Anda di halaman 1dari 10

Laili Mukaromah

 Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral


terhadap tuberkulum pubikum, tonjolan timbul apabila pasien
menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang
secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau
terlentang.

 Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi
prematur 5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus).
Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak
terjadi pada bayi di bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih
sering daripada sisi kiri (2: 1).25% pasien menderita hernia
bilateral.Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi 9
lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak yang
berusia kurang dari 5 tahun.
Tujuan Khusus:

1. Mampu melakukan pengkajian


terhadap pasien dengan Hernia
Tujuan Umum: 2. Dapat merumuskan masalah yang
muncul dari pasien dengan Hernia
Mampu memahami asuhan 3. Dapat menyusun rencana asuhan
keperawatan pada klien keperawatan sesuai masalah yang
dengan Hernia dengan ada.
benar. 4. Dapat melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan
rencana.
5. Mampu mengevaluasi
perkembangan klien.
1.Pengertian 7. Pemeriksaan Penunjang
2. Etiologi 8. Penatalaksanaan Medik
3. Klasifikasi Hernia 9. Pengkajian Fokus
4. Patofisiologi 10. Diagnosa Keperawatan
5. Pathaways 11. Intervensi
6. Manifestasi
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn.D, berjenis kelamin laki- laki, berusia Kemudian pada tanggal 23 April 2019
30 tahun beragama islam, pada tanggal dilakukan operasi jam 10.00- selesai.
16 april 1019 klien mengeluh nyeri dan Dan dilakukan pengkajian pada tanggal
23 April 2019 jam 20.00 wib di dapatkan
ada benjolan diarea selangkangan,
data : klien merasakan nyeri pada luka
benjolan kadang hilang. Pada tanggal 22 operasi, klien mengatakan kaki kanan
April 2019, klien mengeluh nyeri lagi sulit digerakan karena nyeri, Klien
dan peiksa ke dokter terdekat di mengatakan ada luka operasi di daerah
rumahnya dan disarankan untuk inguinalis. P : luka post op, Q : senut-
melakukan operasi lagi. Lalu klien senut, R : perut kanan bawah
datang ke IGD RSUD SOEWONDO (selangkanagn / pangkal paha), S : 7, T :
pukul 19.00 di IGD klien diperiksa terus menerus.
Klien tampak meringis, merasakan
dengan hasil TD 130/80mmhg, nadi
lemas, ,klien mengatakan belum bisa
82x/menit, suhu 36, dan Rr 22x/menit, menggerakkan kaki karena sakit. terdapat
diagnosa dokter hernia inguinal. Setelah luka operasi dengan panjang 6 cm
dilakukan penanganan pertama di IGD, dengan 6 jahitan. TD:140/90, RR : 20 X/
klien akhirnya dipindahkan ke rawat Menit, N : 89x/menit S:36,5 ‘C.
inap di Ruang kenanga.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(post op)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidaknyamanan (Nyeri pada post op)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
infasif
Intervensi untuk diagnosa
keperawatan Hambatan mobilitas
Intervensi untuk diagnosa fisik berhubungan dengan
keperawatan Nyeri akut ketidaknyamanan (nyeri post op).
berhubungan dengan prosedur Rencana tindakan keperawatan yang
pembedahan. Rencana tindakan akan dilakukan antara lain observasi
keperawatan yang akan dilakukan kemampuan ADL klien rasionalnya
antara lain observasi TTV mempermudah pemberian tindakan
rasionalnya untuk mengetahui selanjutnya, berikan posisi nyaman
keadaan umum klien, kaji tingkat rasionalnya untuk meningkatkan
nyeri, berikan posisi yang nyaman, kenyamanan dan ambulasi, ajarkan
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan dampingi klien dalam pemenuhan
rasionalnya untuk menurunkan ADL, berikan dukungan dan bantuan
nyeri, kolaborasi dengan dokter keluarga pada latihan gerak aktif klien
pemberian analgetik rasionalnya rasionalnya untuk memudahkan klien
untuk menurunkan nyeri. memenuhi aktivitas, kolaborasi
dengan fisioterapi.
Intervensi untuk diagnosa keperawatan Resiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif (trauma
pembedahan). Rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan antara lain observasi TTV rasionalnya untuk
mengetahui keadaan umum klien, kaji luka pada abdomen
rasionalnya mengidentifikasi ada tidaknya infeksi, jaga
kebersihan luka dan lingkungan dan rawat luka dengan
tindakan aseptik rasionalnya untuk mencegah kontaminasi
infeksius, beri informasi tentang tanda dan gejala infeksi,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
rasionalnya untuk mencegah infeksi.
Hari kedua tanggal 24 April 2019
Implementasi hari pertama tanggal 23 April 2019
Monitoring TTV, mengkaji karakteristik
yang sudah dilakukan adalah Monitoring tanda tanda
skala nyeri, mengobservasi luka,
vital,mengkaji karakteristik skala nyeri, ajarkan
mengobservasi kemampuan ADL,
relaksasi nafas dalam, dan Kolaborasikan dengan
memberikan posisi nyaman, latih pasien
dokter dalam pemberian obat (cefoperazone 2x1
untuk mobilisasi dan ambulasi
gram, dexketoprofen 3x50 mg, furamin 2x200 mg).
dini,berikan pengetahuan cara mobilisasi,
kolaborasi dengan keluaraga pasien untuk
memotivasi dan membantu mengawasi
Hari ketiga tanggal 25 April 2019 Monitoring
klien untuk mobilisasi. kolaborasi dalam
tanda tanda vital, observasi luka, ganti balut dan
merawat luka dengan teknik aseptik, berikan pemberian obat (cefoperazone 2x1 gram,
informasi terkait penyakit dan resiko infeksi, dexketoprofen 3x50 mg, furamin 2x200
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
mg).
(cefoperazone 2x1 gram, dexketoprofen 3x50
mg, furamin 2x200 mg).
 Evaluasi dari masing-masing diagnosa dalam waktu tiga hari
yaitu 3 diagnosa masalah teratasi yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (post op) karena hari 1-
3 nyeri sudah berkurang. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan ketidaknyamanan (nyeri) post op sudah
teratasi karena pada hari ke 3 klien sudah bisa aktifitas. Dan
diagnosa Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
teratasi, karena klien mengatakan ada luka pada perut bagian
kanan bawah yang ditandai dengan luka jahitan bagus, tidak
ada rembesan cairan ,nanah, pus, lukanya bersih.

Anda mungkin juga menyukai