Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

Asma Bronkial
Oleh:
dr. Brian Pasa Nababan

Narasumber:
dr. Diah Adhyaksanti, Sp.P
Ilustrasi Kasus
Identitas
Nama : Nn. NM
Tanggal lahir : 15-06-1996
Usia : 23 tahun
NRM : 048983
Alamat : Jl. D.I. Panjaitan, No. 3, RT. 41, Sumberejo, Balikpapan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku : Jawa
Unit : Ebony
Pembayaran : BPJS
Anamnesis
Keluhan Utama:

• Sesak Nafas sejak 1 hari SMRS


Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS
• Sesak dirasakan muncul sesaat setelah pasien mengalami batuk –
batuk
• Selain sesak, pasien juga mengeluhkan batuk pilek dan nyeri di dada
saat menarik nafas
• Batuk pasien berdahak dengan warna bening kental
• Napas pasien berbunyi “ngik”
• Sejak 3 jam SMRS sesak napas yang dirasakan makin berat.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien mempunyai riwayat penyakit asma, terakhir mengalami sesak
nafas terjadi pada bulan Februari 2019
• Sesak napas dirasakan > 1 kali dalam seminggu, < 1 kali dalam sehari,
dan saat malam hari > 2 kali dalam sebulan
• Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, HT dan DM
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA RIWAYAT EKONOMI SOSIAL
• Ibu pasien mederita asma • Pasien tidak memiliki riwayat
kebiasaan merokok
Pemeriksaan Fisik (17 Juli 2019)
• Tanda vital • Status Generalis
Keadaan Umum : sakit sedang Kepala : konjungtiva anemis -/-,
Kesadaran : compos mentis sklera ikterik -/-, fungsi n.
III, IV, VI baik, tidak ada
Tekanan Darah : 110/80 mmHg diplopia
Frekuensi Nadi : 88x/ menit Paru : vesikuler, rh +/+, wh +/+
Frekuensi Napas : 28x/menit Jantung : BJ I-II reguler, murmur -
Saturasi Oksigen : 93 % tanpa O2 /-, gallop -/-
Suhu : 36,5oC Abdomen : datar, supel, nyeri -, BU
4x/menit
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2s,
edema -/-
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 11.5 14,0-18,0
Hematokrit 37.8 40-54
Leukosit 10.100 6.000-11.500
Eritrosit 5.16 4,60-6,00
MCV 73.2 80-94

Laboratorium
MCH 22.3 26-32
MCHC 30.5 32-36

(17/07/2019) RDW
Trombosit
14.4
345.000
11,5-14,5
150.000-450.000
Eosinofil 4.33 1-3
Basofil 0.51 0-2
Limfosit 18.5 18-42
Monosit 5.12 2-11
Segmen 58,5 50-70
Diagnosis Kerja
Asma Bronkial Eksaserbasi Akut – Sedang

Diagnosis Banding
• Serangan Asma Bronkial Akut
• Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Tata Laksana
• Saturasi 93%, di berikan O2 3 LpM Konsul ke dr. Diah A, Sp.P
NK • Bolus Aminofilin 120 mg (IV) , lanjut
• Rh +/+, Wh +/+ , dilakukan drip 1 ampul dalam Futrolit 500cc /
Nebulisasi dengan Ventolin 1 + 12 jam
Pulmicort 1 • Ekstra Metilprednisolon 125 mg
• Sesak dirasakan kembali, di lakukan (IV), lanjut 2 x 62.5 mg (IV)
Nebulisasi dengan Combivent 1 + • Nebulisasi Ventolin 1 + 2 Pulmicort
Pulmicort 2 / 8 jam
• Pemeriksaan thoraks ulang • Cetirizine 1 x 1 tab (PO)
didapatkan Rh +/+, Wh +/-,
dilakukan Nebulisasi dengan • Ambroxol 3 x 1 tab (PO)
Combivent 1 + Pulmicort 1 • Omeprazole 1 x 40 mg (IV)
TUJUAN TERAPI
Tujuan : memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal
dengan hanya sedikit gangguan atau tanpa gejala.

