Anda di halaman 1dari 33

Terputusnya kontinuitas

jaringan tulang yang


ditentukan sesuai dengan
jenis dan luasnya yang
biasanya disebabkan oleh
rudapaksa atau tekanan
eksternal yang datang
lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang
 Kegagalan tulang menahan tekanan
membengkok, memutar dan tarikan
akibat trauma yang bersifat langsung
maupun tidak langsung
Tekanan langsung
pada tulang

Langsung
Fraktur pada
daerah tekanan
TRAUMA
Trauma
Tidak dihantarkan ke
langsung daerah yang jauh
dari lokasi fraktur
Berputar :
fr.obliq,spiral

Trauma tarikan
ligamen/ trndon: Membengkok:
menarik sebagian fr.transversal
tulang

Tekanan pada
tulang
Sepanjang aksis
Trauma langsung:
tulang: fr. Impaksi,
fr.obliq
dislokasi

Kompresi vertikal: fr.


Kominutif
Tulang femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan
terberat yang dimiliki tubuh yang berfungsi penting untuk
mobilisasi atau berjalan.

Struktur femur adalah struktur tulang untuk berdiri dan


berjalan, dan femur menumpu berbagai gaya selama berjalan,
termasuk beban aksial, membungkuk, dan gaya torsial.

Selama kontraksi, otot-otot besar mengelilingi femur dan


menyerap sebagian besar gaya.
• Karena energi yang cukup besar
High Energy • Ex: kecelakaan motor, mobil, pesawat jatuh,
Trauma olahraga yang berkaitan dengan kecepatan, jatuh
dari trempat tinggi

• Trauma karena energi yang lemah, karean tulang


Low Energy kehilangan kekuatannya

Trauma • Ex: osteoporosis, kanker yang metastasis tulang,


konsumsi kortikosteroid jangka panjang

Stress • Karena tekanan atau trauma berulang

Fraktur • Ex: atlet atau militer yang menjalani pelatihan


berat, biasanya pada corpus femoris
Fraktur femur
proksimal
Fraktur corpus
femoris

Fraktur femur
distal
 Intrakapsular : caput femoris dan collum
femoris

 Ekstrakapsular: termasuk trochanters


Dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head femur)
dan extra- (suplai darah intak) capsular.

Intracapsular dibagi kedalam subcapital, transcervical dan


basicervical.

Extracapsular tergantung dari fraktur pertrochanteric.


(a) stadium I :fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi
(b) stadium II :fraktur lengkap tetapi tidak bergeser
(c) stadium III :fraktur lengkap dengan pergeseran sedang
(d) stadium IV :fraktur yang bergeser secara hebat
(a) tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30
(b)tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50
(c) tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.
› Pada patah tulang diafisis femur biasanya mengalami pendarahan
dalam yang cukup luas dan besar sehingga dapat menimbulkan resiko
syok.

› Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri,
tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur.

› Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih


pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat
pendarahan ke dalam jaringan lunak dan adanya tarikan m. gluteus
danm. illiopsoas.
(1) tipe 0—non kominutif: termasuk didalamnya fraktur transfersal, oblik,
dan spiral
(2) tipe I: kominutif non signifikan atau fragmen kecil
(3) tipe II: fragmen besar dengan aposisi kortikal sampai dengan 50%
(4) tipe III: fragmen besar dengan aposisi kortikal kurang dari 50%
(5) tipe IV: fraktur segmental, tidak ada kontak antara fragmen distal dan
fragmen proksimal.
fraktur femur distal meliputi fraktur
pada daerah supracondylar, condylar,
dan intercondylar
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas
proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis
femur

Klasifikasi fraktur suprakondiler. (A) tidak bergeser; (B)


impaksi; (C,D) bergeser, (E) kominutif
Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
neurologis

Pemeriksaan
radiologi
 Perhatikan tanda-tanda syok

 Perhatikan tanda-tanda anemis dan perdarahan

 Perhatikan tanda-tanda kerusakan organ lain

 Apabila kondisi jiwa terancam lakukan resusitasi terlebih dahulu


sampai stabil

 Pemeriksaan status lokalis ( inspeksi/look, palpasi/raba/feel,


pergerakan/move)
 Pemeriksaan saraf sensoris dan motoris

 Digunakan untuk konfirmasi adanya fraktur, menentukan


keadaan, lokasi, serta ekstensi fraktur, melihat kecurigaan
patologis pada tulang, melihat benda asing (peluru), untuk
menentukan terapi yang tepat
 Tindakan awal dalam penanganan fraktur:

 A. Pembidaian sementara untuk imobilisasi fraktur

 B. Mengurangi rasa nyeri dan mengurangi perdarahan

 C. Deformitas yang hebat perlu dikoreksi perlahan dengan menarik bagian distal
secara lembut

 D. Pada fraktur terbuka dilakukan debridement dan irigasi cairan fisiologis, luka
ditutup kasa steril

 E. Foto rontgen
1. RECOGNITION : diagnosis dan penilaian fraktur

2. REDUCTION : mengembalikan/memperbaiki
bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk
anatomisnya

3. RETENTION (IMOBILISASI): mempertahankan agar


tulang yang mengalami fraktur tidak berubah
posisinya setelah direposisi

4. REHABILITATION : mengembalikan aktifitas


fungsional semaksimal mungkin.
 Tindakan imobilisasi dengan bidai
eksterna tanpa reduksi

 Reduksi tertutup

 Imobilisasi fiksasi kutaneus


 Konservatif gagal
 Fraktur terbuka
 Fraktur multiple
 Interposisi jaringan diantara fragmen
 Fraktur collum femoris yang membutuhkan fiksasi dan
beresiko nekrosis avaskular
 Kontraindikasi imobilisasi eksterna dan diperlukan mobilisasi
yang cepat (lansia)
Fiksasi Internal, Salah satunya adalah tindakan ORIF(Open Reduction Internal
Fixation) atau fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan
mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan dengan memasukan
paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian
tulang yang fraktur secara bersamaan.
1) Fraktur yang tak bisa sembuh
2) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
3) Fraktur yang dapat direposisi tapi sulit dipertahankan
4) Fraktur yang memberikan hasil baik dengan operasi14
1) Infeksi
2) Kehilangan dan kekakuuan jangkauan gerak
3) Kerusakan otot
4) Kerusakan saraf dan kelumpuhan
1. Infeksi , terutama pada kasus fraktur terbuka

2. Shock

3. Permasalahan dalam penyembuhan tulang

4. Kerusakan saraf

5. Sindroma kompartemen akibat kompresi nervus,


pembuluh darah, dan otot di dalam spatium tertutup
atau kompartemen dalam tubuh

6. Komplikasi karena operatif


 Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis. Faktor
mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara
fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang
juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam
penyembuhan fraktur.

Anda mungkin juga menyukai