAN
Menurut Stuart (2013):
1. faktor biologis/fisiologis: berupa ancaman yang mengancam akan
kebutuhan sehari-hari seperti kekurangan makanan, minuman,
perlindungan dan keamanan. Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gamaaminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme terjadinya ansietas. Selain itu riwayat keluarga
mengalami ansietas memiliki efek sebagai faktor predisposisi
ansietas.
2. faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan
benda/ orang berharga, dan perubahan status sosial/ ekonomi
3. faktor perkembangan, ancaman yang menghadapi sesuai usia
perkembangan, yaitu masa bayi, masa remaja dan masa dewasa.
Selain tiga hal di atas, Jiwo (2012) menambahkan bahwa individu
yang menderita penyakit kronik seperti diabetes melitus, kanker,
penyakit jantung dapat menyebabkan terjadinya ansietas. Penyakit
kronik dapat menimbulkan kekhawatiran akan masa depan, selain itu
biaya pengobatan dan perawatan yang dilakukan juga akan
menambah beban pikiran.
ETIOLOGI
Penyakit endokrin: Penyakit Kardiovaskular: Penyakit Sistem saraf:
Hipertiroid Anemia Tumor otak
Hiporparatiroid Angina Pectoris Ensefalopati
Pheochromocytoma CHF Gangguan pembuluh darah
Hipoglikemi HT otak
Chusing’s Syndrome Aritmia Cerbral Sifilis
DM PJK epilepsi
Hipovolemia
Intokskasi obat: Penyakit Respirasi: Gejala putus obat:
Amfetamis Asma Alkohol
Kokain PPOK Antihertensi
Halusonogen Emboli paru Opioid
Amil nitrit Edem paru Sedatif-hipnotik
antikolinergik
Keadaan lain:
Anafilaksis Uremia
Defisiensi vit B12 Keracunan logam berat
Gangguan elektrolit SLE
Infeksi sistemik Arteritis temporal
PATOFISIOLOGI

TEORI PSIKOANALISA
Menurut Sigmund Freud, kecemasan disebabkan oleh karena impuls
yang tidak terkontrol, ego yang tidak dapat diterima dan super ego
yang terganggu.
Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik
di atas tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu
sinyal, ia akan timbul sebagai serangan panik.
TEORI PERILAKU
Kondisi sebagai respon terhadap stimulus/suasana lingkungan yang
spesifik.
Konsep perilaku pada kecemasan non-fobia terdapat perasaan
bersalah, penyimpangan pemikiran yang berlawanan, maladapatasi
perilaku dan gangguan emosional.
Pasien yang menderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih
(overestimate) terhadap derajat bahaya dan kemungkinan bahaya di
dalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah (underestimate)
kemampuannya untuk mengatasi ancaman tersebut.
TEORI EKSISTENSIAL
Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa
cemas yang bersifat kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang
merasa hidup di dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas
adalah respon mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.
Seseorang merasa cemas akan hidupnya dan perasaan takut akan
kematian.
TEORI BIOLOGIS
Sistem saraf otonom
Sistem kardiovaskuler (palpitasi)
Muskuloskeletal (nyeri kepala)
Gastrointestinal (diare)
Respirasi (takipneu)
Sistem saraf otonom pada menunjukan peningkatan tonus simpatis,
yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih
Neurotransmiter: norepinefrin, serotonin, dan GABA
NOREPINEFRIN
Peningkatan fungsi noradrenergik
kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan
peningkatan aktivitas yang mendadak.
Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara primer pada
locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus
pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula
spinalis.
Pada manusia, bila diberikan agonis reseptor β-adrenergik
(Isoproterenol) dan antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat
mencetuskan serangan panik secara lebih sering dan lebih berat.
Kebalikannya, clonidine, agonis reseptor α-2 menunjukan
pengurangan gejala cemas.
SEROTONIN
Peningkatan 5-hydroxytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens,
amygdala, dan hipotalamus lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan
berdasarkan penggunaan obat-obatan serotonergik seperti clomipramine
pada gangguan obsesif kompulsif.
Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga menunjukkan kemungkinan
relasi antara serotonin dan rasa cemas.
GABA
Keefektifan dari benzodiazepines, yang meningkatkan aktivitas dari
GABA pada reseptor GABA tipe A (GABAA), dalam penanganan dari
beberapa bentuk gangguan cemas.
Penelitian pada primata telah ditemukan bahwa susunan saraf
otonom memperlihatkan gejala gangguan cemas yang diinduksi
ketika satu benzodiazepine antagonist, asam β-carboline-3-carboxylic
(BCCE) dikelola. BCCE juga dapat menyebabkan kecemasan.
Antagonis benzodiazepine, flumazenil (Romazicon), menyebabkan
serangan panik
Hipotesa bahwa beberapa pasien dengan gangguan cemas
mempunyai fungsi abnormal dari reseptor GABAA
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
PSIKOTERAPI
1. Terapi kognitif-perilaku
2. Terapi suportif
3. Psikoterapi berorientasi tilikan
FARMAKOTERAPI
1.Benzodiazepine. Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian
benzodiazepine dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai
mencapi respon terapi. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu,
dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.
2.Buspiron. Tidak menyebabkan withdrawal. Kekurangannya adalah efek
klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Dapat dilakukan penggunaan
bersama antara benzodiazepine dengan buspiron kemudian dilakukan
tapering benzodiazepine setelah 2-3 mnggu, disaat efek terapi buspiron
sudah mencapai maksimal
3.Selective serotonin reuptake inhibitors. Sertralin dan paroxetin merupakan
pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat
meningkatkan ansietas sesaat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai