Anda di halaman 1dari 66

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LH
• UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup
• UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
• UU no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengertian Pengelolaan Lingkungan
• upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.
gerakan lingkungan
hidup diawali dari
rasa takut: bumi
bagaikan kapal yang
bisa karam

sumberdaya harus
dikelola secara
berkelanjutan
KEBIJAKAN INTERNASIONAL
Pembangunan Berkelanjutan
“Pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita
sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”

Rio +10/Konferensi
Johannessburg
2002
Konferensi
Rio de Janeiro Visi pembangunan
Konferensi 1992 berkelanjutan,
Stockholm kesepakatan global dan
kemitraan antara
1972
Perlindungan lingkungan hidup, seluruh masyarakat di
pembangunan ekonomi, dan sosial dunia
Menanggapi masalah serta Pembangunan berkelanjutan
kerusakan lingkungan (Agenda 21)
GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP
manusia bukan MUSUH ekosistem
tetapi PESERTA-AMBIL BAGIAN dalam ekosistem

ekologi, kesehatan dan


hak asasi manusia
Sejak
Sesudah masa Revolusi Industri
Masa Pra-sejarah
Pra-sejarah

Manusia & aktivitasnya


Alam
AKIBATNYA ?

TEKANAN PERSOALAN RUANG DALAM


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
• RUANG • RUANG
LINDUNG vs EKSPLOITASI
BUDIDAYA SUMBER
DAYA ALAM

KONFLIK KOMPETISI
RUANG RUANG

TEKANAN AKSES
PERTUM- ATAS
BUHAN RUANG

• DAMPAK LH • RUANG
RUANG PRIVAT vs
PERKOTAAN PUBLIK
&PERDESAAN
EKSPLOITASI
SDA
1972 Conf. On H & E Oleh PBB di Stockholm Per
kemba
UU No.4 Ketentuan-ketentuan Pokok ngan
1982 Pengelolaan Lingkungan Hidup

1986 PP 29 AMDAL : PIL ; PEL ; SEL ; SEMDAL

1993 PP 51 AMDAL UKL-UPL

1994 Pedoman Umum Pelaksanaan A.L. (Kep.Men LHNo. 42 Th 1994)


1997 UU No.23 Pengelolaan Lingkungan Hidup

AUDIT LINGKUNGAN
1999 PP 27 AMDAL UKL-UPL DPL ; DPPL
2001 Audit Lingkungan Wajib (Kep.Men LH 30 Th 2001)

2009 UU No.32 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

SPPL , UKL-UPL (Per.Men.LH No.14/2010 DPLH , DELH (Per.Men.LH No.15/2010


AUDIT LINGKUNGANPer. Men. LH No 17 Th 2010 PP …. (AMDAL)
PP …. (Perizinan Lingk)
Tonggak-Tonggak Pengelolaan
Lingkungan Hidup Indonesia

1. Pokok2 Pengelolaan LH 1982

2. AMDAL 1986

3. BAKU MUTU LINGKUNGAN 1988

4. TATA RUANG 1992

5. UU LINGKUNGAN HIDUP 23 1997 reaktif

6. UU LINGKUNGAN HIDUP 32 2009 proaktif


Perangkat Manajemen Lingkungan

PROTOKOL
KYOTO Market based Instrument Tingkat
Ekosistem
Tingkat
KONVENSI Kepedulian Projek
Program DAS Kritis
BASEL Konsumen
TINGKAT
Lereng Kritis
GLOBAL
Teknologi Cleaner Audit Langit Kebijakan
Superkasih Prod Biru Lingkungan
CDM & Prokasih
AMDAL UKL &
PROPER KLHS
KLS
UPL
UU & Pantai &
CBD Peraturan Laut ISO
Adipura
TATA
Lestari Eko
14000 label RUANG

PROTOKOL Kalpataru
CARTAGENA Keanekaragaman Tingkat
Hayati Kabupaten/
Kota dan
PROTOKOL Good Enviromental Governance Nasional
MONTREAL
UU PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
17 BAB DAN 127 PASAL
1. Ketentuan umum
2. Azas, Tujuan dan Ruang

3. Perencanaan: inventarisasi LH, penetapan wilayah ekoregion,


penyusunan RPPLH  PEMERINTAH

4. Pemanfaatan: pemanfaatan sumberdaya alam berdasar daya tampung dan


daya dukung LH  PEMERINTAH

5. Pengendalian: pencegahan, penanggulangan, pemulihan

Pencegahan (KLHS, Tata ruang, Baku mutu LH, Kriteria baku kerusakan LH,
AMDAL, UKL-UPL, Perizinan, Instrumen ekonomi LH,
Peraturan perUU berbasis LH, Anggaran berbasis LH,
Analisis resiko LH, Audit LH, Instrumen lain sesuai kebutuhan
dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan

Penanggulangan (wajib menanggulangi pencemaran/perusakan LH)

Pemulihan (wajib melakukan pemulihan fungsi LH)

6. Pemeliharaan: konservasi, pencadangan, pelestarian fungsi  PEMERINTAH


PENGENDALIAN • KLHS,
• Tata ruang,
• Baku mutu LH,
• Kriteria baku kerusakan LH,
• AMDAL,
• UKL-UPL,
PENCEGAHAN • Perizinan,
• Instrumen ekonomi LH,
• Peraturan per UU berbasis LH,
• Anggaran berbasis LH,
• Analisis resiko LH,
• Audit LH,
• Instrumen lain sesuai kebutuhan
PENANGGULANGAN dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan

PEMULIHAN
PERGESERAN PANDANGAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN

Pengelolaan Pengelolaan lingkungan


lingkungan dipandang dipandang sebagai
sebagai biaya yang investasi masa depan dan
harus dihindari dan meningkatkan competitve
mengurangi advantage
competitve advantage Attitude :
Attitude : 1980  Proaktif
 Defensif  Kreatif
 Menghindari berbagai  Tumbuh
klaim lingkungan  Kesadaran ekologis
 Bersengketa dengan  Bekerjasama dengan akar
akar rumput rumput
PELUANG-TANTANGAN
• Punya wewenang

• Tanggung jawab

• Mengelola sendiri
OTONOMI
DAERAH • Pembagian jelas

• Pengembangan SDM

•Pemanfaatan SDA

• dll
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PUSAT – PROVINSI – KAB. / KOTA
PP No. 38 Th. 2007

• Kebijakan Nasional
Pemerintah
K Pusat • Pembinaan, Penyusunan Pedoman
E
• Perijinan (kegiatan strategis)
W
E
N • Pembinaan
Pemerintah
A Provinsi • Koordinasi
N
• Rekomendasi
G
A
N Pemerintah • Penilaian Kelayakan Lingkungan
Kabupaten/Kota
• Pengawasan Pelaksanaan KL
• Perizinan
DIPERLUKAN
PENYUSUNAN RPPLH
 KEWAJIBAN
PEMERINTAH
[MENTERI, GUBERNUR, RPPLH NASIONAL
BUPATI/WALIKOTA]

 DILAKUKAN SECARA
HIRARKIS RPPLH PROVINSI
 DIATUR DALAM
BENTUK PP, PERDA
PROV/KAB/KOTA. RPPLH KABUPATEN/KOTA
 DASAR UNTUK
PENYUSUNAN RPJM-N,
RPJM-P,
RPJM-KAB/KOTA

Sumber: Pasal 10 UU 32/2009


Perencanaan Tata Ruang berwawasan Lingkungan
Aspek Sosial

Sistem
Aspek Lingkungan Perencanaan
Lingkungan
Integrasi aspek lingkungan
- Analisis daya dukung dalam perencanaan
lingkungan pembangunan
- Valuasi ekonomi
lingkungan berkoordinasi
- Indikator pembangunan dengan:
berkelanjutan • Menko
(kerjasama dengan Perekonomian
Bappenas) Perencanaan TATA RUANG • Kem. PU
UU 26 Tahun 2007
Pembangunan tentang Penataan Ruang
• Kem. Kehutanan
• BAPPENAS
Memerlukan:
• Kem. DAGRI
- Kebijakan • KLH
- Rencana
- Program

Aspek Ekonomi Tata Ruang berwawasan


Lingkungan
Perencanaan Tata Ruang versus Lingkungan Hidup

1. Daya Dukung
1. Daya Lenting (resiliency) 2. Daya Tampung
3. Kemampuan pulih kembali

2.Keterkaitan/Ketergantungan
(interdependency) 1. Lintas sektor
2. Lintas wilayah
3. Lintas lembaga/pemangku
kepentingan
3. Kesenjangan
ekonomi/sosial (disparity)

1. Perbandingan pendapatan
ekonomi antar masyarakat
2. Pengelompokan masyarakat
3. Kesenjangan sosial
Apakah“KLHS” (kajian
lingkungan hidup strategis) ?
KLHS adalah proses sistematis untuk
mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi terhadap
lingkungan hidup dari inisiatif usulan kebijakan,
rencana, atau program (KRP) dalam rangka
memastikan adanya pertimbangan LH yang tepat
dan dilaksanakan pada tahapan sedini/seawal
mungkin dari proses pengambilan keputusan KRP
selain pertimbangan ekonomi dan sosial
TIPOLOGI KLHS
Kebijakan Perencanaan Program Proyek

KAJIAN LINGKUNGAN

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

KLHS Programatik
KLHS Kebijakan AMDAL
KLHS Regional

KLHS Sektoral
Source: Partidario, 2000
Aplikasi KLHS dalam Konteks
Pembangunan di Indonesia

Aplikasi KLHS Sistem Inti Institusi


penanggungjawab

Tata Ruang RTRW Dept. PU – Pemda

Rencana Pembangunan RPJP (D), RPJM (D), Dept. Dagri – Pemda


Daerah RTRW(D)
Rencana Pembangunan Perencanaan Nasional Bappenas
Nasional
KLHS sektor Belum sepenuhnya Dept. Sektoral
dikembangkan
Kebijakan KLHS Kajian belum KLH/ Bappenas/
sepenuhnya selesai Depdagri
dikaji
PENGERTIAN AMDAL

 Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu


rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan untuk proses
pengambilan keputusan kelayakan lingkungan

 Dampak besar dab penting adalah perubahan


lingkungan hidup yang sangat mendasar yang
diakibatkan oleh suatu usaha/kegiatan

 Ijin Lingkungan
PERUBAHAN CARA PANDANG?

SEBELUM AMDAL:

•Peran pemerintah:
“D-A-D” ---- “Decide, Announce, Defend”

•Peran LSM dan masyarakat:


“Critics” “Objectors” “Protestors”

•Kondisi lingkungan hidup:


Terus memburuk
PERUBAHAN CARA PANDANG?
SETELAH AMDAL:

•Peran pemerintah:
“D-D-D” ---- “Discuss, Decide, Deliver”

•Peran LSM dan masyarakat:


“Stakeholders” “Contributors” “Participants”

•Kondisi lingkungan:
Mencegah kerusakan; beberapa menjadi lebih
baik
PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
DI INDONESIA

Fase pemahaman dan Fase desentralisasi


penyadaran dan revitalisasi

1980 1990 2000 2009


Fase penguatan
institusi pengelolaan
lingkungan
Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan
1. Kapasitas Produksi
2. Debit Air Limbah
3. Diagram Alir Proses Produksi
4. Diagram Alir IPAL dan penjelasannya
5. Diagram Alir IPPU dan penjelasannya
6. Manifest Limbah B3
7. Hasil Analiasa Bulanan Air Limbah
8. Hasil Analisa 3 Bulanan IPPU
9. Hasil analisa limbah B3 (TCLP/ LD50 / Total Konsentrasi Logam Berat)
10. Hasil analisa limbah padat
11. Neraca pemakaian air
12. Laporan RKL/RPL
13. Laporan UKL/UPL
14. Data Community Development
15. Izin/Rekomendasi Pengelolaan Limbah Padat dan atau Limbah B3 (Tempat
penyimpana sementara , Incinerator, Landfill, Pemanfaatan, Pengolahan limbah B3)
16. Izin pembuangan air limbah (sungai/laut)
1. penerapan instrumen
1. - insentif dan disinsentif
2. - reputasi
2. guna meningkatan pentaatan dan kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
hidup secara kontinyu

3. mekanisme penyebaran informasi


4. tingkat kinerja perusahaan
5. kepada publik dan para stakeholders
Penerapan Instrumen Insentif-
Disinsentif Reputasi
Lima jenis Label Mekanisme
Peringkat Peningkatan
Warna Penaatan

Emas Insentif Reputasi

Hijau Insentif Reputasi

Biru

Merah Disinsentif Reputasi

Hitam Disinsentif Reputasi


Peringkat
PROPER
5 Peringkat
Informasi Peringkat
Warna
Melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari
Emas yang dipersyaratkan dan dapat mencapai “zero
emisi”
Melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari
Hijau
yang dipersyaratkan
Melakukan pengelolaan lingkungan sebagai
Biru
mana dipersyaratkan
Melakukan pengelolaan lingkungan namun
Merah belum mencapai sebagaimana yang
dipersyaratkan
Belum melakukan pengelolaan lingkungan
Hitam
yang berarti
PERINGKAT HITAM
Aspek Indikator
Pencemaran Air 1. Perusahaan tidak mempunyai IPAL (apabila diperlukan)
2. Perusahaan tidak melakukan pengolahan air limbah
3. Air limbah > 500 % dari BMAL (Izin)
Pencemaran Udara 4. Perusahaan tidak mempunyai alat pengendalian
pencemaran udara (apabila diperlukan)
5. Perusahaan tidak melakukan pengendalian pencemaran
udara
6. Emisi udara > 500 % dari BME (Izin)
Limbah B3 7. Perusahaan tidak mengelola limbah B3 dengan serius,
dan mempunyai dampak terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat

AMDAL 8. Perusahaan tidak mempunyai dokumen AMDAL atau


UKL/UPL yang telah disetujui oleh instansi yang
berwenang
PERINGKAT MERAH
Aspek Indikator
Pencemaran Air 1. Tidak dilakukan pengukuran debit harian air limbah,
2. Konsentrasi air limbah belum memenuhi BMAL atau persyaratan
yang ditetapkan di dalam izin,
3. Kualitas air limbah berdasarkan beban belum memenuhi BMAL
atau persyaratan yang ditepatkan di dalam izin,
4. Perusahaan belum mempunyai izin untuk pembuangan limbah
ke laut (dumping),
Pencemaran 5. Stack yang mengeluarkan emisi belum dilengkapi dengan
Udara tempat pengambilan sampel emisi udara dan peralatan
pendukung lainnya,
6. Emisi udara yang dihasilkan belum memenuhi Baku Mutu Emisi
Udara sebagaimana yang dipersyaratkan,
Limbah B3 7. Perusahaan belum mempunyai izin pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan untuk semua aspek pengelolaan sebagai mana yang
dipersyaratkan,

AMDAL 8. Perusahaan belum melakukan persyaratan-persyaratan di


dalam AMDAL atau RKL/RPL atau tidak melakukan pelaporan
UKL atau UPL kepada instansi terkait sebagaimana yang
dipersyaratkan,
PERINGKAT BIRU
Aspek Indikator
Pencemaran Air 1. Perusahaan telah melakukan pengukuran debit harian air limbah,
2. Konsentrasi air limbah memenuhi BMAL atau persyaratan yang
ditetapkan di dalam izin,
3. Kualitas air limbah berdasarkan beban memenuhi BMAL atau
persyaratan yang ditepatkan di dalam izin,

Pencemaran Air 4. Perusahaan mempunyai izin untuk pembuangan limbah ke laut


(Laut) (dumping),

Pencemaran 5. Stack yang mengeluarkan emisi telah dilengkapi dengan tempat


Udara pengambilan sampel emisi udara dan peralatan pendukung
lainnya,
6. Emisi udara yang dihasilkan memenuhi Baku Mutu Emisi Udara
sebagaimana yang dipersyaratkan,

Limbah B3 7. Perusahaan mempunyai izin pengelolaan limbah B3 yang


dilakukan untuk semua aspek pengelolaan sebagai mana yang
dipersyaratkan,
AMDAL 8. Perusahaan melakukan persyaratan-persyaratan di dalam AMDAL
atau RKL/RPL atau UKL atau UPL
PERINGKAT HIJAU
Aspek Indikator
Pencemaran Air 1. Konsentrasi air limbah yang dihasilkan < 50 % BMAL
(Izin)
2. Beban pencemar air limbah yang dihasilkan < 50% BMAL
(Izin)
Pencemaran Udara 3. Emisi udara < 50% Baku Mutu Emisi Udara
4. Peralatan pengendalian pencemaran udara terawat dan
berfungsi dengan baik
Limbah B3 5. Perusahaan telah melakukan upaya minimisasi limbah B3
lebih dari 50 % dari total limbah B3 yang dihasilkan

Penggunaan Sumber 6. Perusahaan telah melakukan penggunaan dan konservasi


Daya energi dengan efisien

Sistem Manajemen 7. Perusahaan mempunyai organisasi pengelolaan


Lingkungan (SML) lingkungan yang layak untuk mencapai target dan objektif
pengelolaan lingkungan yang ada
Partisipasi dan 8. Perusahaan berperan aktif dalam kegiatan
Hubungan kemasyarakatan di sekitar lokasi kegiatan perusahaan
Masyarakat
PERINGKAT EMAS
Aspek Indikator
Pencemaran Air 1. Konsentrasi air limbah yang dihasilkan < 5% BMAL
(Izin)
2. Beban pencemar air limbah yang dihasilkan < 5%
BMAL (Izin)
Pencemaran Udara 3. Emisi udara < 5% Baku Mutu Emisi Udara

Limbah B3 4. Perusahaan telah melakukan upaya minimisasi


limbah B3 lebih dari 95 % dari total limbah B3 yang
dihasilkan
Partisipasi dan 5. Melaksanakan program Community Development yaitu:
Hubungan Masyarakat kegiatan pengembangan masyarakat oleh perusahaan
yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat
untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi dan budaya
yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
BUMI MELAYANI KITA

sampah dapur
dijadikan kompos
TATA RUANG
APA ITU TATA RUANG
 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan
ruang, baik direncanakan maupun tidak.

 Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem


jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkhis
memiliki hubungan fungsional.

 Pola Pemanfaatan Ruang adalah distribusi peruntukan ruang


dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan untuk fungsi budidaya.

Catatan: 1) pendekatan fisik/fungsional


– kurang memperhatikan dimensi lain ruang;
2) Cenderung untuk skala makro-regional.
3. MENGAPA TATA RUANG
PENTING DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN?
1. Jumlah penduduk, percepatan urbanisasi dan
kebutuhan akan lingkungan kota/permukiman –
efisiensi sumber daya/optimasi antara demand dan
suplai;
2. Pembangunan perkotaan/permukiman semakin
berskala besar dan kompleks – tidak dapat begitu saja
dilepas pada pasar;
3. Keterbatasan lahan, khususnya di jawa – konflik
dengan area produktip pertanian;
4. Pembangunan kota/permukiman bersifat permanen
dan mempunyai dampak jangka panjang;
5. Ruang mempunyai keterbatasan tertentu – carrying
capacity;
6. Perubahan lahan/tata ruang mempunyai dampak tidak
saja fisik, melainkan juga sosial, ekonomi, dan budaya.
Kegiatan pembangunan semakin
berskala besar dan kompleks
Perubahan tata ruang bersifat permanen
dan mempunyai implikasi jangka panjang
Ruang mempunyai keterbatasan tertentu
Perubahan tata ruang mempunyai dampak
tidak saja fisik melainkan juga sosial,
ekonomi, dan budaya
APA ITU PENATAAN RUANG?

Proses Penyusunan Rencana, Pemanfaatan,


dan Pengendalian Ruang, ditujukan untuk:

1.Efisiensi sumberdaya
2.Keadilan pemanfaatan
3.Kelestarian lingkungan
MANFAAT TATA RUANG

1. Menjamin kepentingan dan pelayanan


publik
2. Efisiensi sumberdaya
3. Menjamin kepentingan individu
4. Konservasi lingkungan dan budaya
5. Mengurangi konflik ruang
6. Mengurangi ketimpangan spasial
(social equity)
7. Koordinasi pembangunan antarsektor
8. Menjamin keberlanjutan region kota
atau kawasan
Strategic
Development
Framework
Hierarchy
National Spatial Regional Spatial Sub-regional Spatial Local Spatial
Planning System Planning system Planning system Planning system

Strategic
Spatial Plan RTRWN RTRWP RTRW RTRW Kota
Kabupaten

Implementin RTR Pulau, Kawasan


Tertentu, Kawasan Renc. Bagian Renc.
g Plan RDTR Kota
Perbatasan, Kawasan Wilayah Bagian
Terpencil Provinsi Wilayah
Kabupaten
Local RTR
RTR Kaw. Nas RTR Kawasan RTR Kawasan
Detailed Kawasan
(Skala (Skala
Plan
Provinsi) Kabupaten) (Skala Kota)
KEMUNGKINAN DAMPAK
LINGKUNGAN
PEMBANGUNAN KOTA
 Konversi lahan pertanian
subur/produktip;
 Berkurangnya area resapan air;
 Berkurangnya ruang terbuka, ruang
hijau, dan ruang publik;
 Over crowding/kesesakan;
 Kemacetan, kebisingan, polusi udara;
 Limbah: cair, padat, udara;
 Berubah/rusaknya landscape alami
(tepian sungai, danau, pantai,
gunung);
 Terganggunya bio-diversity;
 Erosi tanah, land sliding;
 Berubah/rusak/hilangnya warisan
budaya/heritage properties
(bangunan bernilai sejarah).
JENIS-JENIS KEGIATAN
PERKOTAAN/PERMUKIMAN

 Infrastruktur: jaringan jalan dan jembatan, s\air


bersih, sanitasi, kanal, pembangkit energi;
 Fasilitas Umum: Pasar, Terminal, Stadion,
Kantor Pemerintah; Rumah Sakit,
Sekolah/kampus, Pergudangan
 Fasilitas Komersial: Mall, Supermarket, Hotel,
Rental Office, Restaurant, Ruko;
 Permukiman: Perumahan, Apartemen,
Condominium,
 Kawasan Industri: Pabrik.
PERSOALAN
LINGKUNGAN:
TRANSPORTASI
 Terjadi peningkatan pemilikan kendaraan
bermotor di negara-negara berkembang
sebesar 10% (1970-1990);
 Pada tahun 1990, transportasi kontribusi
sepertiga dari total 125 billion tons carbon
dioxide dalam sektor energi;
 Di Indonesia, sekitar 30 gigaton/GT dari
total 35 GT total emisi dari sektor transport
disumbangkan oleh transportasi darat;
 Dari tahun 1994-1999, konsumsi energi
untuk transport di Indonesia meningkat
dari 36,5% menjadi 40,1% dari semua
 Jalan-jalan di Amerika mengkonsumsi
hampir sepertiga lahan kota, satu
kilometer expressway dapat dipakai untuk
perumahan bagi 1000 jiwa;
 Setiap hari, 1300 manusia meninggal
karena kecelakaan lalu-lintas.
KOMPONEN-KOMPONEN
LINGKUNGAN KOTA
 Lansekap, natural elemen;
 Buildings;

 Tanah/lahan;
 Energi;

 Hidrology;
 Udara;
 Transportasi;
 Infrastruktur.
PERSOALAN
LINGKUNGAN
PERUMAHAN
• Sekitar 60% penduduk kota tinggal
diperumahan/kampung dengan
infrastruktur (air bersih, sanitasi) yang
kurang memadai;
• Kondisi air minum di beberapa kota di
Indonesia tidak/kurang layak;
• Sebagian kampung telah mengalami
“overcrowding”
• Tidak terdapat ruang-ruang publik
yang memadai;
• Tidak cukup taman dan ruang terbuka
hijau kota;
• Sebagian rumah penduduk tidak
dilengkapi dengan KM/MCK;
• Kapasitas daya dukung kota
menurun, tidak sebanding dengan
beban/manfaatnya.
MENGAPA RUANG TERBUKA-HIJAU
KOTA SANGAT PENTING?

 Fungsi Lingkungan: siklus hidrologi, iklim mikro, habitat


satwa;
 Fungsi Sosial: hubungan sosial, olah raga, rekreasi,
kegiatan sosial, protes sosial;
 Fungsi Ekonomi: kaki lima, ekonomi lokal, eksebisi;
 Fungsi Behavioural/Kultural: prosesi kultural, pentas
seni, simbol-simbol kultur.

Catatan: 1) Taman merupakan bagian dari ruang publik


kota;
2) Taman kota: indikator keberlanjutan kota;
3) Taman kota: pentingnya taman skala
komunitas.
7. BEBERAPA CATATAN &
KENDALA PENATAAN RUANG
1. Perlu dibedakan secara tegas antara proses
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
ruang;
2. Perencanaan ruang relatif lebih jelas,
mekanismenya lebih dapat dibangun (mis:RUTRK
melalui public meeting, atau pameran);
3. Banyak kasus pemanfaatan ruang/pembangunan
yang terjadi diluar perencanaan;
4. Pemanfaatan ruang lebih dinamis dan kompleks,
termasuk yang dilakukan oleh pihak swasta dan
masyarakat sendiri;
5. Masyarakat harus terus waspada mengamati dan
mengontrol proses-proses pemanfaatan ruang.
4. KAITAN TATA RUANG
DENGAN AMDAL:

1) Tata ruang sebagai SUMBER DAMPAK;


2) Tata ruang untuk
MENCEGAH/MENANGGULANGI terjadinya
DAMPAK;

Catatan: 1) komponen tata ruang perlu mendapat


perhatian dalam studi AMDAL
5. PREDIKSI
KOMPONEN TATA
RUANG

1. Land Use Change


2. Spatial Inequity
3. Spatial Conflicts
4. Carrying Capacity
5. Quality of Landscape
6. Historic Areas
PERUBAHAN DESKRIPSI INDIKATOR
RUANG
LANDUSE CHANGE Perubahan pengunaan ruang; Prosentase built up area;
mis dari sawah ke perumahan Tingkat konversi hutan or sawah
per tahun;

SPATIAL INEQUITY Ketimpangan spasial, dimana Dukungan infrastruktur dasar;


satua kawasan mempunyai Kualitas lansdcape;
kualitas lingkungan yg lebih dari Kepadatan bangunan;
yang lain ketersediaan open/[publik space
LANDSUE CONFLICT Konflik antar penggunaan ruang Kebisingan;
yang saling menganggu: inustri Polusi; Kualitas landscape
menganggu perumahan

INTENSITAS Tingkat pemanfaatan ruang; Kerusakan lingkungan;


yang cenderung melampaui Kualitas lingkungan yang
PENGGUNAAN RUANG daya dukungnya menurun

LANDSCAPE Bentang lahan: dapat alama Perubahan/rusaknya elemen


maupun buatan atau gabungan alami (pantai, sungai, danau);
diantara keduanya Berkurangnya vegetasi.

HISTORIC AREAS Daerah-daerah yang Bangunan budaya, Situs


mempunyai nilai warisan budaya
budaya/heritage properties
pemanfaatan trotoar taman di depan smu 9 sagan,
malioboro untuk kegiatan tidak terurus
ekonomi

RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DAN BERBAGAI PEMANFAATANNYA

taman di muka gedung area hijau di depan kantor pt


agung, sebenarnya untuk telkom, “dihidupkan” oleh kaki
apa? lima
6. VARIABLE & METODE ANALISIS TATA
RUANG

ASPEK METODE/TEKNIK

Perubahan tata ruang/ Data sekunder; observasi lapangan; GIS/LIS


land use change

Ketimpangan tata ruang/ spatial Data sekunder; observasi lapangan;


inequity wawancara; GIS/LIS

Konflik ruang/ Data sekunder; content analysis; observasi


benturan tata ruang lapangan; wawancara; penilaian ahli; POE;
behavioural mapping

Intensitas ruang/ Data sekunder; observasi lapangan;


daya dukung ruang penilaian ahli; delphi; POE; argument by
analogy GIS/LIS
Kualitas visual ruang/ landscape Observasi lapangan; Penilaian ahli;
computer simulation

Tekanan terhadap kawasan Observasi lapangan; wawancara; penilaian


bersejarah/ historic conservation/ ahli; behavioural mapping
preservation
METODE ANALISIS ASPEK TATA RUANG
PELING- RONA PRA-
TEKNIK/ METODE EVA-LUASI RKL/ RPL
KUPAN LINGK. KIRAAN
Brainstorming 

Data sekunder     
Delphi     
Observasi lapangan   

GIS/LIS  

Wawancara     
Penilaian ahli    

Preseden/analogy    

Ethnography  

Behav. Mapping 

POE     
Comp. Simulation     
Content analysis   
Location: WMA60-65 in tailings deposition area

Anda mungkin juga menyukai