Anda di halaman 1dari 20

Konsep Ketuhanan Dalam

Islam
Islam Agama yang diridhoi Allah

 Al Maidah ayat 3
 Al Imron ayat 19
 Al Imron ayat 85
‫علَ ْي ُك ْم ِن ْع َم ِتي‬
َ ‫ت‬ ُ ‫ْاليَ ْو َم أ َ ْك َم ْل‬
ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْم‬
َ ‫يت لَ ُك ُم اإل ْس‬
‫الم ِدينًا‬ ُ ‫ض‬ ِ ‫َو َر‬
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai
Islam itu jadi agama bagimu.
ِ َّ ‫ين ِع ْن َد‬
‫َّللا اإل ْسال ُم‬ َ ‫ِإ َّن ال ِ ِّد‬
Sesungguhnya agama (yang diridai)
di sisi Allah hanyalah Islam.
‫الم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َو ُه َو‬
ِ ‫غي َْر اإل ْس‬ َ ِ‫َو َم ْن يَ ْبتَغ‬
َ ‫اآلخ َرةِ ِم َن ْالخَا ِس ِر‬
‫ين‬ ِ ‫فِي‬
Barang siapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.
Politeisme

 Politeisme adalah bentuk kepercayaan


yang mengakui adanya lebih dari satu
Tuhan. Secara harfiah berasal dari
bahasa Yunani poly + theoi, yang berarti
banyak tuhan. Lawan dari paham ini
adalah monoteisme, atau kepercayaan
yang hanya mengakui satu Tuhan.
ANIMISME

 Kepercayaan Animisme (dari


bahasa Latin anima atau "roh")
adalah kepercayaan kepada
makhluk halus dan roh merupakan
asas kepercayaan agama yang
mula-mula muncul di kalangan
manusia primitif. Kepercayaan
Animisme mempercayai bahawa setiap
benda di Bumi ini, (seperti kawasan
tertentu, gua, pokok atau batu besar),
mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar
semangat tersebut tidak mengganggu
manusia, malah membantu mereka dari
semangat dan roh jahat dan juga dalam
kehidupan seharian mereka.
Dinamisme

 Dinamisme (dalam kaitan agama


dan kepercayaan) adalah pemujaan
terhadap roh (sesuatu yang tidak
tampak mata).
atheisme

 Ateisme sebagai pandangan filosofi


adalah posisi yang tidak mempercayai
keberadaan Tuhan dan dewa-dewi[1]
ataupun penolakan terhadap
teisme[2]. Dalam pengertian yang
paling luas, ia adalah ketiadaan
kepercayaan pada keberadaan dewa
atau Tuhan.[3]
Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (atheos),
yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada
siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan
agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya.
Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisme ilmiah,
dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi
untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada
tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis"
muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3%
populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9%
mengaku sebagai nonteis.[4] Sekitar 65% orang Jepang
mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak
beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia.[5] Persentase
komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia)
sampai dengan 85% (Swedia).[5]
Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan
fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris.
Yang lain memberikan argumen dengan dasar
filosofis, sosial, atau sejarah.
Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan
sebagai tak beragama (ireligius).[6] Namun beberapa
sistem kepercayaan keagamaan dan spiritual seperti
agama Buddha Theravada tidak memiliki kepercayaan
terhadap tuhan, dan agama tersebut juga disebut
sebagai ateistik.[7] Walaupun banyak dari yang
mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung
kepada filosofi sekuler seperti humanisme[8],
rasionalisme, dan naturalisme[9], tidak ada ideologi
atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua
ateis.[10]
Monoteisme dalam agama Bahá'í
 Seperti dalam agama Islam, agama Bahá'í memahami
monoteisme dalam pengertian yang sederhana. Doa wajib
dalam agama Bahá'í, misalnya, mengandung pernyataan
kesaksian monoteistik yang jelas. Kedua agama ini
menyatakan "Keesaan Allah" (Tauhīd) sebagai ajaran utama
mereka. Seperti juga halnya Islam, Bahá'í menganggap
ajaran Tritunggal dalam agama Kristen sebagai
penyimpangan terhadap ajaran asli Yesus. Bahá'í
memandang ajaran-ajaran non-monoteisme yang muncul
sebelumnya sebagai versi kebenaran yang kurang dewasa.
Agama Bahá'í juga menerima
keotentikan para pendiri agama yang
mengajarkan monoteisme, seperti
misalnya Wisnuisme Gaudiya, yang
memusatkan ibadahnya kepada Krisna
sebagai Tuhan atau bahkan apa yang
kadang-kadang dipahami sebagai
ajaran-ajaran ateistik seperti misalnya
Buddhisme.
Terdapat berbagai bentuk
kepercayaan monoteis, termasuk:
 Teisme, istilah yang mengacu kepada keyakinan akan tuhan yang 'pribadi', artinya satu tuhan dengan
kepribadian yang khas, dan bukan sekadar suatu kekuatan ilahi saja.
 Deisme adalah bentuk monoteisme yang meyakini bahwa tuhan itu ada. Namun demikian, seorang deis
menolak gagasan bahwa tuhan ini ikut campur di dalam dunia. Jadi, deisme menolak wahyu yang khusus.
Sifat tuhan ini hanya dapat dikenal melalui nalar dan pengamatan terhadap alam. Karena itu, seorang deis
menolak hal-hal yang ajaib dan klaim bahwa suatu agama atau kitab suci memiliki pengenalan akan tuhan.
 Teisme monistik adalah suatu bentuk monoteisme yang ada dalam Hindu. Teisme seperti ini berbeda dengan
agama-agama Semit karena ia mencakup panenteisme, monisme, dan pada saat yang sama juga mencakup
konsep tentang Tuhan yang pribadi sebagai Yang Tertinggi, Mahakuasa, dan universal. Tipe-tipe monoteisme
yang lainnya adalah monisme bersyarat, aliran Ramanuja atau Vishishtadvaita, yang mengakui bahwa alam
adalah bagian dari Tuhan, atau Narayana, suatu bentuk panenteisme, namun di dalam Yang Mahatinggi ini
ada pluralitas jiwa dan Dvaita, yang berbeda dalam arti bahwa ia bersifat dualistik, karena tuhan itu terpisah
dan tidak bersifat panenteistik.
 Panteisme berpendapat bahwa alam sendiri itulah Tuhan. Pemikiran ini menyangkal kehadiran Yang
Mahatinggi yang transenden dan yang bukan merupakan bagian dari alam. Tergantung akan
pemahamannya, pandangan ini dapat dibandingkan sepadan dengan ateisme, deisme atau teisme.
 Panenteism adalah suatu bentuk teisme yang berkeyakinan bahwa alam adalah bagian dari tuhan, tapi tuhan
tidaklah identik dengan alam. Pandangan ini diikuti oleh teologi proses dan juga Hindu. Menurut Hindu, alam
adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak sama dengan alam melainkan mentransendensikannya. Akan
tetapi, berbeda dengan teologi proses, Tuhan dalam Hinduisme itu Mahakuasa. Panenteisme dipahami
sebagai "Tuhan ada di dalam alam sebagaimana jiwa berada di dalam tubuh". Dengan penjelasan yang
sama, panenteisme juga disebut teisme monistik di dalam Hinduisme. Namun karena teologi proses juga
tercakup di dalam definisi yang luas dari panenteisme dan tidak menerima kehadiran Yang Mahatinggi dan
Yang Mahakuasa, pandangan Hindu dapat disebut sebagai teisme yang monistik.
 Monoteisme substansi, ditemukan misalnya dalam sejumlah agama pribumi Afrika, yang berpendapat bahwa
tuhan yang banyak itu adalah perwujudan dari substansi yang satu yang ada di belakangnya, dan bahwa
substansi yang ada di belakangnya itulah Allah. Pandangan ini banyak miripnya dengan pandangan
Tritunggal Kristen tentang tiga pribadi yang mempunyai hakikat yang sama.
Teisme monistik adalah suatu bentuk monoteisme yang ada dalam Hindu.
Teisme seperti ini berbeda dengan agama-agama Semit karena ia
mencakup panenteisme, monisme, dan pada saat yang sama juga
mencakup konsep tentang Tuhan yang pribadi sebagai Yang Tertinggi,
Mahakuasa, dan universal. Tipe-tipe monoteisme yang lainnya adalah
monisme bersyarat, aliran Ramanuja atau Vishishtadvaita, yang mengakui
bahwa alam adalah bagian dari Tuhan, atau Narayana, suatu bentuk
panenteisme, namun di dalam Yang Mahatinggi ini ada pluralitas jiwa dan
Dvaita, yang berbeda dalam arti bahwa ia bersifat dualistik, karena tuhan itu
terpisah dan tidak bersifat panenteistik.
Panteisme berpendapat bahwa alam sendiri itulah Tuhan. Pemikiran ini
menyangkal kehadiran Yang Mahatinggi yang transenden dan yang bukan
merupakan bagian dari alam. Tergantung akan pemahamannya, pandangan
ini dapat dibandingkan sepadan dengan ateisme, deisme atau teisme.
Panenteism adalah suatu bentuk teisme yang berkeyakinan bahwa alam
adalah bagian dari tuhan, tapi tuhan tidaklah identik dengan alam.
Pandangan ini diikuti oleh teologi proses dan juga Hindu. Menurut Hindu,
alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak sama dengan alam
melainkan mentransendensikannya. Akan tetapi, berbeda dengan teologi
proses, Tuhan dalam Hinduisme itu Mahakuasa. Panenteisme dipahami
sebagai "Tuhan ada di dalam alam sebagaimana jiwa berada di dalam
tubuh". Dengan penjelasan yang sama, panenteisme juga disebut teisme
monistik di dalam Hinduisme. Namun karena teologi proses juga tercakup di
dalam definisi yang luas dari panenteisme dan tidak menerima kehadiran
Yang Mahatinggi dan Yang Mahakuasa, pandangan Hindu dapat disebut
sebagai teisme yang monistik.
Monoteisme substansi, ditemukan misalnya dalam sejumlah agama pribumi
Afrika, yang berpendapat bahwa tuhan yang banyak itu adalah perwujudan
dari substansi yang satu yang ada di belakangnya, dan bahwa substansi
yang ada di belakangnya itulah Allah. Pandangan ini banyak miripnya
dengan pandangan Tritunggal Kristen tentang tiga pribadi yang mempunyai
hakikat yang sama.
Monoteisme dalam Islam

 Dalam Al-Qur'an, Surah Al Baqarah 2:115


 ‫ وهلل المشرق والمغرب فاينما تولوا فثم وجه هللا ان هللا وسع عليم‬Terjemahan : Dan
kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
 Dari pernyataan di atas, kita dapat melihat bahwa seperti Yudaisme dan
Kekristenan--penafsiran Al Qur'an tentang Allah adalah Tuhan yang
kehadiran rohaninya dialami di dalam seluruh jagad raya. Islam
menjelaskan monoteisme dalam cara yang sederhana. Terjemahan
monoteisme dalam bahasa Arab adalah (Tauhid). Tauhīd berarti satu
(berasal dari kata wahid/ahad). Kata ini menyiratkan penyatuan,
kesatuan atau mempertahankan sesuatu agar tetap satu. Syahadat
(‫)الشهادة‬, adalah pengakuan atau pernyataan percaya akan keesaan Allah
dan bahwa Muhammad adalah nabinya. "Kalimat tauhīd" yang berbunyi:
"Lailahailallah" yang berarti bahwa satu-satunya tuhan (ilah) yang pantas
untuk diabdi, ditaati, disembah, diikuti ajarannya hanyalah Allah.
At Taubah 30

 Orang-orang yahudi berkata: uzair anak


Allah, orang Nasrani berkata pula “al
masih anak Allah”

Anda mungkin juga menyukai