Anda di halaman 1dari 14

BIODATA NARASUMBER

 Nama Lengkap : Drs. Yuli Cahyono, M.Pd


 Tempat, Tanggal Lahir : Magetan, 15 Juli 1968
 Jabatan : Widyaiswara Ahli Madya
 Instansi : LPPKS Indonesia
 Riwayat Pekerjaan : 1.Guru SMK (1994-1999)
2. Widyaiswara PPPPTK (2000-2010)
3. Widyaiswara LPPKS (2011-2016)
 Prestasi : Widyaiswara Berprestasi Kemdikbud
Tahun 2015
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB
LEARNING (OJL) 2013,
• On The Job Learning (OJL) merupakan salah satu upaya
untuk memberikan tambahan bekal berupa pengalaman
bekerja sebagai calon kepala sekolah/madrasah, baik di
sekolah/madrasah sendiri maupun di sekolah/madrasah
lain, yang relevan dengan kebutuhan pengembangan potensi
dan kompetensi calon kepala sekolah/madrasah.
• Pengembangan mutu proses pembelajaran On The Job
Learning (OJL) difokuskan pada upaya untuk mempraktekan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dipelajari
selama diklat In-Service Learning 1.
KETENTUAN OJL:
1. Kegiatan On-the-Job Learning (OJL) di sekolah/madrasah tempat calon bertugas
dilakukan selama 150 (seratus lima puluh) jam pelajaran.
2. Kegiatan On-the-Job Learning (OJL) di sekolah/madrasah lain dilakukan minimal 50 (lima
puluh) jam pelajaran.
3. Jika di daerah calon tidak terdapat sekolah/madrasah lain yang jenjangnya lebih tinggi
atau sama, maka kegiatan On-the-Job Learning (OJL) dapat dilakukan di
sekolah/madrasah tempat calon bertugas.
4. Dalam melaksanakan kegiatan On-the-Job Learning (OJL) di sekolah/madrasah tempat
calon bertugas maupun di sekolah/madrasah lain yang bersangkutan tetap menjalankan
tugasnya sebagai guru.
5. Dalam kegiatan On-the-Job Learning (OJL) peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah
mengimplementasikan materi-materi pelatihan yang diperoleh dalam kegiatan In-Service
Learning 1, yang dilakukan dalam 6 jenis penugasan, yakni 1) pelaksanaan rencana
tindakan kepemimpinan, 2) supervisi akademik, 3) penyusunan perangkat pembelajaran,
4) pengkajian manajerial, 5) peningkatan kompetensi di sekolah magang lain dan 6)
penyusunan laporan.
No Jenis kegiatan dan tagihan OJL Alokasi Waktu
Sekolah Sekolah JUMLA
sendiri lain H
1 Rencana Tindak Kepemimpinan 40 40
2 Supervisi Guru Junior 20 20
3 Penyusunan Perangkat Pembelajaran 40 40
4 Pengkajian 9 aspek manajerial 0
4.1 Mengkaji RKS 8 4 12
4.2 Mengkaji pengelolaan kurikulum 8 4 12
4.3 Mengkaji pengelolaan Pendidik dan tenaga kependidikan 4 2 6
4.4 Mengkaji Sarana prasarana Sekolah 4 2 6
4.5 Mengkaji pengelolaan peserta didik 4 2 6
4.6 Mengkaji pengelolaan keuangan sekolah 4 2 6
4.7 Mengkaji pengelolaan ketatausahaan sekolah 4 2 6
4.8 Mengkaji TIK dalam pembelajaran 2 1 3
4.9 Mengkaji Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi 2 1 3
5 Upaya peningkatan kompetensi di sekolah magang kedua
berdasarkan hasil AKPK
20 20
6 Penyusunan portofolio 10 10 20
JUMLAH 150 50 200
PENDAMPINGAN OJL 1
• Lembaga penyelenggara diklat melaksanakan program pendampingan 3 (tiga)
kali, yakni:
• Pendampingan pertama; dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan,
kesulitan dan kendala yang dihadapi calon kepala sekolah/madrasah dan
membantu mengatasi permasalahan, kesulitan dan kendala tersebut. Strategi
pendampingan berupa tatap muka di kelas dengan petugas Master Trainer (MT).
Pendampingan pertama sebaiknya dilakukan dalam satu bulan pertama setelah
kegiatan In Service Learning 1 berakhir ((±hari ke 20-25).
• Permasalahan yang sering muncul: Matriks RTK belum duduk; program supervisi
belum dibuat, laporan belum disusun. Sebagian besar masalah bersumber dari
belum ada kejelasan tentang tugas-tugas, sehingga review secara keseluruhan.
• Prosentase ketercapaian pelaksanaan tugas OJL 40%; penilaian sikap dari MT,
laporan pendampingan OJL 1.
PENDAMPINGAN OJL 2
• Pendampingan kedua dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan,
kesulitan dan kendala yang terjadi di lapangan dan untuk mendapatkan
masukan dari kepala sekolah/madrasah mentor.
• Strategi pendampingan dilakukan berupa tatap muka di kelas dengan
petugas Master Trainer (MT) dan atau jika memungkinkan
dikombinasikan dengan kunjungan ke sekolah/madrasah tempat
magang dan atau tatap muka dengan kepala sekolah/madrasah mentor.
Pendampingan kedua sebaiknya dilakukan dalam dua bulan setelah
kegiatan In Service Learning 1 berakhir ((±hari ke 45-50).
• Permasalahan yang sering terjadi: Monev RTK, penulisan laporan,
pelaporan supervisi, Pengkajian Manajerial; AKPK di sekolah lain.dan
(sistematika laporan).
• Prosentase ketercapaian pelaksanaan tugas OJL 60%; penilaian sikap
dari MT, laporan pendampingan OJL 2.
CONTOH KETIDAK-PASTIAN YANG MEMBINGUNGKAN
“Upaya peningkatan kompetensi berbasis Analisis Kebutuhan Pengembangan
Keprofesian (AKPK) di sekolah lain adalah kegiatan calon kepala sekolah untuk
meningkatkan kompetensinya berdasarkan kebutuhan individu dengan belajar dari
kepala sekolah mentor. Saudara memilih salah satu dari kompetensi pada Analisis
Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) yang paling rendah, kemudian
berupaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut dengan belajar dari kepala
sekolah mentor di sekolah lain. Belajar dapat melalui wawancara, studi
dokumentasi, observasi kegiatan yang dilakukan kepala sekolah mentor. Jika
Saudara menemui kendala untuk meningkatkan kompetensi yang paling rendah,
misalnya karena kepala sekolah mentor ke-2 tidak mahir di bidang tersebut,
Saudara dapat memilih kompetensi lainnya yang juga rendah. Jika masih menemui
kendala juga, Saudara dapat mempelajari keunggulan sekolah tersebut di bidang
apapun (alternatif terakhir)”.
(Rambu-rambu OJL 2013)
ANALOG UNTUK MENGATASI KETIDAKPASTIAN:
Master Trainer (MT) : Ibu Tutik, Ibu sebagai guru yang baik tentu dalam kehidupan sehari-hari, ibu juga sebagai ibu rumah tangga
yang baik, yang tentu senang menyajikan masakan yang enak-enak untuk suami tercinta, bukan?
Coba, sekarang ibu pikirkan sebuah menu masakan apa yang ibu sekarang belum bisa membuatnya tetapi
suatu hari nanti ibu ingin bisa membuatnya untuk suami tercinta. Coba menu masakan apa yang ibu belum
bisa?

Peserta Diklat (Tutik) : Saya ingin bisa membuat “Steak Cream Sauce” untuk suami saya.
Master Trainer (MT) : Baik, ibu ingin bisa membuat Steak Cream Sauce.
Coba sekarang pikirkan, kepada siapa ibu akan belajar membuat Steak Cream Sauce? Kira-kira siapa yang
ibu pandang ahli dalam membuat Steak Cream Sauce?
Peserta Diklat (Tutik) : Saya punya tetangga namanya ibu Siska, beliau ahli masak-memasak. Tentu beliau bisa membuat Steak
Cream Sauce dan beliau pasti mau mengajari saya membuat Steak Cream Sauce.

Master Trainer (MT) : Baik, ibu ingin belajar membuat Steak Cream Sauce pada ibu Siska tetangga ibu. Silahkan ibu datang ke
rumahnya dan belajar pada beliau.

(Ibu Tutik kemudian mendatangi Ibu Siska dan mohon ijin untuk diajari membuat Steak Cream Sauce.
Tetapi ternyata ibu Siska bilang bahwa beliau juga tidak bisa membuat Steak Cream Sauce karena beliau
adalah ahli masakan rumah tangga biasa. Beliau tidak ahli dalam memasak masakan restoran)

Master Trainer (MT) : Bagaimana Ibu Tutik, apakah ibu sudah belajar membuat Steak Cream Sauce pada Ibu Siska?

Peserta Diklat (Tutik) : Wah, Ibu Siska ternyata juga tidak bisa membuat Steak Cream Sauce, pak? Beliau tidak ahli dalam
memasak masakan restoran. Terus bagaimana saya, pak?

Master Trainer (MT) : Baiklah. Apa boleh buat, saya juga tidak bisa mengajari ibu membuat Steak Cream Sauce soalnya.

Peserta Diklat (Tutik) : Pak, mungkin saya ganti menu saja, boleh nggak, pak?
Selain ingin bisa membuat Steak Cream Sauce, saya juga ingin belajar membuat Nasi Kebuli Kambing,
pak?
Master Trainer (MT) : Boleh, silahkan. Ibu mau belajar ke siapa membuat Nasi Kebuli Kambing?

Peserta Diklat (Tutik) : Ke ibu Siska lagi, pak. Kan beliau bilang ahli dalam masakan rumah tangga.
ANALOG LANJUTAN:
(Ibu Tutik kemudian mendatangi Ibu Siska lagi dan mohon ijin untuk diajari membuat Nasi Kebuli
Kambing. Dan ibu Siska berkenan mengajari ibu Tutik membuatnya)

(lalu selama beberapa kali ibu Tutik mendatangi rumah ibu Siska untuk belajar membuat Nasi
Kebuli Kambing. Awalnya Ibu Siska menjelaskan bahan-bahan yang diperlukan, lalu menjelaskan
cara membuat nasi Aron, kemudian menjelaskan bumbu yang dihaluskan, lalu bahan taburan,
dan cara membuat Nasi Kebuli Kambing).

Ibu Siska : Ibu Tutik, hari ini cukup sampai di sini saja dulu ya. Nanti, ibu datang kembali ke sini sambil
membawa semua bahan-bahan tadi. Ini buku resep masakan saya berikan untuk ibu Tutik.
Silahkan, ibu baca-baca kembali seperti yang sudah saya jelaskan tadi. Minggu depan, ibu ke sini
lagi, kalau sudah semuanya siap, kita akan prakek membuat Nasi Kebuli Kambing. Kebetulan
minggu depan saya ada waktu untuk ibu Tutik.

Peserta Diklat (Tutik) : Baik, Ibu Siska. Terima kasih atas waktunya.
(Minggu depannya, ibu Tutik datang kembali dengan membawa semua bahan-bahan dan bekal
pemahaman yang sudah dari buku resep yang diberikan Ibu Siska. Merekapun praktek membuat
Nasi Kebuli kambing. Sambil praktek memasak, Ibu Tutik bertanya jawab dengan ibu Siska
tentang pembuatan Nasi Kebuli Kambing. Ibu Siska juga mendemonstrasikan cara membuatnya.
Mereka saling berdiskusi. Beberapa hal dalam buku resep yang Ibu Tutik belum paham
ditanyakan, dan Ibu Siska dengan senang hati menjelaskannya)

Master Trainer (MT) : Bagaimana ibu Tutik, apakah Ibu sekarang sudah bisa membuat Nasi Kebuli Kambing?

Peserta Diklat (Tutik) : Sudah, Pak. Sekarang saya sudah bisa membuat Nasi Kebuli Kambing.
Master Trainer (MT) : Coba, sekarang ibu jelaskan kembali ke saya bagaimana pemahaman ibu tentang pembuatan
Nasi kebuli kambing.
Peserta Diklat (Tutik) : (Ibu Tutik lalu menjelaskan bahan-bahan yang diperlukan, menjelaskan cara membuat Nasi Aron,
kemudian menjelaskan bumbu-bumbu yang dihaluskan, lalu bahan taburan, dan cara membuat
Nasi Kebuli Kambing dengan baik).
PENDAMPINGAN 3:
• Pendampingan ketiga dilakukan untuk mengidentifikasi
perkembangan pelaksanaan On The Job Learning (OJL) melalui
monitoring dan evaluasi pelaksanaan On The Job Learning (OJL)
dan pembimbingan dalam penyusunan portofolio dan bahan
presentasi. Strategi pendampingan dilakukan berupa tatap muka di
kelas dengan Master Trainer (MT).
• Pendampingan ketiga sebaiknya dilakukan dalam tiga bulan setelah
kegiatan In Service Learning 1 berakhir (±hari ke 75-80).
• Permasalahan yang sering muncul adalah tentang penulisan
portofolio, sistematika laporan portofolio dan bahan presentasi.
• Prosentase ketercapaian pelaksanaan tugas OJL 80%; penilaian
sikap dari MT, laporan pendampingan OJL 3.
RAMBU-RAMBU PENDAMPINGAN
• Jumlah Master Trainer (MT) ditentukan sesuai dengan
kebutuhan jumlah peserta (15 calon kepala
sekolah/madrasah/Master Trainer (MT)) ditambah seorang
petugas monev.
• Pendampingan dilakukan selama satu hari di lokasi setara
dengan 10 JP.
• Metode pendampingan antara lain pengisian instrumen monev
perkembangan pelaksanaan On The Job Learning (OJL),
konsultasi individu, Focus Group Discussion, dan umpan balik
oleh Master Trainer (MT)).
LAPORAN PENDAMPINGAN 1-2-3

Yohanes Manggar’s Chart


TERIMA KASIH DAN SELAMAT BERTUGAS

Anda mungkin juga menyukai