Wefwefwefwfwef
Wefwefwefwfwef
Asma Bronkial
Oleh:
dr. Brian Pasa Nababan
Narasumber:
dr. Diah Adhyaksanti, Sp.P
Ilustrasi Kasus
Identitas
Nama : Nn. NM
Tanggal lahir : 15-06-1996
Usia : 23 tahun
NRM : 048983
Alamat : Jl. D.I. Panjaitan, No. 3, RT. 41, Sumberejo, Balikpapan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku : Jawa
Unit : Ebony
Pembayaran : BPJS
Anamnesis
Keluhan Utama:
Laboratorium
MCH 22.3 26-32
MCHC 30.5 32-36
(17/07/2019) RDW
Trombosit
14.4
345.000
11,5-14,5
150.000-450.000
Eosinofil 4.33 1-3
Basofil 0.51 0-2
Limfosit 18.5 18-42
Monosit 5.12 2-11
Segmen 58,5 50-70
Diagnosis Kerja
Asma Bronkial Eksaserbasi Akut – Sedang
Diagnosis Banding
• Serangan Asma Bronkial Akut
• Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Tata Laksana
• Saturasi 93%, di berikan O2 3 LpM Konsul ke dr. Diah A, Sp.P
NK • Bolus Aminofilin 120 mg (IV) , lanjut
• Rh +/+, Wh +/+ , dilakukan drip 1 ampul dalam Futrolit 500cc /
Nebulisasi dengan Ventolin 1 + 12 jam
Pulmicort 1 • Ekstra Metilprednisolon 125 mg
• Sesak dirasakan kembali, di lakukan (IV), lanjut 2 x 62.5 mg (IV)
Nebulisasi dengan Combivent 1 + • Nebulisasi Ventolin 1 + 2 Pulmicort
Pulmicort 2 / 8 jam
• Pemeriksaan thoraks ulang • Cetirizine 1 x 1 tab (PO)
didapatkan Rh +/+, Wh +/-,
dilakukan Nebulisasi dengan • Ambroxol 3 x 1 tab (PO)
Combivent 1 + Pulmicort 1 • Omeprazole 1 x 40 mg (IV)
TUJUAN TERAPI
Tujuan : memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal
dengan hanya sedikit gangguan atau tanpa gejala.
• Batuk (+), Sesak (-) • sedang, CM • Asma Bronkial Eksaserbasi • Metilprednisolon di stop
• TD 120/70, N 80x/i, RR Akut – Sedang • Inj. Anbacim 3 x 1 gr (IV)
22x/I, T : 36℃ • Rencana KRS
• Mata : konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -
/, Fungsi n. III, IV, VI baik,
tidak ada diplopia
• Paru : vesikuler, rh -/-,
wh -/-
• Jantung: BJ I-II reguler,
murmur -/-, gallop -/-
• Abdomen: datar, supel,
nyeri -, BU 4x/menit
• Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2s, edema -/-
Prognosis
• Ad vitam : bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sananctionam : dubia
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Global Initiative for Asthma:
• Gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas dengan banyak sel yang
berperan, khususnya eosinofil dan limfosit T
• Episode mengi berulang, sesak nafas, rasa tertekan, batuk terutama
malam dan dini hari
• Berhubungan dengan penyempitan jalan nafas, bersifat reversibel
EPIDEMIOLOGI
• ISAAC: tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan
prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia,
artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.
• Timbul pada semua kelompok umur, 80-90% timbul pada usia 4-5
tahun
ETIOLOGI
Alergen
Riwayat Atopi (debu, asap, zat kimia,
udara, makanan, bulu
hewan)
KLASIFIKASI
Derajat Kekambuhan/serangan Terapi
Membaik
Sesak
pada siang
hari
ASMA nafas
mengi
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik: nafas cepat, ekspirasi memanjang, kadang di sertai
retraksi, batuk, rhonki dan wheezing
• Pemeriksaan penunjang: uji faal paru (FEV1 dan FVC turun 15%),
eosinofilia, Ro.thorax (peningkatan corakan vaskular, bercak infiltrat),
uji alergi kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Spirometri
untuk melihat respons pengobatan dengan
bronkodilator. Dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator hirup gol.adrenergik beta.
asma → VEP1 atau KVP sebanyak 20%
• Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke – 2. Surabaya : Airlangga University Press. 2002. h 263 – 300.
• Morris MJ. Asthma. [ updated 2011 June 13; cited 2011 June 29]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showall
• Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe Asthma. Eur Respir Rev 2007; 16: 104, 67–72
• Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!. Jakarta. 2009 May 4th. Available from:
• http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5
• Anggia D. Profil Penderita Asma Bronkial yang Dirawat Inap di Bagian Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari – Desember 2005. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
2006.
• Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember
2008.
• Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma. Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 – 6.
• Widjaja A. Patogenesis Asma. Makalah Ilmiah Respirologi 2003. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2003. h 27.
• Noorcahyati S. Pemantauan Kadar Imunoglobulin M (Igm) dan Imunoglobulin G (Igg) Chlamydia pneumoniae pada Penderita Asma di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Medan :
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2002.
• Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2001. h 477 – 82.
• Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia. Nopember 2008; 58(11), 444-51.
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. h 73-5
• Mcfadden ER. Penyakit Asma. Dalam Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Isselbacher KJ et al, editor. Jakrta : EGC. 2000. 1311-18.
TERIMA KASIH