Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN KALORIMETER DENGAN HUKUM

TERMODINAMIKA

ZUHROTUL FIKRI ILMA


CITRA M S
TEKNIK KIMIA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI BONTANG
Selain memiliki energi kinetik dan energi potensial, setiap materi juga memiliki energi berupa
panas atau bahasa ilmiahnya disebut kalor. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya suhu
yang dimiliki oleh setiap materi. Suhu yang dimiliki oleh setiap materi mengindikasikan
jumlah kalor yang dimiliki oleh materi tersebut. Jika suatu materi memiliki suhu yang tinggi,
maka dapat dipastikan materi tersebut menyimpan kalor dalam jumlah yang banyak.
Sehingga jika suatu materi memiliki suhu yang rendah, maka dapat dipastikan materi
tersebut menyimpan kalor dalam jumlah yang sedikit. Untuk mendapatkan energi berupa
kalor, setiap materi biasanya menyerap kalor yang terdapat di lingkungan sekitar tempat
materi tersebut berada. 

Hal ini menandakan bahwa banyak tidaknya jumlah kalor yang dimiliki oleh suatu materi
tergantung pada lingkungan tempat dimana materi tersebut berada.
KALORIMETER

Kalorimeter adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk menghitung penghantaran panas selama reaksi.
Perangkat ini mempunyai dinding-dinding yang terisolasi. Dengan menghitung perubahan temperatur di dalam
kalorimeter, Anda dapat menghitung energi yang dilepaskan selama reaksi.

Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu proses termodinamika dengan
jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor yang dipindahkan ke sistem (Keenan, 1980). Pada
kalorimeter terjadi perubahan energi dari energi listrik menjadi energi kalor sesuai dengan hukum kekekalan
energi yang menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan energi tidak dapat dimusnahkan.

Kalorimeter adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk selama proses kimia. Kalorimeter adalah
alat untuk mengukur kalor dari reaksi yang dikeluarkan. Kalorimeter dapat digunakan untuk menghitung energi
dalam makanan dalam atmosfer dan mengukur jumlah energi yang meningkat dalam suhu kalorimeter (Wahyu,
2010). Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau reaksi kimia. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi
yang lepas atau masuk dari luar kedalam kalorimeter. Suatu kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan
dengan kalorimeter. Adapun kalor merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.
PRINSIP KERJA KALORIMETER

Prinsip kerja dari kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada kumparan kawat
penghantar  yang dimasukan ke dalam air suling.  Pada waktu bergerak dalam kawat
penghantar  (akibat perbedaan potenial) pembawa muatan bertumbukan dengan atom logam
dan kehilangan energi. Akibatnya pembawa muatan bertumbukan dengan kecepatan konstan
yang sebanding dengan kuat medan listriknya. Tumbukan oleh pembawa muatan akan
menyebabkan logam yang dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu energi kalor atau
panas.
PRINSIP KERJA KALORIMETER
Gambar di samping memperlihatkan sebuah kalorimeter bom
(bomb calorimeter), yang sangat cocok untuk mengukur kalor
yang timbul dalam reaksi pembakaran. Sistem ini adalah segala
sesuatu yang ada di dalam kalorimeter dengan jaket luar berupa
dinding ganda. Kalorimeter ini meliputi bom dan isinya, air untuk
merendam bom, termometer, pengaduk, dan seterusnya. Sistem
ini terisolasi dari sekelilingnya. Jika terjadi reaksi pembakaran,
energi kimia dikonversi menjadi energi termal, dan suhu sistem
meningkat. Kalor reaksi, seperti dijelaskan sebelumnya adalah
kuantitas kalor yang harus dilepas oleh sistem ke sekelilingnya
agar kembali ke suhu awalnya. Kuantitas kalor ini, adalah negatif
dari energi termal yang diperoleh kalorimeter dan isinya(qkal)
( Petrucci, 2011) :
qreaksi = -qkal ( dengan qkal =  qbom+qair)
PRINSIP KERJA KALORIMETER
Untuk menghitung qkal, kita perlu mengetahui kapasitas kalor kalorimeter (Ckal) dan
kenaikan suhu yaitu(Chang, 2005) : 
qkal= Ckal∆T
kuantitas Ckal dikalibrasi dengan membakar suatu zat yang sudah diketahui kalor
pembakarannya secara tepat. Sebagai contoh. telah diketahui bahwa pembakaran 1 g asam
asam benzoat (C6H5COOH) membebaskan 26,42 kJ  kalor. Jika kenaikan suhunya adalah
4,673°C, maka kapasitas kalor kalorimeternya adalah(Chang, 2005) : 
PRINSIP KERJA KALORIMETER
Begitu Ckal telah ditentukan, kalorimeter itu dapat digunakan untuk mengukur kalor
pembakaran zat-zat yang lain. Perhatikan bahwa karena reaksi dalam suatu kalorimeter bom
berlangsung pada tekanan-konstan, perubahan kalornya tidak sesuai dengan entalpi ∆H.
Memang dimungkinkan untuk mengkoreksi perubahan kalor yang terukur sehingga sesuai
dengan nilai ∆H, tetapi koreksi tersebut biasanya cukup kecil sehingga kita tidak akan
membahas rinciannya di sini. Akhirnya, menarik untuk dicatat bahwa kandungan energi
makanan dan bahan bakar (biasanya dinyatakan dalam kalori di mana 1 kal 4,184 J) diukur
dengan kalorimeter volume- konstan(Chang, 2005)..
Untuk mengukur C, kita alirkan arus listrik melalui pemanas dalam kalorimeter dan kita
tentukan kerja listrik yang kita lakukan padanya. Semua energi yang kita berikan sebagai
kerja berjalan melewati batas antara pemanas dan kalorimeter sebagai kalor dan
menyebabkan kenaikan temperatur. Karena kita secara tak langsung mengukur kalor yang
diberikan dan dapat mengukur kenaikan temperatur kalorimeter yang disebabkannya, kita
dapat menarik kesimpulan tentang nilai C dan menggunakan nilai itu untuk menafsirkan
kenaikan temperatur yang dihasilkan oleh reaksi. 
PRINSIP KERJA KALORIMETER

