Anda di halaman 1dari 55

Esi Afriyanti, S.Kp.M.

Kes
Pengertian
AIDS : Aquired Immune Deficiency
Syndrome / kumpulan gejala
akibat penurunan kekebalan
tubuh
Penyebab : Virus HIV (Human Immuno
Virus)
Epidemiologi
 Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal
dari Afrika Sub-Sahara
 Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan
telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.
 Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama
dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan
kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada
tanggal 5 Juni1981.
 AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga
3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di
antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini
terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber
daya manusia di sana.
 Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi
tingkat kematiandan parahnya infeksi HIV, namun akses
terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Epidemiologi di Indonesia
 1926
Beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari
monyet ke manusia sekitar tahun 1926-1946.
 1982
Para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai
Gay Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan
kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay.
 1983
Dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru
penyebab AIDS. Virus itu terkait dengan limfadenopati
(Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).
 1984
Pemerintah AS mengumumkan, Dr Robert Gallo dari
National Cancer Institute (NCI) memisahkan
retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama HTLV 111.
 1986: Suatu panitia internasional menyatakan bahwa
virus LAV dan HTLV-III adalah sama sehingga nama
virus itu diganti menjadi HIV.
 15 April 1987
Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan.
Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda,
Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali.
Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga
akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV
positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.
 1987-Desember 2001
Dari 671 pengidap AIDS, 280 orang diantaranya
meninggal dunia.
 Februari 1999
Peneliti dari University of Alabama di Amerika Serikat
(AS) meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor
simpanse dan menemukan jenis virus SIV yang hampir
sama dengan HIV-1. Simpanse itu berasal dari
subkelompok simpanse yang disebut pan troglodyte yang
terdapat di Afrika Tengah Barat.
 2001
UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV/AIDS)
memperkirakan jumlah Orang Hidup Dengan HIV/AIDS
(ODHA) 40 juta. Sampai sekarang, di subsahara Afrika
paling banyak terdapat ODHA, yakni 70 persen dari
ODHA yang ada di dunia. Sedikitnya 12 juta anak
menjadi yatim piatu karena HIV/AIDS.
 November 2001
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyatakan obat
untuk AIDS dan penyakit lainnya dalam kasus tertentu
boleh tidak dipatenkan.
 2002
3,1 juta orang meninggal karena penyakit AIDS.
 9 Januari 2003
Penderita HIV/AIDS di Bali bertambah 18 orang lagi. Total
kumulatif penderita, dari 233 orang menjadi 251 orang.
Sampai saat ini belum bisa dipastikan posisi Bali dalam hal
urutan jumlah penderita HIV/AIDS dalam skala nasional.
 Juli 2003
Merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak
sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita
penyakit yang diidentikkan dengan penyakit seksual ini.
Kebanyakan yang terkena adalah para suster yang bertugas untuk menyuntikkan
zat anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita AIDS. Tetapi entah
kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik yang biasa digunakan untuk para
penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik bagian tubuh mereka.
Keadaan dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas
kesehatan, terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS). Salah satu cara yang telah dilakukan untuk
mengatasi hal ini adalah dengan pemberian obat jenis post exposure prophylaxis
atau pencegahan pasca pajanan. Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah mereka
positif terkena HIV/AIDS atau tidak. Mereka meminumnya selama satu hingga
satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat dihentikan. Tiga hingga enam
bulan setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral untuk melumpuhkan
virus HIV. ‘Kecelakaan’ yang tidak disengaja itu akan semakin memperparah
kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang yang tidak
peduli kepada mereka.
 20 Agustus 2003
Generasi muda Papua lama-kelamaan dirasa akan habis karena
kurangnya penanganan masalah HIV/AIDS bagi warga Papua oleh
petugas kesehatan. Hal ini dikarenakan penanganan pemerintah
terhadap kasus HIV/AIDS di Papua sangat minim, sedangkan
penderitanya semakin hari jumlahnya semakin bertambah.
 22 Agustus 2003
Sebanyak 27 orang warga Kabupaten Banyuwangi dinyatakan positif
terserang AIDS dan 10 orang lainnya masih diduga terkena penyakit
yang sama. Penderita adalah para pekerja seks komersial (PSK),
mahasiswa, ibu rumah tangga, PNS, TKI, dan waria. Dari 27 orang yang
dinyatakan positif mengidap virus itu, lima di antaranya meninggal
dunia. Sementara sisanya masih dalam pengawasan dan penanganan
pihak Diskes Banyuwangi.
 dst
Etiologi

 Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut


human immunodeficiency virus (HIV)
 HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai
retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1
 Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Proses infeksi HIV dan AIDS terdiri
dari lima fase
 Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah
infeksi. Tidak ada gejala
 Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan
gejala flu likes illness
 Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan
gejala tidak ada
 Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala
demam, keringat malam hari, B menurun, diare,
neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
 AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi
AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh,
dan manifestasi neurologist
Perjalanan Penyakit
Tes Tanpa gejala AIDS
HIV
HIV 5-10 6 bln-2 thn
tahun
3 bulan

12
Tanda dan Gejala HIV
 Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan
umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6
minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat
kontak virus HIV tersebut
 Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV
akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan
kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit
karena serangan demam yang berulang
 Satu cara untuk mendapat kepastian adalah
dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika
seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko
terkena virus HIV.
Masa tanpa gejala
 Terinfeksi?  tidak langsung sakit
(bertahun-tahun)
 Diketahui : Hanya dg tes darah (tes HIV)
 Diperpanjang dg:
 Makan bergizi
 Kerja & istirahat (tidur) seimbang
 Olahraga teratur & terukur
 Hindari: rokok, narkoba, alkohol, stres

14
Apa gejala AIDS tersebut?

a. Beberapa penyakit akan muncul setelah pasien


menderita AIDS :
TBC Paru, Herpes Simpleks, Hepatitis C,
Pneumonitis Carini, Toksoplasma (Disebut
Infeksi Oportunistik)
b. Gejala AIDS tergantung dari Infeksi
Oportunistik yang menyertai.

15
PERKEMBANGAN DARI HIV MENJADI AIDS:
Tertular

Periode jendela HIV+ AIDS

3 - 6 BULAN 3 - 10 TAHUN 1 - 2 TAHUN

16
Gejala Klinis pada Stadium AIDS
1 dari 5 gejala minor
2 dari 3 gejala utama
batuk kronis selama > 1 bln
demam
berkepanjangan lebih infeksi pada mulut dan
dari 3 bulan tenggorokan disebabkan oleh
jamur Candida albicans
diare kronis > 1 bulan
berulang maupun pembengkakan kelenjar
terus-menerus getah bening yang menetap
di seluruh tubuh
penurunan BB > 10%
dlm 3 bulan munculnya Herpes zorter
berulang bercak-bercak gatal
di seluruh tubuh

17
GEJALA AIDS DI RS CIPTO
MANGUNKUSUMO JAKARTA
FREKUENSI
GEJALA
100%
DEMAM LAMA
90,3%
BATUK
80,7%
PENURUNAN BB
78,8%
SARIAWAN DAN NYERI MENELAN
69,2%
DIARE
40,4%
SESAK NAFAS
28,8%
PEMBESARAN KELENJAR GETAH
BENING
PENURUNAN KESADARAN 17,3%
GANGGUAN PENGLIHATAN 15,3%
NEUROPATI 3,8%
ENSEFALOPATI 4,5%
Infeksi Oportunistik
 Kandidiasis (jamur) di mulut, kerongkongan,
vagina
 Sitomegalovirus  kebutaan
 Herpes simpleks di mulut, kelamin
 Mycobacterium Avium Complex (MAC)  demam
kambuhan, rasa sakit menyeluruh, gangguan
cerna, BB turun drastis.
 Pneumonia Pneumocystis Carinii (PCP)
 Toksoplasmosis : infeksi protozoa otak
 Tuberkulosis Paru  Meningitis TB

19
INFEKSI OPORTUNISTIK
DI RS CIPTOMANGUNKUSUMO JAKARTA

 INFEKSI OPORTUNISTIK  FREKUENSI


KANDIDIASIS MULUT 80,8%
ESOFAGUS
TUBERKULOSIS 40,1%
SITOMEGALOVIRUS 28,8%
ENSEFALITIS TOXOPLASMA 17,3%
PNEUMOANIA P CARINII 13,4%
HERPES SIMPLEX 9,6%
M.AVIUM 4,0%
KOMPLEX KRIPTOSPORIDOSIS 2,0%
HISTOPLASMOSIS PARU 2,0%
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas. Umur juga memberikan gambaran
imunokompetens. Usia yang sangat muda
menggambarkan kel. Thymus yang belum berkembang
2. Kesehatan.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
5. Riwayat kesehatan lingkungan.
6. Imunisasi.
7. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi,
menggunakan obat-obat.
8. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
9. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa
menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah,
lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
10. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan
pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
11. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri,
apatis, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar,
gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan
konsentrasi, halusinasi dan delusi.
Pemeriksaan fisik

 HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala,


edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut,
mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
 Sistem Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis,
hipotensi, edem perifer, dizziness

 Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas


pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi
virus lainnya (Pneumonia).
Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit
HIV AIDS diduga sebagai TBC.
Gejala takipnea, sianosis, SOB, menggunakan
otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non
produktif.
 Saluran Pencernaan
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur
pada rongga mulut dan kerongkongan, serta
mengalami diarhea yang kronik.
 Berat badan tubuh
Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga
10% dibawah normal karena gangguan pada sistem
protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal
sebagai malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik,
kondisi letih dan lemah kurang bertenaga
 System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada
persyarafan central yang mengakibatkan kurang
ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak
melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral)
akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak
tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
Terjadi gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
 System Integument (Jaringan kulit)
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes
simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri
pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit
kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.
 Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita.
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.
Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis
dan dibandingkan Pria maka wanitalebih banyak
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya
adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami
peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai
istilah pelvic inflammatory disease (PID) dan
mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal)
 Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak
mampu melakukan ADL.
Pemeriksaan Diagnostik
 Tes untuk diagnosa infeksi HIV
 ELISA
 Western blot
 P24 antigen test
 Kultur HIV
 Tes untuk deteksi gangguan system imun
 Hematokrit.
 LED
 CD4 limfosit
 Rasio CD4/CD limfosit
 Serum mikroglobulin B2
 Hemoglobulin
Diagnosa keperawatan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya
kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
 Diare berhubungan dengan infeksi GI
 Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas
tentang keadaan yang orang dicintai
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,
malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
 Kurang pengetahuan kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi.
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi Rasional
hasil
Resiko tinggi Pasien akan bebas 1.Monitor tanda-tanda Untuk pengobatan
infeksi infeksi oportunistik infeksi baru. dini
berhubungan dan komplikasinya 2.gunakan teknik Mencegah pasien
dengan dengan kriteria tak aseptik pada setiap terpapar oleh kuman
imunosupresi, ada tanda-tanda tindakan invasif. Cuci patogen yang
malnutrisi infeksi baru, lab tangan sebelum diperoleh di rumah
dan pola tidak ada infeksi meberikan tindakan. sakit.
hidup yang oportunis, tanda 3.Anjurkan pasien Mencegah
beresiko. vital dalam batas metoda mencegah bertambahnya
normal, tidak ada terpapar terhadap infeksi
luka atau eksudat. lingkungan yang
patogen.
4.Kumpulkan Meyakinkan
spesimen untuk tes lab diagnosis akurat dan
sesuai order. pengobatan
5.Atur pemberian Mempertahankan
antiinfeksi sesuai order kadar darah yang
terapeutik
Resiko tinggi Infeksi HIV 1.Anjurkan pasien atau Pasien dan keluarga mau
infeksi tidak orang penting lainnya dan memerlukan
(kontak ditransmisikan, metode mencegah transmisi informasikan ini
pasien) tim kesehatan HIV dan kuman patogen
berhubungan memperhatika lainnya.
dengan n universal 2.Gunakan darah dan cairan Mencegah transimisi infeksi
infeksi HIV, precautions tubuh precaution bial HIV ke orang lain
adanya infeksi dengan merawat pasien. Gunakan
nonopportuni kriteriaa masker bila perlu.
sitik yang kontak pasien
dapat dan tim
ditransmisika kesehatan tidak
n. terpapar HIV,
tidak terinfeksi
patogen lain
seperti TBC.
Intolerans Pasien 1.Monitor respon fisiologis Respon bervariasi dari hari
aktivitas berpartisipasi terhadap aktivitas ke hari
berhubun dalam 2.Berikan bantuan perawatan
gan kegiatan, yang pasien sendiri tidak
dengan dengan mampu Mengurangi kebutuhan
kelemaha kriteria bebas 3.Jadwalkan perawatan pasien energi
n, dyspnea dan sehingga tidak mengganggu
pertukara takikardi isitirahat.
n oksigen, selama Ekstra istirahat perlu jika
malnutris aktivitas. karena meningkatkan
i, kebutuhan metabolik
kelelahan.
Perubahan Pasien 1.Monitor kemampuan Intake menurun dihubungkan
nutrisi kurang mempunyai mengunyah dan menelan. dengan nyeri tenggorokan dan
dari kebutuhan intake kalori dan 2.Monitor BB, intake dan mulut
tubuh protein yang ouput Menentukan data dasar
berhubungan adekuat untuk 3.Atur antiemetik sesuai Mengurangi muntah
dengan intake memenuhi order Meyakinkan bahwa makanan
yang kurang, kebutuhan 4.Rencanakan diet dengan sesuai dengan keinginan
meningkatnya metaboliknya pasien dan orang penting pasien
kebutuhan dengan kriteria lainnya.
metabolic, dan mual dan
menurunnya muntah
absorbsi zat gizi. dikontrol, pasien
makan TKTP,
serum albumin
dan protein
dalam batas n
ormal, BB
mendekati
seperti sebelum
sakit.
Diare Pasien merasa 1.Kaji konsistensi dan frekuensi Mendeteksi adanya darah
berhubun nyaman dan feses dan adanya darah. dalam feses
gan mengnontrol 2.Auskultasi bunyi usus
dengan diare, 3.Atur agen antimotilitas dan
infeksi GI komplikasi psilium (Metamucil) sesuai Hipermotiliti mumnya
minimal order dengan diare
dengan kriteria 4.Berikan ointment A dan D, Mengurangi motilitas usus,
perut lunak, vaselin atau zinc oside yang pelan, emperburuk
tidak tegang, perforasi pada intestinal
feses lunak dan Untuk menghilangkan
warna normal, distensi
kram perut
hilang,
Tidak Keluarga atau 1.Kaji koping keluarga Memulai suatu hubungan
efektif orang penting terhadap sakit pasein dan dalam bekerja secara
koping lain perawatannya konstruktif dengan
keluarga mempertahan 2.Biarkan keluarga keluarga.
berhubun kan suport mengungkapkana perasaan Mereka tak menyadari
gan sistem dan secara verbal bahwa mereka berbicara
dengan adaptasi 3.Ajarkan kepada keluaraga secara bebas
cemas terhadap tentang penyakit dan Menghilangkan kecemasan
tentang perubahan transmisinya. tentang transmisi melalui
keadaan akan kontak sederhana.
yang kebutuhannya
orang dengan
dicintai. kriteria pasien
dan keluarga
berinteraksi
dengan cara
yang
konstruktif
Candidiasis
Candidiasis pada
pada bucal
bucal 39
Candidiasis pada lidah

Candidiasis pada lidah


40
Herpes Genitalis
Herpes Genitalis

41
Herpes
Zoster
Herpes Zoster

42
Psoriasis
Psoriasis

43
Yeast
Infection

44
Condyloma
Condyloma

45
Condyloma

46
Granuloma
Granuloma

47
Granuloma
Granuloma

48
Syphilis
Syphilis 49
Syphilis
Syphilis 50
Syphilis
51
Syphilis
Syphilis

52
HIV + penicilliosis marneffeia
HIV + tumor
HIV + Kaposi’s Sarcoma

Anda mungkin juga menyukai