Anda di halaman 1dari 34

Konsep ASKEP pada Pasien

dengan Torsio Testis


By. Kelompok 3
Copyright from uzumakisabilul@gmail.com

KONSEP MEDIS TORSIO TESTIS


Pengertian
• Torsio testis adalah terpuntirnya (berputarnya)
testis pd korda spermatika.
Insiden
 Torsio testis bisa terjadi pd semua usia.
 Tetapi paling sering terjadi pd usia dewasa
muda (usia 10-30 tahun).
 Puncak insiden terjadi pd usia 13-15 th.
 Kecenderungan penurunan insiden sesuai dg
peningkatan usia.
Etiologi
• Adanya kelainan sistem penyanggah testis → testis
dapat mengalami torsio jika bergerak secara
berlebihan.
• Trauma
• Faktor predisposis lainnya meliputi:
 peningkatan volume testis
 tumor testis
 testis yg terletak horisontal
 riwayat kriptorkismus
 dan pd keadaan dimana spermatic cord intrascrotal
yg panjang.
Patofisiologi
• Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan
patofisiologinya yaitu :
Intravagina torsio
Ekstravagina torsio
Intravagina torsio
• Terjadi di dalam tunika vaginalis dan
disebabkan oleh karena abnormalitas dari
tunika pd spermatic cord di dalam skrotum.
Ekstravagina torsio
• Terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir
pd aksis vertical sebagai akibat dari fiksasi yg
tidak komplet atau non fiksasi dari
gubernakulum terhadap dinding skrotum.
Gejala Klinis
 Gejala pertama dari torsio testis adalah
hampir selalu nyeri.
 Pembengkakan dan eritema pd scrotum
berangsur-angsur muncul.
 Dapat pula timbul nausea & vomiting.
Diagnosis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik
 Testis yg mengalami torsio letaknya lebih tinggi
dan lebih horizontal daripada testis sisi
kontralateral.
 Kadang2 pd torsio testis yg baru terjadi, dapat
diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus
spermatikus.
 Pembesaran asimetris, terutama jika terjadi
secara akut.
 Perubahan warna kulit scrotum.
 Reflek kremaster secara umum hilang.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis dilakukan untuk menyingkirkan
adanya infeksi pd traktus urinarius.
Px yg berguna untuk membedakan torsio
testis dg keadaan akut skrotum yg lain adalah
dg menggunakan stetoskop Doppler,
ultrasonografi Doppler, & sintigrafi testis
→ bertujuan untuk menilai aliran darah ke
testis.
Color Doppler ultrasonogram showing acute
torsion affecting the left testis in a 14-year-old
boy who had acute pain for four hours. Note
decreased blood flow in the left testis
compared with the right testis.
Diagnosis Banding
1) Epididymio-orchitis
2) Hydrocele
3) Varicocele
4) Hernia incarserata
5) Tumor testis
6) Torsio appendix testis/ epididimis
7) Edema skrotum idiopatik
Penatalaksanaan
Detorsi Manual
Pembedahan
Detorsi Manual
• Adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya,
dengan jalan memutar testis kearah berlawanan
dengan arah torsio.
• Arah torsio biasanya ke medial → memutar testis
kearah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi
perubahan → detorsi ke arah medial.
• Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan
bahwa detorsi telah berhasil.
• Jika detorsi berhasil, operasi harus tetap
dilaksanakan.
Pembedahan
• Dilakukan untuk reposisi dan setelah itu
dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau
sudah mengalami nekrosis.
• Orchidektomi → operasi pengangkatan testis.
• Orchidopeksi → memasang 3 jahitan antara
tunika albuginea dan tunika Dartos.
Komplikasi
1) Infark testis
2) Hilangnya testis
3) Infeksi
4) Infertilitas sekunder
5) Deformitas kosmetik
Copyright from uzumakisabilul@gmail.com

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
1) Identitas klien :
a. Nama
b. Usia, torsio testis bisa terjadi pd semua usia, tetapi paling sering
terjadi pada usia dewasa muda (usia 10-30 tahun) & lebih jarang
terjadi pd neonatus. Puncak insiden terjadi pd usia 13-15 tahun.
Terdapat kecenderungan penurunan insiden sesuai dg
peningkatan usia.
c. Jenis kelamin, torsio testis terjadi pd laki-laki.
d. Alamat
e. Pekerjaan
f. Suku/ bangsa
g. Agama
2) Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama : biasanya pasien mengeluh nyeri pd testisnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Bisa
mendadak atau berangsur2. Pembengkakan & eritema pd skrotum
berangsur2 muncul. Dapat pula timbul nausea & vomiting, kadang2
disertai demam ringan. Gejala yG jarang ditemukan pd torsio testis ialah
rasa panas & terbakar saat berkemih.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma didapatkan pd 20% pasien, & > 1/3 pasien mengalami
episode nyeri testis yG berulang sebelumnya. Perlu ditanyakan jG
beberapa keadaan yG dapat menyebabkan pergerakan berlebihan pd
testis.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dimungkinkan ada hubungannya dg pembawaan gen jika ada anggota
keluarga yG mempunyai riwayat yG sama.
e. Riwayat Lingkungan
Beberapa penyebab dari torsio testis dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tempat tinggal pasien.
3)Pemerikaan Fisik
a.Keadaan Umum : biasanya pasien tampak
menyeringai karena nyeri yG dirasakannya.
b.Tanda-tanda Vital
- Suhu : relatif normal (36,5-37,40C)
- Nadi : meningkat (>100x/menit)
- Respirasi : relatif normal (16-20 x/menit)
- Tekanan darah : relatif normal (S = 120
mmHg, D = 80 mmHg)
c. Body System
- Pernafasan (B-1:Breating)
Biasanya tidak ditemukan masalah pd sistem pernafaan. Kecuali jika ada penyakit yG
menyertai/ kemungkinan komplikasi.
- Cardiovasculer (B-2 : Bleeding)
Biasanya pd pasien torsio testis terjadi takikardi sebagai akibat dari nyeri & ansietas.
- Persarafan (B-3 :Brain)
Biasanya GCS, pendengaran, penciuman, perabaan & penglihatan pasien normal.
Kecuali jika ada penyakit yG menyertai/ kemungkinan komplikasi.
- Perkemihan – Eliminasi Urin (B-4 : Bladder)
Tidak ada g3 BAK memperkuat dugaan torsio testis, karena gangguan miksi yG terasa
panas & terbakar lebih sering terjadi pd orchio-epididimitis. Pem. fisik testis yG
mengalami torsio letaknya lebih tinggi & lebih horizontal. Kadang2 pd torsio testis yG
baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan/ penebalan funikulus spermatikus. Reflek
kremaster secara umum hilang pd torsio testis.
- Pencernaan – Eliminasi Alvi (B-5 : Bowel)
Biasanya pasien dg torsio testis tidak ditemukan masalah pd sistem pencernaannya.
Akan tetapi, dapat pula timbul nausea & vomiting. Tidak adanya gangguan flatus
menandakan keluhan yG timbul tidak berasal dari traktus gastrointestinal.
- Tulang-Otot-Integumen (B-6 : Bone)
Biasanya tidak ditemukan masalah pd sistem muskulo-skeletal. Kecuali jika ada
penyakit yG menyertai/ kemungkinan komplikasi.
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan
dengan terpeluntirnya testis, iskemik testis.
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan.
3) Gangguan konsep diri: body image
berhubungan dengan koping individu tidak
efektif sekunder terhadap atrofi testis.
Perencanaan
1) Dx 1 Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan
dengan terpeluntirnya testis, iskemik testis.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang
atau bahkan hilang.
Kriteria Hasil:
K : Pasien mengetahui cara mengontrol nyeri
A : Pembengkakan skrotum berkurang
P : Pasien mampu mempraktekkan cara mengatasi
nyeri dengan teknik relaksasi-distraksi
P : Skala nyeri 0-3, pasien tampak rileks
Intervensi Rasional
1. Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang 1. mengidentifikasi nyeri akibat
dialami pasien sesuai dengan PQRST gangguan lain.
2. Catat petunjuk nonverbal seperti gelisah, 2. mendeskripsikan tingkat nyeri
menolak untuk bergerak, berhati-hati saat
beraktifitas dan meringis.
3. Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang 3. mengurangi sensasi nyeri.
nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk
dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.
4. Berikan tindakan nyaman massage punggung, 4. mengurangi sensasi nyeri
mengubah posisi dan aktifitas senggang.
5. Observasi dan catat pembesaran skrotum (bila 5. menjadi acuan dalam
perlu ukur tiap hari), cek adanya keluhan nyeri. perkembangan terapi yang sudah
diberikan.
6. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. 6. mengurangi sensasi nyeri.
2) Dx 2 Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam, diharapkan ansietas pasien dapat
berkurang atau bahkan hilang.
Kriteria Hasil:
K : Pasien mengetehui penyebab ansietas
A : Pasien mengetahui cara mengatasi ansietas
P : Pasien mampu menunjukkan atau melakukan cara
mengatasi ansietas
P : - Pasien mengatakan cemas berkuran atau hilang
- Ekspresi wajah tampak tenang
- Pasien tidak banyak bertanya
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan pasien 1. Untuk membantu intevensi selanjutnya
2. Beritahu dan jelaskan tentang 2. menghilangkan kecemasan klien karena
prognosa dan diagnose penyakit yang ketidaktahuan tentang prosedur.
dialaminya
3. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan 3. menghilangkan kecemasan klien karena
terhadap sebelum tindakan dilakukan. ketidaktahuan tentang prosedur.
4. Libatkan keluarga dalam perawatan 4. persepsi yang salah dan membantu
terhadap klien. menghilangkan kecemasan.
5. Berikan informasi bahwa penyakit ini 5. menghilangkan kecemasan klien karena
dapat disembuhkan. ketidaktahuan tentang prosedur.
3) Dx 3 Gangguan konsep diri: body image berhubungan
dengan koping individu tidak efektif sekunder terhadap
atrofi testis.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam, diharapkan pasien mengerti bahwa
penyakit ini dapat disembuhkan.
Kriteria Hasil:
K : Pasien dapat mengetahui cara menerima keadaan
diri sendiri.
A : Pasien dapat mengutarakan perasaan tentang
perubahan penampilan, fungsi seksual, dan tingkat
aktivitas.
P : Pasien mampu mengungkapkan bahwa perubahan
fisik merupakan akibat dari proses penyakit.
P : Pasien mau bergaul dengan keluarga dan orang lain
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi 1. mengidentifikasi luas masalah dan perlunya
dan pengobatan, dan ansietas sehubungan dengan intervensi.
situasi saat ini.
2. Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, 2. indicator terjadinya kesulitan menangani stress
tidak efektif menggunakan pengingkaran atau terhadap apa yang terjadi.
perilaku yang mengindikasikan terlalu
mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
3. Tentukan tahap berduka. perhatikan tanda depresi 3. identifikasi tahap yang pasien sedang alami
berat/ lama. memberikan pedoman untuk mengenal dan
menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama
menunjukan intervensi lanjut.
4. Akui kenormalan perasaan. 4. pengenalan perasaan tersebut diharapkan
membantu orangtua pasien untuk menerima
perilaku dan mengatasinya secara efektif.
5. Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan 5. menyampaikan harapan untuk mengatur situasi
pasien secara normal dan bukan sebagai orang dan membantu perasaan harga diri dan orang lain.
cacat.
6. Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat 6. memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan
disembuhkan dan tetap sabar menghadapi kondisi semangat yang mempertahankan harga diri
anaknya. keluarga dan menghindari kecemasan yang
berlebihan

Anda mungkin juga menyukai