Namun demikian, pada beberapa tahap, nilai qstandar


harus sudah ditentukan dengan pengukuran kapasitas
kalor kalorimeter. Dalam termodinamika, kita tidak
pernah mengukur kalor secara langsung tetapi kita dapat
mengetahui nilainya dari pengukuran kerja atau
perubahan temperatur.
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom
berlangsung pada volume tetap (∆V = nol). Oleh karena
itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem =
perubahan energi dalamnya.
∆E = q + w dimana  w  = – P. ∆V  ( jika ∆V = nol maka w 
= nol ) maka  ∆E  = qv
APLIKASI INDUSTRI
APLIKASI INDUSTRI

Nilai kalor adalah ukuran dari energi panas dalam batubara yang digunakan sebagai faktor
utama dalam penentuan harga batubara. Nilai kalor adalah banyaknya panas yang dapat
dilepaskan oleh setiap kilogram batubara jika dibakar sempurna. Dalam sistem S.I, nilai kalor
dinyatakan dalam satuan KJ/Kg.Terdapat empat macam nilai kalor yang berbeda yaitu :
 Nilai kalor kotor pada volume konstan (GcvV).
 Nilai kalor bersih pada volume konstan (NcvV).
 Nilai kalor kotor pada tekanan konstan (GcvP)
 Nilai kalor bersih pada tekanan konstan (NcvP)
APLIKASI INDUSTRI
Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas pembakaran dari unsur-
unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang dapat dilaporkan adalah harga gross
calorific value dan biasanya dengan besar air dried, sedang nilai kalor yang benar-benar
dimanfaatkan pada pembakaran batubara adalah net calorific value yang dapat dihitung
dengan harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi oleh kandungan total dari air dan
abu (as determined). Berdasarkan ASTM, konversi nilai kalor dapat diubah dari kondisi as
determined (masih mengandung total air dan abu) ke kondisi as recieved (masih
mengandung residual moisture dan abu); atau ke kondisi dried (tidak mengandung air);
maupun ke kondisi dried ash free (tidak mengandung air dan abu).

Nilai kalor atau disebut juga Spesific Energy, higher heating value merupakan parameter
yang sangat penting, karena pada dasarnya yang dibeli dari batubara adalah energi. Nilai
kalor yang dibutuhkan oleh pengguna batubara bervariasi tergantung dari desain peralatan
yang dibuat. Nilai panas diukur dengan alat Bomb Calorimeter.
PROSEDUR KERJA

Calorific Value
 Persiapan Sample
 Peralatan dirakit sesuai dengan instruksi dalam manual pabrik pembuatnya.
 Ditimbang 1 g ± 0.2 g sampel dengan teliti dan dimasukkan ke dalam cawan nikel . Dicatat beratnya di dalam formulir
yang tersedia.
 Ambil ignition fuse yang berukuran ± 10 cm dan ikatkan pada electrode dari bomb.
 Crucible berisi sampel diletakkan di capsule holder dan pasang ignition fuse sampai menyentuh sample. Ignition fuse
dijaga jangan sampai menyentuh crucible.
 Dipipet 5 mL aquadest ke dalam bomb.
 Cawan dipasangkan pada bomb dan tutup bomb diputar sampai kencang. Bomb disambungkan dengan selang oksigen
dan isi secara otomatis dengan menekan tombol “O2 FILL” pada instrument yang sebelumnya telah dihidupkan dan
mencapai “STANDBY” sampai mencapai tekanan 3000 kpa.
 Bucket diisi dengan 2000 kg (2 liter) air yang suhunya 3-5⁰C dibawah suhu jacket.
PROSEDUR KERJA

Calorific Value
 Prosedur Penentuan
 Cuci semua permukaan bagian dari bomb dengan aquadest dan kumpulkan air cucian dalam suatu gelas kimia untuk
koreksi asam.
 Ambil semua bagian dari FUSE WIRE yang tidak terbakar dari electrode bomb, luruskan dan ukur panjang kawat dalam
cm.
 Kurangi angka 10 cm oleh angka panjang kawat yang tidak terbakar dan hasilnya dikalikan dengan 2.3 cal/cm
sehingga diperoleh angka FUSE CORR dalam calories.
 Titrasi air cucian bomb dengan larutan standar Natrium Karbonat menggunakan indikator metil jingga atau metil
merah atau metil purple
 Jika kandungan sulfur melebihi 0.1% tentukan sulfur dengan cara lain.
 Tekan tombol RPT untuk memperoleh pembacaan FINAL REPORT (E=cal/g).
 Matikan calorimeter dan catat semua angka yang ada dalam print out ke dalam formulir yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai