Anda di halaman 1dari 10

Kabupaten kampar

• Ibukota: Bangkinang
• Luas Daerah: 10.928,20 cm
• Julukan: Bumi Sarimadu
• Letak: Antara 1°00’40” LU – 0°27’00’’ LS dan 100°28’30’’ –
101°14’30’’ BT
• Batas wilayah : Utara : Rohul dan Bengkalis
Selatan : Kuansing
Barat : Kab. 50 kota
Timur : Pekanbaru, Siak, Pelalawan
Kegiatan ekonomi dan mata pencaharian hidup sebagian besar
masyarakat Kampar adalah pertanian, sampai saat ini kebudayaan pertanian
masyarakat Kampar masih ada walaupun sudah dipengaruhi oleh teknologi
salah satunya adalah pada saat proses penaman padi. Adapun tradisi pertanian
masyarakat Kampar dalam proses penanaman padi diantaranya adalah:

1. Meminang tanah
Maksudnya melihat situasi tanah kalau ada makluk halusnya,biasanya
diadakan ritual oleh sesepuh adat atau tokoh agama. Ritual itu berisi mantra
atau bacaan yang hanya diketahui oleh orang yang membacakannya. Selain itu
jika menanam padi di hutan cara yang dilakukan adalah menguliti sedikit
batang kayu besar dengan parang, lalu diambil sepotong kayu kecil yang
berkait lalu dikaitkan dengan bekas kayu yang dikuliti, kemudian sang tokoh
adat menyerukan kepada makhluk halus yang tinggal di hutan dengan suara
yang lantang. Seruan ini berbunyi"Wahai makhluk halus penghuni hutan kalau
kami boleh berladang ditempat ini, maka biarlah kaitannya berada pada
tempatnya". Beberapa hari kemudian kaitan ini dapat dilihat apabila kaitannya
masih tertambat berarti boleh berladang di situ.
2. Batobo
• Yaitu kegiatan tolong menolong dalam pertanian mengerjakan
sawah, juga dilaksanakan secara bergantian. Sampai sekarang
hal seperti ini masih tetap berlangsung. hanya saja ada sedikit
perubahan atau kemajuan dalam melaksanakannya akibat
kemajuan teknologi dan masyarakat ingin serba cepat
menyelesaikan sesuatu pekerjaan. Tobo adalah peserta Batobo.
pada tobo bujang dan gadis peserta terdiri dari laki-laki dan
perempuan, tidak terbatas pada yang muda usianya saja, tetapi
juga terdiri dari yang sudah tua. Disebut tobo bujang dan gadis,
karena dalam hal ini yang menonjol adalah peranan bujang dan
gadis dalam tobo itu.
• Batobo salah satu tradisi kebudayaan masyarakat Kampar dalam
mengolah tanah ketika bertani padi. Sambil mengolah tanah,
biasanya mereka melantunkan nyanyian Kutang Barendo.
nyanyian ini adalah semacam nyanyian rakyat yang amat
populer di daerah Kampar, terutama oleh muda-mudi. Nyanyian
ini boleh dikatakan sebagai semacam nyanyian rakyat biasa
dalam menghadapi nasibnya. Batobo dilakukan karena tanah
yang digarap sangat luas, sedangkan tenaga kerja sedikit untuk
itu mereka saling tolong-menolong antara selama warga desa
mengerjakan tanah secara bergiliran. Masyarakat yang
memerlukan bantuan untuk mengolah tanah memberi tahu
kerabat dan tetangga-tetangga, bantuan tenaga kerja ini
berlangsung secara bergiliran
3. Setelah proses mengolah tanah dan bertanam padi proses
selanjutnya adalah penyiangan dan pemeliharaan tanaman.
Pada waktu pemeliharaan tanaman menurut kebudayaan
Kampar ada semacam ritual atau kepercayaan yang
dilakukan untuk menangkal hama dan penyakit pada
tanaman padi. Kepercayaan ini dilakukan dengan cara
membuat tangkal penyakit atau hama tanaman
Pembuatan tangkal ini dapat dilakukan melalui 3 cara:
Cara pertama: menggunakan tonggak dan kertas, kemudian
ditulis ayat-ayat al-qur`an yang menurut kepercayaan dapat
mengusir hama dan penyakit pada padi mereka. Tonggak ini
diletakkan di sudut sawah.
Cara kedua: menggunakan janur atau daun kelapa muda dan
dituliskan ayat-ayat dan diletakkan di tengah-tengah sawah.
Cara ketiga: menggunakan sebuah papan yang sudah dibentuk
diberikan kapur sirih di tengah papan tadi, penyusunan tata
letaknya dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya, atau
sesepuh dari daerah Kampar. Kemudian di letakkan di tengah-
tengah sawah.
Setelah salah satu cara dipilih baru ditentukan waktu pembuatan tangkal hama dan
penyakit pada tanaman padi. Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan Tangkal
tiga hari.
• Hari pertama pemilik padi datang ke rumah tokoh adat atau sesepuh. Kemudian
tokoh adat atau sesepuh tadi menuliskan ayat-ayat al-quran yang menurut
kepercayaan keagamaan mereka dapat meangkal hama dan penyakit pada
tanaman padi.
• Hari kedua si pemilik sawah datang ke rumah pembuat atau sesepuh tadi.
tujuannya untuk mengantarkan persyaratan-persyaratan kepercayaan dan
sebelum hari ketiga sesepuh yang membuat sudah melakukan sholat hazad,
dengan maksud meminta pertolongan kepada allah agar sawahnya dijauhkan dari
hama dan penyakit dan hazadnya sesuai dengan keinginan masing-masing.
• Hari ketiga, pemasangan penangkalan yang sudah dibuat dilakukan oleh pihak
sesepuh yang membuat dan pihak pemilik sawah. kegiatan pemasangan
dilakukan pada pagi atau sore hari, dan pemasangan dilakukan menjelang
tanaman padi berbunga, karena menurut mereka pada saat itulah datangnya
setan-setan atau makhluk halus yang membawa penyakit dan hama yang akan
menggagalkan panen.
• 4. Memanen padi
Panen padi dilakukan oleh masyarakat Kampar dengan beberapa
tahapan yaitu pada hari pertama padi yang ditanam pertama dulu
diambil lebih kurang tiga rumpun. Kemudian dibacakan mantra-
mantra berupa nyanyian yang berbahasa arab ditambah dengan
pantun-pantun melayu. Padi yang diambil tadi adalah padi yang
diambil dengan cara dituai dengan menggunakan ani-ani. Padi
tersebut lalu diikat menjadi satu dan diletakkan ditempat khusus
yakni di lumbung padi dan cikal bakal menjadi bibit unggul pada
pertanian selanjutnya. Bibit padi tadi diikat dengan digantung
dilumbung padi. Biasanya prediksi yang menyanyi jika tiga
rumpun yang pertama isinya bernas bertanda panen tahun depan
akan melimpah ruah.
Alat-Alat Pertanian Tradisional Masyarakat
Kampar
Disamping adanya cara tradisional yang digunakan ketika bertani
padi, alat-alat yang digunakan untuk pertaniannyapun ada yang
bersifat tradisional. Seperti parang, kegunaannya untuk menebas
kayu dan rerumputan yang ada pada tanah tersebut. Kemudian
cabak, cabak bentuknya seperti cangkul tetapi matanya lebih
lebar. Alat ini kegunaannya untuk membalik dan mengolah tanah
agar gembur. Selain itu alat lainnya adalah tajak, alat ini
berukuran kecil dan kegunaannya untuk menyiang padi saat padi
sudah ditumbuhi gulma-gulma yang mengganggu. Untuk
memanen padi, mereka menggunakan menggunakan ani-ani. Ani-
ani bentuknya sesuai dengan keinginan masyarakat. Cara
kerjanya sulit dibandingkan dengan cara kerja menggunakan
teknologi.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Proses
Penanaman Padi
Tradisi lama kebudayaan Kampar ini harus tetap di kembangkan
kepada generasi muda, ilmu pengetahuan itu tidak akan lengkap
sebelum mengetahui ilmu kebudayaan daerah. Di samping itu juga
terkandung nilai-nilai yang sulit ditemui dalam kehidupan masyakat
sekarang diantaranya:
1. Nilai sosial pada tradisi batobo Mengolah tanah secara bersama-
sama, gotong royong menimbulkan rasa kekeluargaan yang erat dalam
masyarakat Kampar.Tradisi ini membuat masyarakat satu dan yang
lainnya memahami rasa kebersamaan dan saling membantu antara
sesama warga. Pekerjaan akan terasa mudah jika dikerjakan bersama-
sama.
2. Nilai budaya Kepercayaan terhadap hal yang gaib (animisme) masih
berkembang pada masyarakat Kampar. Dilihat dari ritual dan mantra
yang dibaca saat mengolah tanah ataupun saat panen, merupakan
gabungan dari kepercayaan dan tradisi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai