Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 4

AKUNTANSI CSR
DAN REFORMASI STANDAR AKUNTANSI

Ria Puspitarini 1712129008P


Septiana Diyah Ayuwardani 1712129002P
AKUNTANSI CSR
Akuntansi CSR adalah suatu proses pengukuran, pencatatan, pelaporan
dan pengungkapan informasi terkait efek-efek sosial dan lingkungan dari
tindakan-tindakan ekonomi perusahaan bagi kelompok-kelompok tertentu
dalam masyarakat atau yang menjadi stakeholder perusahaan.

Ada dua dimensi utama dalam akuntansi CSR :


1. Melaporkan dan mengungkap costs dan benefits dari aktivitas ekonomi
perusahaan yang secara langsung berdampak pada profitabilitas bottom
line (laba);
2. Melaporkan costs dan benefits dari aktivitas ekonomi perusahaan yang
berdampak langsung pada individu, masyarakat dan lingkungan.
AKUNTANSI LINGKUNGAN
Sistem Manajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat di
integrasikanke dalam proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal,mengukur, mengelola dan
mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakanrisiko-
risiko lingkungan.
AKUNTANSI LINGKUNGAN
Empat level pendekatan (the fourtier ) untuk menghitung biaya lingkungan
(envinronmental costs) dalam penilaian investasi :

1) Tier 0 adalah usual costs


Biaya-biaya langsung dan tidak langsung yang biasanya berkaitan dengan
proyek investasi.

2) Tier 1 adalah hidden costs


Biaya-biaya konvensional yang biasanya terdapat dalam biaya-biaya umum
dan overhead.

3) Tier 2 adalah liability costs


Biaya-biaya kewajiban kontingen yang timbul dalam kondisi-kondisi tertentu.

4) Tier 3 adalah less tangible costs


Costs dan benefits kualitatif dari manajemen lingkungan yang diperbarui yang
selanjutnya dinilai secara financial dan gains dan loss dari goodwill , pemasok,
pelanggan, karyawan, harga, biaya pemasok, dsb.
1. Regulatory Costs

2. Upfront Costs

3. Voluntary Costs
PERLAKUAN AKUNTANSI
Perlakuan akuntansi terhadap biaya lingkungan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi untuk biaya
lingkungan yang memiliki manfaat
ekonomik bagi perusahaan untuk periode-
periode selanjutnya sehingga harusdi
perlakukan sebagai pengeluaran investasi (asset)
dalam neraca dan perlu di amortisasi.

2. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi untuk


biaya lingkungan yang
tidak memilikimanfaat ekonomik bagi perusahaan untuk
periode selanjutnya harus
diperlakukan sebagai pengeluaran beban (expense) perio
dik dan dikelompokkan sebagai biaya umum dalam
laporan laba-rugi.
Ada 3 kendala yag akan menjadi penghambat utama bagi upaya DSAK-IAI
untuk merealisasikan penyusunan SAL.

1. IASB dalam IFRS belum mengatur standar akuntansi tentang


lingkungan.
2. Masalah pemenuhan kriteria pengakuan dan pengukuran yang
berterima umumterhadap objek lingkungan sebagai suatu item dalam
laporan keuangan.
3. Isu lingkungan sering dijadikan sebagai komoditas ekonomi, politik,
hukum,sosial dan lainnya yang dipertentangkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
PERLU KERJA KERAS

Meskipun akan menghadapi


sejumlah kendala serius, namun
permintaan dari stakeholders perlu
segera ditindaklanjuti oleh IAI
dengan kerja keras. IAI juga perlu
segera membentuk tim Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
untuk lingkungan yang tersiri dari
para pakar yang
kompeten dan pihak-pihak
yang mempresentasikan kepentingan
stakeholdersuntuk mempersiapkan
penyusunan draft SAL.
HAKIKAT AKUNTANSI CSR
Akuntansi CSR dikenal juga dengan istilah Triple Bottom Line Accounting (TBLA)
Accounting. Konsep Triple Bottom Line menjelaskan mengenai perusahaan yang
menginginkan keberlangsungan usaha yang berkelanjutan haruslah memperhatikan
3 komponen :

1. Profit

1. People

1. Planet
1. Mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan
melaporkan semua informasi terkait dampak
(impacts) dan costs dari aktivitas bisnis yang secara
langsung serta tidak langsung berdampak terhadap
profitabilitas perusahaan dan kualitas sosial serta
lingkungan.
2. Mengestimasi, mencatat, dan melaporkan
dampak, costs, serta benefits dari suatu proyek baik
yang terukur maupun sulit terukur terhadap
masyarakat dan lingkungan. Metode akuntansinya
Akuntansi
disebut socio-economic accounting. Perlakuan
CSR memiliki
akuntansi atas costs tersebut adalah sebagai beban
tiga tujuan
periodik atau sebagai pengeluaran investasi,
tergantung pada estimasi tingkat kesuksesan atau
umur manfaat ekonomis suatu proyek.
3. Mengidentifikasi, mencatat, dan mengungkapkan
informasi terkait pengorbanan sumber-sumber
ekonomi entitas untuk program-program CSR dalam
jangka panjang.
KETERBATASAN AKUNTANSI
Lima keterbatasan mendasar dalam akuntansi konvensional yang
menyebabkan informasi sosial dan lingkungan tidak disajikan dalam
laporan keuangan:
1. Akuntansi keuangan hanya berfokus pada kebutuhan informasi
dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan alokasi
sumberdaya ekonomi
2. Pertimbangan utama dalam proses akuntansi dan pelaporan
keuangan adalah “materialitas” yang disajikan.
3. Pelaporan akuntansi cenderung memperlakukan pengorbanan
sumberdaya ekonomik yang tidak jelas manfaat ekonomiknya di
masa datang sebagai beban periodik.
4. Akuntansi masih mengadopsi “asumsi entitas” yang
mengharuskan perusahaan tersebut diperlakukan sebagai suatu
entitas yang berbeda dari para stakeholdernya.
5. Proses akuntansi hanya terfokus pada item-item yang dapat
“dikontrol” perusahaan.
Reformasi akuntansi perlu merujuk pada perspektif triple bottom line of
business. Intinya adalah lingkungan dan masyarakat merupakan fondasi
serta pilar utama dalam bisnis sehingga menjadi stakeholderinti yang harus
mendapat perhatian yang serius dari perusahaan dan menjadi fokus utama
dalam pelaporan akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai