Anda di halaman 1dari 39

Efek Fotografis Sinar – X

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA
FILM ROENTGEN
• Pembuatan foto Roentgen dibagi dalam 2 fase:
– Fase pemotretan dalam ruangan pesawat
Roentgen.
– Fase processing film dalam kamar gelap.
• Sebelum melakukan pemotretan, maka
terlebih dahulu harus mengetahui hal-hal
sebagai berikut:
– Data-data elektrik
• Faktor mA (mili-Ampere)
• Faktor seconde (waktu expose)
• Faktor kV (kilovolt)
– Densitas dan contrast
– Scatter
• Unmodified scatter
• Modified scatter
• Secondary radiation
– Focal spot
– Faktor jarak
– Intensifying Screen
– Klasifikasi bagian tubuh
– Posisi penderita
– Film
– Waktu expose
Data Elektrik
• Perlu diperhatikan:
– Faktor mA (miliampere) dan seconde (waktu
expose).
• mA (miliampere) merupakan satuan arus tabung,
menentukan banyaknya elektron yang membentur
anoda/bidang fokus/ target.
• Waktu expose ini menentukan pula banyaknya sinar-X
yang terbentuk.
– Faktor kV (kilovolt)
• bila kV makin tinggi maka sinar-X yang dihasilkan akan
mempunyai sifat daya tembus (energi penetrasi,
fotonnya) yang makin besar, dengan panjang
gelombang makin pendek.
Densitas dan Kontrast

• Penghitaman pada film tergantung dari banyaknya


yang mengenai film.
• Makin banyak sinar-X yang mengenai film, akan
menyebabkan lebih banyak AgBr (perak bromida)
berionisasi.
– Ion 𝐴𝑔+ dan Br − yang diredusir menjadi Ag2O akanleb
dan ini akan menghitamkan film.
• Besarnya konsentrasi endapan Ag2O pada film din
DENSITAS.
• Tubuh manusaian yang menjadi objek pada
otografi/radiografi terdiri dari macam-macam
organ hepar, otot, tulang, paru-paru, jaringan
lemak, dll, yang masing-masing mempunyai
nilai densitas individual (tone).
• Jumlah atom persatuan volume dan massa
masing-masing atom dari suatu zat dinyatakan
sebagai kerapatan zat (densitas = massa
persatuan volume).
• Contrast => adalah keadaan yang menyatakan
perbedaan diantara bagian-bagian dengan
densitas yang tinggi ( bagian-bagian yang
paling tebal endapan Ag2O), atau dengan kata
lain: perbedaan antara bagian-bagian yang
paling terang dan bagian-bagian yang paling
gelap pada film.
• Bila suatu objek mendapat exposi yang cukup
atau “optimum” maka akan diperoleh foto
Roentgen dengan contrast yang baik dimana
kita dapat membedakan bermacam-macam
densitas dalam film tersebut, yang
memungkinkan kita untuk melihat detail/seluk
beluk dari bayangan.
• Bila contrast bertambah, maka ini berarti
bahwa perbedaan antara nilai-nilai densitas
individuil dari objek yang berdekatan menjadi
lebih besar dan lebih tegas.
– Dalam hal ini densitas dari bagian objek yang lebih
tebal akan berkurang dan bisa menjadi lebih
terang.
• Apabila contrast radiografi terlalu tinggi (high
contrast) maka densitas bagian objek yang
lebih tebal menjadi sangat rendah sehingga
seluk-beluk bayangan tidak dapat diteliti.
• Dan apabila contrast radiografi terlalu rendah
(low contrast) maka ketegasan perbedaan
bayangan dari organ-organ dengan nilai-nilai
tone yang berdekatan menjadi berkurang.
• Oleh karena setiap perangkat Roentgen
mempunyai sifat/kemampuan yang berbeda-
beda sesuai dengan pabrik yang membuatnya,
maka oleh pabrik pembuatnya telah diberikan
dilampirkan suatu tabel/daftar dimana kita
dapat memilih exposi yang optimum (dengan
telah ditentukan kV dan mAs) untuk sesuatu
objek yang hendak difoto sesuai dengan tebal
dari objek tersebut.
• Hubungan antara perubahan tebal objek dengan
perubahan kV dilukiskan dalam RULE of THUMB:
– Untuk memperoleh kondisi film yang sama ( tetap)
maka bila:
• Objek lebih tebal untuk tiap 1 cm, perlu menambah : 2 kV
• Objek lebih tebal untuk tiap 1 cm, perlu mengurangi
: 2 kV
• Objek lebih tebal untuk tiap 1 cm, perlu menambah : 25 %
mAs
• Objek lebih tebal untuk tiap 1 cm, perlu mengurangi
: 25 % mAs
• Hubungan perubahan kV dengan mAs (kV antara
60-80): untuk mendapatkan nilai exposi yang
sama, maka: bila kV naik 10% maka mAs perlu
diturunkan 50%.
• Sedangkan untuk kV yang tidak terbatas berlaku
ketentuan : bila kV naik 15 % maka mAs
diturunkan 50%.
• Contoh : misalnya kV dari 75 dinaikkan menjadi 85
kV, maka mAs diturunkan dari 40 menjadi 20 (pada
objek yang sama).
POSISI PENDERITA
• Penderita ditempatkan antara tabung
Roentgen dari perangkat dan film.
• Bagian dari tubuh penderita yang hendak
deselidiki (difoto) harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan film.
• Posisi-posisi dasar (posisi-posisi umum) yang
dikenal adalah :
– Antero – posterior (A-P)
– Postero – anterior (P-A)
– Lateral:
• Lateral kiri
• Lateral kanan
– Oblik (oblique)
– Posisi decubitus
• Right lateral decubitus
• Left lateral decubitus
– Posisi recumbency (posisi tidur)
– Posisi axial
FILM
• Film Roentgen terdiri dari 7 lapisan.
– Tebalnya keseluruhan adalah kurang dari 0,2 mm.
– Lapisan 2 dan 6 adalah lapisan emulsi.
– Lapisan 3 dan 5 adalah lapisan perekat emulsi
pada bahan dasar.
– Lapisan ke-4 adalah lapisan dari film yang terbuat
dari cellulose acetate atau cellulose triacetate dan
sekarang banyak dibuat dari bahan polyster.
• Berdasarkan besarnya butiran-butiran AgBr
yang ada pada lapisan emulsi maka film dibagi
atas 3 jenis:
– Film dengan butiran AgBr kasar yang disebut
Speed film.
– Film dengan butiran sedang, yang banyak
digunakan sekarang.
– Film dengan butiran AgBr yang sanagat halus.
• Berdasarkan cara penggunaan film pada
fotografi, maka film dibagi atas 2 jenis:
– Film non-screen
– Screen film
Ukuran dari Film Roentgen
• Lazim dipergunakan:

9 cm x 12 cm 13 cm x 18 cm 15 cm x 40 cm

18 cm x 24 cm 20 cm x 40 cm 20 cm x 96 cm

24 cm x 50 cm 30 cm x 30 cm 30 cm x 40 cm

30 cm x 30 cm 35 cm x 35 cm 35 cm x 43 cm
• Film dental:

2 cm x 3 cm 3 cm x 4 cm

4 cm x 5 cm 5,7 cm x 5,6 cm
PENYIMPANAN FILM
• Film harus di perlakukan dengan halus dan
hati-hati oleh karena film sangat peka
terhadap:
– Pengarah physis (panas).
– Pengaruh mekanis (gesekan-gesekan, penekanan,
penggulungan, pembengkokan).
– Cahaya.
– Uap/bahan-bahan kimia.
– Sinar-X.
• Jadi film hendaknya disimpan pada suatu
tempat khusus yang:
– Terlindung dari cahaya, sinar-X dan sinar Gama.
– Berhawa kering/lembab (kelembaban nisbi
maksimal 40 sampai 60%).
– Sejuk (suhu ruangan tidak lebih dari 200C).
– Tidak boleh/jangan disimpan bersama-sama
dengan bahan-bahan kimia.
– Jangan sampai terkena pengaruh gas arang, uap
cat, gas-gas pembuangan dari mototr, zat-zat
belerang dan uap amoniak.
• Kotak-kotak film hendaknya jangan ditumpuk
satu diatas yang lain, tetapi di berdirikan
secara berjejer.
• Waktu penyimpanan dalam keadaan normal.
– Sampai tanggal yang terjamin (expired date).
• Pakailah selalu film yang lebih tua terlebih
dahulu.
• Tempat penyimpanan harus terlindungi dari
radiasi primer dan radiasi sekunder.
• Harus dijaga selalu agar film jangan sampai
terkena sinar (Roentgen atau Gamma) atau
cahaya biasa sebelum atau sesudah exposi.
Waktu Exposi
• Pada anak-anak yang belum bisa diatur atau
diperintah menurut kemauan si pemeriksa,
dari pada organ-organ tubuh yang mutlak
otonom, maka waktu exposi diberikan
sesingkat—singkatnya, bisa sampai 0,01 detik
dan untuk mencapai nilai mAs yang optimum,
maka nilai mA dinaikkan.
• Jadi dalam phase pemotretan ini kiita harus
mengatur kV, mA dan S (seconds) dari
perangkat, agar:
– diperoleh mAs yang sesuai untuk tiap penderita ,
– memasang cassette dengan film dan intensifying
screen didalamnya,
– mengatur posisi penderita/bagian tubuh yang
hendak di foto agar sedekat mungkin pada film.
– melakukan usaha-usaha untuk mengurangi sinar
hambur mencapai penderita/film (memasang
conus, diaphragm dan grid).
Kamar Gelap
• Susunan kamar gelap:
– Ukuran kamar gelap harus ditentukan menurut
kapasitas bagian roentgen dan bahan kerja harian yang
diperkirakan.
– Kamar gelap harus cukup terlindungi dari cahaya
maahari dan cahaya dari ruang-ruang disebelahnya.
– Haruslah terjamin proteksi radiasi yang cukup bagi
pekerja yang ada didalam kamar gelap, dan bagi film
yang belum terpakai yang tersimpan didalamnya.
– Ventilasi harus cukup didalam kamar gelap.
– Pengaturan udara (air-conditioning) harus diatur
sedemikian rupa, sehingga suhu dipertahankan
sekitar 200C.
– Harus ada presedisi air mengalir yang cukup serta
sistim pembuangan air yang effesien.
– Lantai kamar gelap hendaknya dilapis dengan ubin
dan diberi alas dari kisi-kisi kayu.
– Dinding hendaknya dilapis dengan ubin sampai
setinggi 1,5 m – 2 m, dan sela-sela diantara ubin
ditutup rapat dengan semen murni sehingga tidak
dapat di tembus air.
PERLENGKAPAN KAMAR GELAP
• Kamar gelap terdiri dari 2 bagian yang
terpisah:
– Ruang/bagian kerja kering
– Ruanr/bagian kerja basah.
• Ruang/bagian Kerja Kering
– Disediakan untuk mengisi dan mengeluarkan
bahan potret (film roentgen).
– Pemasangan film pada bingkai atau jepitan film.
– Pencatatan nama atau nomor.
• Ruang/bagian Kerja Basah
– Diperuntukan bagi pekerjaan pengolahan film,
seperti:
• pembangkitan (developing),
• pembilasan,
• penetapan (fixation),
• pembasuhan terakhir,
• dan pengeringan.
• Perlengkapan lain yang penting untuk kamar
gelap:
– Penerangan ruang kerja.
– Thermometer dan pengukur waktu
pembangkitan.
– Fasilitas untuk menyelenggarakan suhu yang tetap
pada cairan-cairan pengolahan film seperti
thermostat, alat pemanas celup dan sebagainya.
CAIRAN PEMBANGKIT
(larutan developer)
• Bahan kimia yang dipakai untuk menghasilkan
kontras yang baik dalam pengolahan film.
• Cairan pembangkit atau developer ini terdiri
dari 4 bahan yang terlarut dalam air, yaitu:
– Developing agent
– Preservative agent
– Activator/akselerator
– Restrainer
Larutan Penetap
• Tujuan:
– Menghentikan (menetapkan) proses pembangkit.
– Melarutkan (membersihkan) AgBr yang tidak kena
exposi sinar-X.
– Menjernihkan daerah-daerah yang tidak ditempati
oleh butir-butirAg2O.
• Larutan penetap terdiri dari:
– Clearing Agent,
– Preservstive Agent,
– Hardering Agent,
– Acidifier,

Anda mungkin juga menyukai