Anda di halaman 1dari 17

REFARAT

“Gangguan Obsesif Komfulsif”

MENIK AYU NURHAYATI


N 111 17 146

PEMBIMBING KLINIK
dr. Dewi Suriany A, Sp.KJ
PENDAHULUAN
• Gangguan Obsesif-kompulsif di gambarkan sebagai pikiran
dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu atau
menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna

• Obsesi adalah aktifitas mental seperti pikiran, perasaan, ide,


impuls yang berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola
perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti
menghitung, memeriksa dan menghindar
• Prevalensi Gangguan Obsesif Kompulsif berkisar antara 2-3%
populasi, pada remaja lebih banyak terjadi pada laki laki.
Penyebabnya adalah multifaktorial meliputi faktor biologi, faktor
perilaku dan faktor psikososial

• Gejala obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan pola


gejala kontaminasi, keraguan patologis, pikiran mengganggu dan
simetri. Kekhawatiran tersebut sukar dihindari karena terjadi pada
hampir segala aktivitas sehari-hari. Gejala utama yang ditunjukkan
adalah adanya pikiran obsesif dan tindakan kompulsif yang bersifat
egodistonik. Secara klinis aktivitas kompulsi tidak berhubungan
secara realistis dengan tujuan yang ada atau jelas berlebihan seperti
mengupayakan kesempurnaan dengan melakukannya berulang-
ulang yang memakan waktu
TINJAUAN PUSTAKA
• Epidemiologi
Prevalensi gangguan obsesi komfulsif sebesar 2-
2,4 %. Sebagian besar gangguan mulai pada saat remaja
atau dewasa muda (18-24 tahun), tetapi bisa terjadi pada
masa kanak-kanak
• Etiologi
Faktor biologis2 :
• Neurotransmiter : banyak uji coba klinis mendukung
hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di
dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi
• Genetika : data genetik yang ada tentang gangguan obsesif
comfulsif adalah konsisten dengan hipotesis bahwa penurunan
gangguan obsesif kompulsif memiliki suatu komponen
genetika yang bermakna.
• Faktor Perilaku2 : Seseorang menemukan bahwa tindakan
tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan fikiran
obsesional.
• Faktor Psikososial :
o Psikodinamika : salah satu ciri yang melekat pada pasien
dengan gangguan obsesif comfulsif adalah derajat dimana
mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan , baik secara
jelas dalam isi gejala mereka atau dalam hubungan yang
terletak di belakangnya.
• Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran klinis
seperti :
• Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan kedalam
kesadaran individu
• Perasaan cemas akan ide atau impuls yang aneh
• Obsesi dan kompulsi egoalien
• Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu
yang abstrak dan irasional
• Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya
keinginan kuat untuk melawan
Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi-comfulsi.1 :
• Kontaminasi : pola yang paling sering adalah obsesi tentang
kontaminasi, yang di ikuti oleh perilaku mencuci objek yang di
curigai terkontaminasi. Contoh : Takut keluar rumah karena
kuman dan selalu mencuci tangan
• Sikap ragu-ragu yang patologik : obsesi tentang ragu-ragu
yang diikuti dengan prilaku kompulsi memeriksa. Contoh :
selalu mengecek apakah pintu terkunci secara berulang-ulang
• Fikiran yang intrusif : pola yang jarang adalah fikiran yang
intrusif tidak di sertai kompulsif, biasanya fikiran berulang
tentang seksual atau tindakan agresif .
• Simetri : obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri,
ketepatan sehingga bertindak lamban. Contoh : Mencukur
rambut yang sangat lama dan perfeksionis
• Bentuk lainnya : Menarik-narik rambut, menggigit kuku.
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV1 :
A. Salah satu Obsesif atau Kompulsif
Obsesif di definisikan sebagai berikut :
o Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah di alami dan berulang
o Pikiran, impuls, atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem
kehidupan yang nyata.
o Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran
menetralisir dengan pikiran lain.
o Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang
berasal dari pikirannya sendiri.
Kompulsif di definisikan sebagai berikut :
o Perilaku berulang atau mental yang individu merasa terdorong
melakukan dalam respons dari obesesinya.
o Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau
menurunkan distress atau mencegah kejadian atau situasi.
A. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu
menyadari bahwa obsesi dan kompulsi berlebihan tidak
beralasan.
B. Obsesi dan compulsi menyebabkan distress , menghabiskan
waktu atau mengganggu kebiasaan normal.
C. Bila ada gangguan lain pada axis 1, isi dari obsesi dan
kompulsi tidak terkait dengan gangguan tersebut.
D. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan
zat atau kondisi medik umum.
Kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III :
A. Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala tindakan obsesif
kompulsif harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2
minggu berturut-turut
B. Hal tersebut meruapakan sumber penderitaan atau
mengganggu aktivitas
C. Gejala obsesif harus mencakup hal berikut :
o Harus disadari
o Setidaknya ada 1 pikiran yang tidak berhasil di lawan
o Tindakan dilakukan bukan untuk memberi kepuasan atau
kesenangan
o Gagasan, bayangan atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tdiak menyenangkan
A. Ada kaitannya pikiran obsesif terhadap depresi.
Diagnosis di tegakkan bila tidak ada gangguan
depresif pada saat gejala obsesif kompulsif timbul.
B. Gejala obsesif “sekunder” yang ada pada skizofrenia,
sindrom tourette,atau gangguan mental organik harus
di anggap bagian dari kondisi tersebut.
• Diagnosis Banding
Beberapa jenis yang dapat menjadi diagnosis banding2 :
• Ganguan Tourette : Gejala karakteristik dari gangguan
tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering dan hampir
setiap hari terjadi. 90 % pasien tourette memiliki gejala
kompulsif.
• Kondisi Psikiatri : kondisi psikiatrik lain yang dapat
berhubungan erat dengan gangguan obsesif komfulsif adalah
hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh dan kemungkinan
gangguan impuls lainnya seperti kleptomania.
• penatalaksanaan
Psikofarmakologi1,2 :
• Clomipramine : Biasanya di mulai dengan dosis 25-50 mg
sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25
mg sehari setiap dua sampai 3 hari sampai dosis maksimal 250
mg sehari.
• SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) : Dapat
diberikan Fluoxetin (2 x 20 mg), sertaline (2 x 50 mg), atau
fluvoxamin (2 x 50m).
• Psikoterapi : Eksplorasi psikodinamik terhadap pengobatan
sering memperbaiki kepatuhan pengobatan. Adapun jenis
psikoterapi seperti Psikoterapi suportif, Terapi Perilaku, Terapi
kognitif perilaku, dan Psikoterapi dinamik.
KESIMPULAN
Gangguan Obsesif-kompulsif di gambarkan sebagai pikiran dan
tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress
dan hendaya yang bermakna. Obsesi adalah aktifitas mental seperti pikiran,
perasaan, ide, impuls yang berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola
perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti menghitung, memeriksa
dan menghindar. Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan
kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil
meredakan ketegangan. Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa
pengalaman obsesi dan kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat
egodistonik. Salah satu ciri yang melekat pada pasien dengan gangguan
obsesif comfulsif adalah derajat dimana mereka terpaku dengan agresi atau
kebersihan , baik secara jelas dalam isi gejala mereka atau dalam hubungan
yang terletak di belakangnya. Psikogenesis gangguan obsesif comfulsif
terletak pada gangguan pada fase anal-sadistik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira S.D dan Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Ed.2. Jakarta : FKUI
;2013.
2. Sadock B.J dan Sadock V.A. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Jakarta :
EGC ;2010.
3. Andan Warih. 2009. Terapi Kognitif dan Perilaku pada Gangguan Obsesif
Komfulsif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Volume 9. Nomor 2.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Maslim R (ed). 2001.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, PT
Nuh Jaya
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai