Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

• Kemahiran dengan teknik alternatif untuk oksigenasi dan ventilasi sangat


penting ketika gagal melakukan intubasi endotrakeal.
• Teknik supraglottic telah digunakan secara sporadis,
hanya 50% dari unit perawatan dilengkapi dengan alat supraglottic
airway.
Mengapa hanya 50% ?
1. Pasien dengan keadaan kritis membutuhkan ventilasi invasif untuk jangka
waktu yang lama, yang umumnya hanya dapat dicapai dengan intubasi
2. Intensivist tanpa latar belakang anestesiologi sering tidak memiliki
pengalaman klinis dan pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan
alat tersebut dengan aman dan efektif
Namun disisi lain, apabila ada pelatihan intensif dengan alat Supraglottic airway
berdasarkan pedoman dan algoritma sesuai standard, hal ini akan memungkinkan
praktisi untuk mengenali masalah jalan nafas yang khas dengan cepat dan
memulai tindakan yang tepat tanpa penundaan.

Prinsip :
• Alternatif intubasi endotrakeal.
• Tidak melewati glottis, German Society of Anesthesiology and Intensive
Care Medicine (DGAI) menyebut sebagai "perangkat saluran napas faring".

• KI : patologi jalan nafas atas yang menyebabkan pembengkakan


(ex: penyakit radang akut seperti epiglottitis dan tumor)
Supraglottis Airway Devices :
01 CLASSIC LARYNGEAL MASK
Ambu AuraOnce dan LMA Classic

02 LARYNGEAL MASK WITH AN


ESOPGAHEAL LUMEN
Pengguna yang kurang LMA Supreme, LMA ProSeal, I-Gel
berpengalaman dan pemula
dapat berhasil menggunakan 03 LARYNGEAL MASK THAT
perangkat ini untuk ventilasi dan ALLOW BLIND ENDOTRACHEAL
oksigenasi walaupun dengan INTUBATION
sedikit pelatihan. Fastrach intubating LMA
04 DEVICES WITH AN ESOPHAGEAL
AND OROPHARYNGEAL CUFF
Combitube, EasyTube, LTS-D laryngeal tube
CLASSIC LARYNGEAL MASK Laryngeal mask that allow blind
endotracheal intubation

Laryngeal mask with an esophageal


lumen

AIRWAY MANAGEMENT IN CRITICAL CARE MEDICINE

SUPRAGLOTTIC
AIRWAY DEVICES
Devices with an esophageal and oropharyngeal
cuff

RIZKY PUTRI AGUSTINA


406182045
Semua teknik superglottic airway mudah dipelajari. Namun, harus ditekankan bahwa
pelatihan sangat penting.
• 50 subjek tanpa pengalaman intubasi endotrakeal, dilatih dalam penggunaan LMA
Supreme laryngeal mask. 100% berhasil dan 80% berhasil dalam satu kali percobaan.

• LTS-D laryngeal tube berhasil dimasukkan oleh pemula pada 74% pasien yang dibius
dalam waktu 45 detik.

• Residen anestesi bulan pertama yang dilatih pemasangan ProSeal laryngeal mask
pada manikin dapat menempatkan LMA pada pasien dengan tingkat keberhasilan
yang lebih tinggi daripada intubasi laringoskopi konvensional (100% : 65%) dan
dengan waktu jalan napas efektif yang lebih pendek (42 detik : 89 detik).

• 82% Combitube berhasil dilakukan hanya dengan 1x percobaan.


• Walaupun demikian, Tak satu pun dari perangkat tersebut dapat dianggap sebagai
pengganti intubasi endotrakeal. Sebaliknya, supraglottic airway devices hanya
sebagai tindakan sementara, sampai ada dokter yang berpengalaman dalam
manajemen jalan nafas.

• Pedoman European Resuscitation Council (ERC) merekomendasikan agar personel


yang kurang berpengalaman dalam intubasi endotrakeal harus menggunakan
perangkat jalan nafas supraglotis sebagai alternatif.
Classic Laryngeal Mask Airway
(Classic LMA)
Memiliki cuff yang menutup ruang di sekitar epiglotis dari sisi posterior, sehingga
memungkinkan pasien untuk berventilasi tanpa melewati tabung yang melalui glotis.

Cara :
Pasien harus dibius  head tilt  Membuka mulut pasien
memasukkan device di sepanjang palatum durum ke
faring  Ketika ujung distal cuff bersinggungan dengan
sfingter esofagus bagian atas, akan terasa adanya
tahanan, yang menandakan penempatan yang benar.

Kebocoran udara sering terjadi pada tekanan ≥18-20 cmH2O  membatasi kualitas
ventilasi yang dapat dicapai pada pasien dengan compliance paru atau toraks yang
rendah.
Laryngeal Mask with an Esophageal Lumen
Yang tersedia saat ini adalah :
 I-gel : sekali pakai dan tidak terbuat dari bahan seperti gel. Bagian laring sesuai
dengan anatomi hipofaring dan memiliki saluran yang memungkinkan penyisipan NGT

 LMA ProSeal : re-useable dan memiliki lumen ekstra untuk NGT, serta memiliki
modified cuff yang dirancang untuk membuat seal yang lebih baik daripada classic
LMA.

