Anda di halaman 1dari 88

PENATALAKSANAAN

LUKA BAKAR
FASE AKUT DAN SUBAKUT

Dr. Budiman, SpBP

Sub SMF Bedah Plastik dan Rekonstruksi


Departemen Bedah
RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
TUJUAN :
• Setelah selesainya topik ini para peserta diharapkan
mampu mengetahui cara-cara penilaian, stabilisasi,
pengelolaan fase akut dan subakut luka bakar.

• Secara khusus para peserta akan mampu:


• Memperkirakan luas luka bakar dan memastikan ada
tidaknya trauma lain yang menyertainya.
• Mengetahui cara-cara pemberian terapi cairan.
• Mengetahui masalah-masalah khusus yang terjadi
akibat luka bakar dan pengobatannya.
• Menentukan kriteria-kriteria penderita dalam hal
merujuk penderita luka bakar.
I. PENDAHULUAN

• Luka bakar merupakan salah satu penyebab


trauma yang cukup sering yang dapat
mengakibatkan mortalitas dan morbiditas.
• Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar
resusitasi pada trauma dan penerapannya
pada saat yang tepat diharapkan dapat
menurunkan angka-angka tersebut diatas.
PENDAHULUAN
• Prinsip dasar tersebut meliputi:
• -kecurigaan akan terjadinya gangguan jalan
nafas pada penderita yang mengalami
trauma inhalasi.
• -mempertahankan hemodinamik dalam batas
normal dengan resusitasi cairan
• -mengetahui penyulit-penyulit yang mungkin
terjadi akibat luka bakar khusus seperti luka
bakar listrik, kimia, dingin, dan trauma
ledakan.
I. LUKA BAKAR : adalah kerusakan atau kehilangan jaringan
DEFINISI :
yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti : api, air panas, bahan kimia,
listrik, radiasi atau sumber dingin : air
dingin
II. PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR :
• ZONA-ZONA LUKA BAKAR :
1. ZONA KOAGULASI : daerah yang langsung mengalami
kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas
2. ZONA STASIS :
¤ daerah yang berada langsung diluar zona
koagulasi
¤ kerusakan endotel pembuluh darah, trembosit
dan lekosit  no flow fenomena
¤ permeabilitas kapiler  dan terjadi respons
inflamasi local
¤ berlangsung selama 12-24 jam pasca
cedera  nekrosis
3. ZONA HIPEREMI :
¤ daerah diluar zona stasis
¤ ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi
tanpa banyak melibatkan reaksi seluler
Zona 3 dapat sembuh spontan, tergantung dari keadaan umum
dan terapi yang diberikan atau berubah menjadi zona 2 bahkan
zona 1.
• FASE-FASE LUKA BAKAR :
1. FASE AWAL, AKUT, SHOCK :
terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan
dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat
sistemik
2. FASE PASCA SHOCK, SUB AKUT
a. terjadi proses inflamasi :
¤ terjadi inflamasi hebat yang disertai
dengan eksudasi dan “ kebocoran “ protein
¤ reaksi inflamasi lokal  sistemik dengan
dilepasnya lipo protein kompleks (burn toxin)
 respons inflamasi sistemik
(SIRS = Sistemic Inflamation
Response Syndrome)
b. infeksi  sepsis
c. penguapan cairan tubuh disertai panas/energi
(evaporative heat loss)  perubahan dan
gangguan proses metabolisme
3. FASE LANJUT :
- setelah terjadi penutupan luka
- penyulit luka bakar :
ˆ parut hipertropik
ˆ kontraktur
ˆ deformitas
III. PEMBAGIAN / KLASIFIKASI LUKA BAKAR :
• MENURUT PENYEBABNYA : api, air panas, air dingin,
kimia, listrik, radiasi.
• KEDALAMAN / DERAJAT LUKA BAKAR :
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
I * Kerusakan terbatas Spontan tanpa
pada epidermis pengobatan dalam
* Kulit kering, hiperemik waktu 10 - 15 hari.
berupa eritem
* Pada perabaan /
tusukan jarum hiperestesi
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
II A * Kerusakan meliputi epidermis Spontan dalam
dan sebagian dermis, berupa waktu 10 - 14
reaksi inflamasi disertai proses hari.
eksudasi (basah)
* Dijumpai bulae (epidermolisis)
dasar luka kemerahan
* Organ-organ kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasae masih utuh
* Pada perabaan / tusukan
jarum hiperestesi
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
II B * Kerusakan mengenai hampir Terjadi lebih
seluruh bagian dermis lama,
* Dijumpai bulae (epidermolisis), tergantung biji
dasar luka keputihan epitel yang
* Organ-organ kulit seperti folikel tersisa.
rambut, kelenjar keringat, Biasanya terjadi
kelenjar sebasea sebagian dalam waktu
besar masih utuh lebih dari satu
* Pada perabaan / tusukan bulan.
jarum hiperestesi
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
III * Kerusakan kulit meliputi seluruh Terjadi sangat
tebal dermis dan lapisan yang lama karena
lebih dalam tidak ada
* Tidak dijumpai bulae proses
* Organ-organ kulit seperti folikel epitelisasi
rambut, kelenjar keringat, spontan dari
kelenjar sebasea mengalami dasar luka.
kerusakan
* Kulit yang terbakar berwarna
abu-abu dan pucat, kering dan
letaknya lebih rendah dari kulit
sekitarnya
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
III * Terjadi koagulasi protein pada
epidermis dan dermis yang di
kenal dengan nama ESCHAR
* Tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi, oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan /
kematian
Bullae/blister
pada luka bakar derazat II
dangkal
Bullae sdh
terlanjur pecah

Bullae besar,di-
aspirasi

Bullae kecil,
dibiarkan

Hyperemia,
derazat I,
tdk dihitung
Contoh Eskar pada luka
bakar derazat III/ dua
dalam
Derazat II
dalam,
Eskar tipis,
derazat II dalam

Eskar tebal,
derazat III

Derazat I, hanya
hyperemia

Derazat II dangkal Derazat II


dangkal,
Bullae sdh pecah bullae (+)
II. PENYELAMATAN AWAL
A. AIRWAY
• Terpaparnya jalan nafas oleh udara panas yang
dihisap oleh penderita luka bakar kemungkinan
besar dapat terjadi pada:

• Luka bakar pada wajah.


• Hangusnya alis mata dan bulu hidung
• Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda peradangan akut di
dalam orofaring
• Sputum yang mangandung arang/karbon
• Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api/ terbakar dalam
ruang tertutup.
• Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan
badan
• Kadar karboksi hemoglobin lebih dari 10% setelah berada dalam
lingkungan api.
PENATALAKSANAAN AIRWAY DEFINITIF
UDEMA PITA SUARA DAN TIMBUNAN KARBON
A. AIRWAY

• Bila ditemukan keadaan seperti tersebut


diatas, harus dicurigai adanya trauma
inhalasi, memerlukan pertolongan
segera dan penanganan definitif
terhadap penyelamatan jalan nafas dari
sumbatan (dapat mengancam, jiwa
penderita)
LANJUTAN AIRWAY

• Terdengarnya suara serak (stridor),


merupakan indikasi untuk segera
melakukan penyelamatan jalan nafas
definitif sebelum benar -benar terjadi
sumbatan akut jalan nafas yang akan
mengancam nyawa penderita dalam
hitungan menit.
B. Breathing

• Penilaian terhadap proses pernafasan


sangat penting setelah penyelamatan
Airway dilakukan,
• lepaskan pakaian dan semua hal yang
menghambat gerakan rongga dada,
berikan oksigen yang adekuat melalui
sungkup atau kanul.
Menghentikan proses
trauma bakar.
• Lepaskan semua pakaian pakaian yang terbuat
dari bahan sintetis yang terbakar masih
meninggalkan residu panas, sehingga proses trauma
bakar pada tubuh tetap berlangsung
• luka bakar kimia yang berbentuk cairan, lakukan
pembilasan dengan air sebanyak –banyaknya.
• luka bakar kimia yang berbentuk serbuk kimia,
lakukan pembersihan denga cara menyapu/
menyikatnya dengan hati-hati.
• Pemakaian APD sangat penting untuk mencegah
terpaparnya penolong dari bahan tersebut.
C. Sirkulasi / Pemberian
cairan infus.

• Setiap penderita dengan luka bakar


berat, diatas 20% sudah perlu diberikan
cairan infus.
• Setelah jalan nafas dijamin baik dan
cedera lainnya yang mengancam
nyawa telah diidentifikasi dan ditangani
selanjutnya penderita disiapkan untuk
pemasangan infus.
Lanjutan Sirkulasi /
Pemberian cairan infus.
• Carilah vena-vena besar untuk
memasang jarum infus yang cukup
besar, upayakan agar pemasangan
infus jangan di daerah yang terkena
luka bakar, kecuali terpaksa karena
tidak ada derah lain yang dapat dipakai.
Lanjutan Sirkulasi /
Pemberian cairan infus.
• vena daerah ekstremitas atas terlebih dahulu
• Pada luka bakar yang cukup luas diatas 40
%, diperlukan:
* dua line infus,
* pemasangan vena central (CVP) yang
selain berfungsi untuk pemberian cairan, juga
sebagai alat monitoring hemodinamik yang
lebih akurat.
Pemasangan Catheter
• Salah satu cara untuk menilai kondisi
sirkulasi adalah dengan mengukur produksi
urin/ jam.
• Produksi urin menggambarkan sirkulasi/
kondisi hemodinamik untuk terjadinya aliran
darah dalam proses filtrasi di ginjal
• luka bakar berat /diatas 20 % harus dipasang
catheter.
• Setelah urin inisial dibuang, barulah
dilakukan penghitungan produksi urin setiap
jam.
Pemasangan Catheter

• Sebagai patokan mengetahui sirkulasi


yang adekuat adalah bila penderita
diberi infuse cairan dalam jumlah yang
menghasilkan produksi urin 1 cc/kg
BB/jam (untuk anak dengan BB ≤ 30 kg
) atau 30 – 50 cc/jam pada orang
dewasa dengan berat badan Normal.
Perhitungan kebutuhan
Cairan
• Kebutuhan Cairan penderita luka bakar meningkat
tergantung dalam dan luasnya luka tersebut.

• Rumus Baxter: memperkirakan pada 24 jam


pertama penderita luka bakar berat derajat II dan III
memerlukan 2 – 4 cc cairan Ringer Laktat/Kg BB/ %
luas luka bakar mempertahankan volume sirkulasi
dan fungsi ginjal yang adekuat.
Perhitungan kebutuhan
Cairan
• Rumus : Kebutuhan cairan dlm 24 jam I
= 4cc x Berat Badan x Persentasi
luas luka bakar

• ½ dari volume terhitung diberikan


dalam 8 jam pertama setelah trauma
dan ½ bagian lagi diberikan dalam 16
jam berikutnya.
Perhitungan kebutuhan
Cairan
• rumus perhitungan cairan tersebut hanya
merupakan perkiraan saja,
• peberian volume tersebut harus disesuaikan
dengan respon individual penderita, sehingga
hrs konfirmasikan dg:
• penilaian produksi urinenya, tanda vital
lainnya, dan keadaan umum.
• Perhitungan kecepatan infus cairan dihitung
sesuai saat terjadinya trauma bukan pada
saat penghitungan jumlah cairan.
D. Disability

• Eyes
• Motorik
• Verbal
E. Exposure

1.Tentukan luas dan dalamnya luka


bakar
2. Periksa apakah ada cedera ikutan
dalam luka bakar
3. Tentukan berat badan penderita
• Buat gambar skema bagian tubuh yang terkena luka bakar
sehingga cukup informatif untuk diketahui oleh petugas
berikutnya. Dan mempermudah dalam, perawatan luka sesyai
dengan derazat/ dalamnya luka bakar.

• rumus ‘Rule of nine’ pada orang dewasa:


Seluruh kepala dan leher muka belakang 9 %
Badan bagian depan 18 %
Badan bagian belakang 18 %
Lengan kanan 9%
Lengan kiri 9%
Tungkai kanan 18 %
Tungkai kiri 18 %
Genitalia 1%
total : 100 %
RULE OF NINES
DARI WALLACE
F.Pemeriksaan lain yang
diperlukan:
• 1. Darah:
Diambil darah untuk pemeriksaan :
• Darah lengkap
• Gol darah/cross-match
• Kadar Hb
• Gula darah
• Elektrolit
• Analisa gas darah/astrup
• Kadar HbCO
Pemeriksaan lain yang
diperlukan
2. Pemeriksaan radiology:
• Hendaknya dilakukan pemeriksaan foto
thorak, dan dapat diulangi bila diperlukan
(trauma inhalasi)
• Foto thorak hendaknya juga dilakukan
setelah pemasangan pipa endotrakeal atau
CVP
• Foto radiology lain sesuai indikasi bila ada
trauma penyerta.
Pemeriksaan lain yang
diperlukan
3. Pemeriksaan urin:
• BJ urin
• Urin rutin
• Hb uria pada luka bakar listrik
G. Obat-obatan narkotika,
analgetika, sedatif
• Penderita luka bakar berat sering gelisah
(disebabkan oleh hipoksemianya dari pada oleh rasa
nyerinya)
penderita akan membaik setelah pemberian
oksigenasi dan cairan yang adekuat.

• obat-obatan penghilang rasa nyeri diberikan atas


indikasi dengan mempertimbangkan derazat luka
yang menimbulkan rasa nyeri.
• dosis kecil, berulang ulang, melalui akses IV.
H. Pemasangan pipa lambung
untuk menjamin nutrisi yang
adekuat.
• Penderita luka bakar sering kali tidak bisa
mendapatkan asupan makanan yang adekuat
• Pemberian nutrisi enteral dini sangat
diperlukan untuk mendapatkan kalori yang
dibutuhkan yaitu melalui pipa naso gastric.
(NGT).
• Disamping itu NGT bermanfaat dalam
mengatasi muntah, dan kembung pada luka
bakar yang berat.
NGT, menjamin
Asupan nutrisi
enteral yg adekuat
I. Pemberian ATS /
Toxoid
• Pada kasus luka bakar yang kotor,
pemberian ATS/ TT perlu
dipertimbangkan
J. Luka bakar derajat tiga yang
melingkar (circumferential) pada dada
dan ekstremitas
• Luka bakar derazat III yang melingkar, akan
menyebabkan efek penekanan aliran darah perifer,
seperti efek karena dipasang Torniquet (Torniquet
like effect) menjerat bagian tersebut
• terganggunya sistem peredaran darah bagian
distal ekstremitas
•  gangguan ekspansi rongga dada saat bernafas.

• Hal tersebut terjadi karena pada luka bakar derazat


III terbentuk jaringan nekrotik kulit yang kaku, yang
disebut eskar.
Eskar melingkar
• jeratan pada dinding dada kesulitan
bernafas
• jeratan pada ekstremitas gangguan vitalitas
bagian distal : diawali dengan kesemutan,
baal baal, bengkak, kebiruan, sampai
kematian jaringan

• Tindakan melepas jeratan tersebut dilakukan


dengan membuat sayatan memotong eskar
eskarotomi
• Sayatan eskarotomi biasanya tidak
memelukan anestesi lokal oleh karena
system sensibilitas luka bakar derazat
III sudah terganggu.
Upaya menjamin sirkulasi perifer:

• Lepaskan seluruh pakaian


• Nilai keadaan sirkulasi distal.
•  apakah terjadi sianosis,gangguan pengisian
kapiler, gangguan neurologia yang progresif,
(misalnya parestesia, nyeri bagian dalam)
• Penilaian denyut pembuluh darah tepi dapat
dilakukan lebih akurat dengan USG
DoplerGangguan sirkulasi pada luka bakar
ekstermitas harus dikonsultasikan kepada dokter
ahli bedah untuk dilakukan eskarotomy
• Fasciotomy
Luka bakar derazat III (eschar melingkar dinding dada)
setelah dilakukan escharotomy
Fasciotomy

• Fasciotomy kadang diperlukan pada


luka bakar yang disertai fraktur, trauma
tekan, (crush injury), luka bakar listrik
tegangan tinggi atau trauma bakar yang
melukai jaringan bawah fasia.
• Fasciotomy dilakukan apabila terdapat
tanda-tanda kompartemen sindroma
LUKA BAKAR LISTRIK PASCA FASCIOTOMI
K. Pencucian dan Perawatan
Luka
• Tindakan pencucian, debridement /
nekrotomi, dan teknik pembalutan
memerlukan pemahaman yang baik oleh
karena banyak metoda dan preparat yang
ditawarkan khususnya dalam merawat luka
bakar
• prinsip utama penyembuhan luka harus
dijadikan dasar dalam memilih teknik dan
preparat tersebut, sehingga perawatan luka
yang dipilih cukup efektif dan efisien.
L. Pemberian Antibiotika
• antibiotika profilaksis tidak dianjurkan
pada saat-saat pertama luka bakar baru
terjadi.
• harus dipertimbangkan atas indikasi
yang tepat.
M. Buat catatan urutan penanganan
/Flow chart

• mulai dari pertama kali penderita datang


termasuk penanganannya
• terutama informasi mengenai jumlah volume
cairan yang telah diberikan, jumlah output
urin, balance cairan yang meliputi balance
cairan harian dan balance cairan kumulatif,
serta data-data laboratorium yang penting.
.
Flow Chart

• Flow chart harus disertakan bila


penderita dirujuk ke Unit Luka Bakar
agar dicapai penatalaksanaan yang
berkesinambungan.
N. Transfer penderita luka Bakar
ke RS yang memiliki ULB atau
Burn Center
• a. Kriteria Rawat pasien luka bakar:
• Indikasi Rawat:
• Luka Bakar derazat II > 15 % dewasa, > 10 %
anak
• Luka Bakar derazat II pada muka, tangan, kaki,
perineum, sendi
• Luka Bakar derazat III . 2% dewasa, setiap
derazat III anak-anak
• Luka Bakar disertai cedera jalan nafas, luka bakar
listrik, atau komplikasi lain
LUKA BAKAR DERAZAT II – III PADA TANGAN EC MINYAK
PANAS
LUKA BAKAR WAJAH, TERBAKAR API KOMPOR MINYAK TANAH
SAAT MENGISI MINYAK KETIKA KOMPOR SEDANG MENYALA

TUTUP LUKA DENGAN FULLTHICKNESS


SKINGRAFTING (FTSG)
Ruang perawat Luka
Bakar:
• Intensive Care Unit
• Unit Luka Bakar (Perawatan Semi
Intensif)
• Ruang Rawat Luka Bakar (Burn Ward)
• Ruang Rawat Bedah (Surgical Ward)
Lama Perawatan

• ICU: Selama memerlukan perawatan intensif


dikaitkan dengan penggunaan ventilator dan
monitoring ketat sirkulasi.
• Unit Luka Bakar: Selama fase akut( fase Shock)
dan fase subakut (sd 21 – 32 hari)
Ruang Rawat Luka
Bakar

• Indikasi perawatan di ULB sudah tidak ada,


perawatan luka baik secara konservatif
maupun operatif > 21 hari.
• Ruang Rawat Bedah
• Fase lanjut, untuk penatalaksanaan penyulit
seperti kontraktur, keloid, parut hypertropi,
dll.
b. Prosedur Merujuk Penderita

• Kriteria penderita dan jenis cedera


• Kategori luka bakar sedang sampai berat
di Burn Center atau Burn Unit
• Kategori luka bakar ringan di Burn
Ward atau surgical ward.
• Keterbatasan sarana dan prasarana
• Keterbatasan kompetensi.
Mekanisme merujuk
penderita:
1. Telah dilakukan resusitasi saluran nafas,
mekanisme bernafas, dan sirkulasi.
2. Kondisi system sirkulasi dan hemodinamik
stabil
3. Sebelum melakukan rujukan, petugas
medik yang melakukan resusitasi
menghubungi ULB/Burn Center.
4. Memberikan keterangan klinik(resume)
dalam sustu flow Chart
flow Chart memuat informasi:
• . Saat kejadian cedera dan saat pertama
kali ditolong
• Kondisi penderita dimulai saat triase
• Resusitasi yang diberikan, termasuk
intubasi, krikotiroidotomi, resusitasi
cairan( dengan mencantumkan jenis dan
jumlahnya) dan pertolongan lain yang
diberikan.
• Respon terhadap tindakan resusitasi
4. Menggunakan sarana transportasi yang
memenuhi syarat (ambulance yang memiliki
perlengkapan gawat darurat)
5. Diantar oleh tenaga medik / paramedik
(dokter) / perawat mahir.
III. PENATALAKSANAAN PADA FASE
SUBAKUT
(72 JAM SD HARI KE 21 - 32)

• pada fase Subakut masalah metabolisme,


keseimbangan asam basa, gangguan
elektrolit, hypoalbunimia, SIRS, sebagai
akibat reaksi inflamasi yang cukup hebat,
serta masalah infeksi / Sepsis dan penutupan
luka.
FASE SUBAKUT

LUKA BAKAR DERAZAT II DANGKAL,


LUKA DAPAT SEMBUH SPONTAN /
EPITELISASI, DAN TDK MEMERLUKAN
OPERASI PENUTUPAN KULIT
FASE SUBAKUT
FASE SUBAKUT

ESKAR TEBAL

JARINGAN GRANULASI
PERLU PENUTUP KULIT

PASCA SKINGRAFTING
IBU RUMAH TGG KETIKA SEDANG MENYUSUI ANAK, DISIRAM AIR KERAS

LUKA BAKAR DERAZAT III PASCA SKINGRAFTING


FASE SUBAKUT, WANITA 26 TH, DISIRAM, BENSIN DAN DIBAKAR
OLEH SUAMINYA

JAR GRANULASI ESKAR

OPERASI TUTUP KULIT DG SEBAGIAN LUKA TELAH TERTUTUP


STSG
(72 JAM SD HARI KE 21 - 32)

• Monitoring ketat tanda vital tetap diperlukan,


konfirmasikan dengan data laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya.

• Apabila SIRS tidak dapat diatasi, pasien luka


bakar berat akan jatuh ke dalam keadaan
disfuingsi beberapa organ (Multiple Organ
Disfunction/MODS), kegagalan beberapa
organ (Multiple Organ Failure / MOF), dan
akhirnya kematian.
Penanganan Terpadu (Team
Work)
• sangat penting dilakukan untuk mengatasi
berbagai masalah yang ditimbulkannya

• Team terpadu sebaiknya terdiri dari berbagai


disiplin ilmu seperti: Bedah Plastik, Bedah
Umum, Anesetesi, Gizi Klinik, Rehabilitasi
Medik, Psykiatri, dan team perawatan yang
handal dan terlatih

• Pembicaraan bersama sangat diperlukan untuk
mengkoordinasikan hasil dan rencana
penatalaksanaan terhadap penderita dari berbagai
aspek.
• Laporan kasus kematian
• Litbang
MODIFIKASI HUBART TANK UNTUK MEMANDIKAN PASIEN
ANTI DECUBITUS BED
KEGIATAN MEMANDIKAN PASIEN
TERIMA KASIH

• ADA PERTANYAAN?

Anda mungkin juga menyukai