 LMA Supreme : sekali pakai, memiliki bentuk yang dirancang seperti anatomi
sehingga mudah dilakukan. Seperti ProSeal, memiliki seal yang lebih baik daripada
classic LMA.
• I-gel laryngeal mask memiliki tingkat keberhasilan 78% pada percobaan
pertama dan 100% pada percobaan ke 3. Tidak ada perbedaan signifikan
dalam airway leak pressure pada I-gel dan classic LMA, 25 : 22 cmH2O.
Endotrakeal tube dimasukkan ke trakea melalui laryngeal mask dengan
bimbingan fiberoptic.
• LMA Supreme dan ProSeal memiliki tingkat keberhasilan 92-95%, serta
memiliki airway leak pressure masing-masing 29 dan 26 cmH2O.
NGT dapat dimasukkan dengan baik pada semua kasus.
LMA Supreme dan ProSeal memungkinkan tekanan ventilasi yang lebih tiggi
dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan I-gel.

• Perangkat tersebut diatas dapat digunakan untuk ventilasi, oksigenasi, dan


drainase isi lambung pada pasien dengan keadaan kritis dengan jalan nafas
yang sulit, yaitu edema jalan nafas dengan Cormack Lehane (CL) Grade III dan
gagal intubasi pada pasien obesitas dengan CL Grade III.
Kelebihan :
memudahkan akses untuk memasukkan NGT  secara signifikan
mengurangi resiko aspirasi.

(I-gel & LMA Supreme)

(LMA ProSeal)
Laryngeal Mask for Endotracheal Intubation
Fastrach intubating laryngeal mask airway (ILMA)
dirancang khusus untuk penempatan tabung endotrakeal

Fitur yang membedakan ILMA dengan classic:


• LMA porosnya yang pendek dan kaku.
• Airway tube melengkung pada sudut hampir 90⁰ dan
sesuai dengan anatomi faring.
• Pada poros terdapat pegangan yang kaku.
• Bibir karet kecil, disebut epiglottic elevating bar.
ketika ILMA diposisikan dengan benar, memungkinkan
endotracheal tube masuk ke trakea.
• Airway leak pada ILMA terjadi pada puncak ventilation pressure 24-27 cmH2O.

• Keuntungan : kemampuan untuk melakukan 2 langkah prosedur pada pasien darurat.


1. Ditempatkan seperti classic LMA untuk memberi oksigenasi dan ventilasi pada
pasien.
2. Trakea diintubasi melalui ILMA. Tapi jika terdapat masalah selama memasukan ETT,
tube dapat ditarik dan ventilasi pada pasien masih tetap dapat dilanjutkan.

• Keberhasilan :
1. Coass : melakukan ILMA lebih cepat daripada classic LMA dan mencapai ventilasi
yang memadai dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi.
2. Keberhasilan intubasi dengan ILMA (92%) lebih besar daripada laringoskopi
langsung konvensional (40%).
3. Pasien dengan jalan nafas yang sulit (penurunan kemampuan membuka mulut dan
keterbatasan gerakan tulang belakang cervical), ahli anestesi berpengalaman
melakukan ILMA dengan tingkat keberhasilan 89% pada percobaan pertama dan
100% pada percobaan ketiga.
COMBITUBE
• Terdiri dari double lumen tube yang disatukan.
• Lumen yang tertutup pada ujung distal memiliki bukaan banyak sisi dan cuff proximal setinggi
orofaring yang menutupi jalan nafas oronasal
• Tersedia dalam dua ukuran 37F dan 41 F, dapat digunakan pada pasien yang tingginya min.
122 cm.
• Dua tanda pada poros tabung menunjukkan kedalaman yang benar.
• Karena cuff yang rapat, Combitube juga dapat digunakan selama resusitasi kardiopulmoner
tanpa harus mengganggu kompresi dada untuk ventilasi.

Kelemahan
- Obstruksi pada lubang tube oleh mukosa dapat menghambat atau
mencegah ventilasi
- manset mengandung lateks  Kontraindikasi pada pasien dengan
alergi lateks.

Kontraindikasi relatif : pasien dengan intact bite atau refleks menelan.


Kelebihan
• Dapat digunakan pada saluran nafas yang sulit, khususnya dalam keadaan tidak
dapat intubasi-tidak dapat ventilasi.
• Combitube dapat mengamankan jalan napas dan memberikan oksigenasi dan
ventilasi cepat pada keadaan darurat meskipun anatomi yang sulit, pencahayaan
yang tidak menguntungkan, ruang terbatas, dan peralatan terbatas.
• Dapat mengamankan jalan napas tanpa manipulasi tulang belakang leher.
• Dapat dipelajari dengan cepat, terutama oleh personel yang tidak berpengalaman
dalam intubasi endotrakeal
EASY TUBE
• perangkat sekali pakai yang digunakan untuk penggunaan di rumah sakit dan pra-RS
pada semua pasien dengan jalan napas yang sulit.
• Tersedia dua ukuran: 28 dan 41 Ch  dapat digunakan pada pasien dengan tinggi min.
90 cm.
• Prinsip : double-lumen tube yang dapat memberikan ventilasi ketika ditempatkan di
trakea atau kerongkongan. Proksimal cuff yang besar menutup saluran udara
orofaringeal dan nasofaringeal.

KI Relative :
1. pasien dengan intact bite
2. reflex menelan.

Karena EzT kaku, beresiko


trauma saluran nafas bagian atas selama penggunaan EzT.
Cara : Setelah laringoskopi langsung dan ditempatkan di trakea  pasien diventilasi
melalui lumen berwarna jernih.
Jika laringoskopi langsung dan intubasi endotrakeal tidak memungkinkan, ujung EzT
dapat ditempatkan di esofagus dengan teknik blind dan pasien dapat diventilasi melalui
lumen yang lebih pendek dan berwarna biru.
Kelebihan :
• memungkinkan oksigenasi dan ventilasi pasien yang terjebak dalam reruntuhan atau
sulit dijangkau
• direkomendasikan dalam kasus-kasus di mana laringoskopi direct sulit atau tidak
mungkin karena perdarahan atau muntah.

Kebocoran cuff terjadi pada tekanan ventilasi


18-22 H2O.
LARYNGEAL TUBE (LT)
• Single-lumen tube dengan cuff orofaringeal yang besar dan cuff esofagus yang kecil.
• Cuff orofaringeal menutup saluran udara bagian atas, memungkinkan udara
pernapasan mengalir melalui bukaan anterior menuju blade.
• Setelah ditempatkan pada posisi yang benar, kedua cuff menggembung
bersamaan dengan jarum suntik yang besar setelah penempatan.
• Cuff dapat digembungkan dengan cepat karena volume udara yang masuk dapat
dengan cepat ditentukan melalui pencocokan warna konektor LT dengan tanda
warna pada spuit. Warna pada konektor tergantung pada ukuran LT.
• Ujung esofagus distal tertutup dan dilengkapi dengan cuff tekanan rendah.

LT yang reuseable terbuat dari silikon


LT sekali pakai terbuat dari polivinilklorida.
• Cara : Cuff LT harus benar-benar kempes dan dilumasi dengan baik  mulut dibuka dan
kepala sniff position  tabung laring dimasukkan di garis tengah sepanjang palatum
durum ke faring sampai sedikit perlawanan dirasakan  Garis hitam ditengah pada
tabung harus berada di antara gigi atas dan bawah  Penempatan yang benar
diverifikasi oleh deteksi CO2 end-tidal dan auskultasi paru  Tekanan cuff tidak boleh
melebihi nilai 60 cmH2O.
• Airway leak pada LT, 2 cm H2O lebih tinggi dari pada classic LMA
(laryngeal mask: 18-20 cm H2O, LT: 20-22 cm H2O).
KELEMAHAN :
1. ketidakmampuan untuk memasukan selang NGT
2. Diperlukan pembukaan mulut sekitar 2,3 cm untuk memasukkan batang ke dalam
rongga mulut.
3. Cuff besar dan berdinding tipis sehingga dapat robek pada gigi yang tajam selama
penempatan.
4. LMA ProSeal® mencapai volume tidal yang lebih tinggi daripada LT pada tekanan
ventilasi yang sama.
KELEBIHAN :
1. Memungkinkan oksigenasi dan ventilasi pada pasien yang sebelumnya gagal dilakukan
intubasi endotrakeal.
2. Tingkat keberhasilan yang tinggi (97%) setelah gagal intubasi endotrakeal pra-rumah
sakit.
3. Dapat digunakan sebagai initial airway pada keadaan darurat oleh penyelamat yang
kurang berpengalaman dengan intubasi endotrakeal.
4. Pada situasi henti jantung, berhasil memasukkan LT 90% dari semua kasus. Ventilasi
dapat dilakukan pada 95% resusitasi.
5. Dibandingkan dengan classic LMA, LT melindungi lebih baik terhadap aspirasi karena
cuff esofagus distalnya.
Sampai saat ini, tidak ada laporan kasus aspirasi
selama penggunaan LT.

KONTRAINDIKASI RELATIF :
pasien dengan intact bite atau refleks menelan.
LARYNGEAL TUBE SUCTION

• Alat yang lebih maju dibandingkan yang lainnya, karena memiliki lumen kedua yang
memungkinkan untuk dekompresi esophagus jika terjadi regurgitasi dan menyediakan
akses untuk memasukan NGT  Sehingga untuk mengurangi resiko aspirasi.

• LTS dapat digunakan pada pasien kritis, terluka serius, dan dalam resusitasi
kardiopulmoner.

Anda mungkin juga menyukai