Beberapa tujuan yang lebih rinci antara lain adalah :


• Mencegah timbulnya gejala yang kronis dan menganggu, seperti
batuk, sesak nafas
• Mengurangi penggunaan beta agonis aksi pendek
• Menjaga fungsi paru “mendekati” normal
• Menjaga aktivitas pada tingkat normal (bekerja, sekolah,
olahraga, dll)
Follow Up
• 18/07/2019
S O A P

• Pasien mengeluh sesak • sedang, CM • Asma Bronkial Eksaserbasi • O2 2 – 3 LpM K/P


nafas jika batuk • TD 110/70, N 84x/i, RR: 22, Akut – Sedang • IVFD Futrolit 500 cc / 8 jam
T : 36 ℃ + Aminofilin 1 amp.
• Mata : konjungtiva anemis - • Ambroxol 3 x 30 mg
/-, sklera ikterik -/-, Fungsi • Nebulisasi Ventolin 1 + 2
n. III, IV, VI baik, tidak ada Pulmicort / 8 jam
diplopia • Metilprednisolon 2 x 62.5
• Paru : vesikuler, rh +/+, wh mg (IV)
+/+ • Omeprazole 1 x 40 mg (IV)
• Jantung: BJ I-II reguler, • Cetirizine 1 x 1 tab (PO)
murmur -/-, gallop -/-
• Abdomen: datar, supel,
nyeri -, BU 4x/menit
• Ekstremitas : akral
hangat, CRT <2s, edema -/-
Follow Up
• 19/07/2019
S O A P

• Batuk (+), Sesak (-) • sedang, CM • Asma Bronkial Eksaserbasi • Metilprednisolon di stop
• TD 120/70, N 80x/i, RR Akut – Sedang • Inj. Anbacim 3 x 1 gr (IV)
22x/I, T : 36℃ • Rencana KRS
• Mata : konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -
/, Fungsi n. III, IV, VI baik,
tidak ada diplopia
• Paru : vesikuler, rh -/-,
wh -/-
• Jantung: BJ I-II reguler,
murmur -/-, gallop -/-
• Abdomen: datar, supel,
nyeri -, BU 4x/menit
• Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2s, edema -/-
Prognosis
• Ad vitam : bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sananctionam : dubia
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Global Initiative for Asthma:
• Gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas dengan banyak sel yang
berperan, khususnya eosinofil dan limfosit T
• Episode mengi berulang, sesak nafas, rasa tertekan, batuk terutama
malam dan dini hari
• Berhubungan dengan penyempitan jalan nafas, bersifat reversibel
EPIDEMIOLOGI
• ISAAC: tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan
prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia,
artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.
• Timbul pada semua kelompok umur, 80-90% timbul pada usia 4-5
tahun
ETIOLOGI
Alergen
Riwayat Atopi (debu, asap, zat kimia,
udara, makanan, bulu
hewan)
KLASIFIKASI
Derajat Kekambuhan/serangan Terapi

Kurang dari 1 kali dalam Obat reliever:


seminggu Beta agonis inhaler
Intermittent Asimptomatis, tanpa gejala
Gejala malam <2x sebulan

Satu kali atau lebih dalam 1 Obat Kontroller:


minggu, 1x/hari - Medikasi 1x/hari
Mild Menganggu aktivitas dan - bronkodilator long acting
persistent tidur Obat reliever:
Gejala malam >2x sebulan Beta agonis inhaler
KLASIFIKASI
Derajat Kekambuhan/serangan Terapi

Setiap hari Obat Kontroller:


Moderate Menggunakan B2 agonis - Kortikosteroid inhaler harian
persistent setiap hari. - bronkodilator long acting
Serangan mempengaruhi harian
aktivitas Obat reliever:
Gejala malam >1x/minggu Beta agonis inhaler
Obat Kontroller:
Severe Terus menerus. - Kortikosteroid inhaler harian
persistent Aktivitas fisik terbatas - bronkodilator long acting
Gejala malam sering harian
- Kortikosteroid oral
Obat reliever:
Beta agonis inhaler
PATOFISIOLOGI
Berbagai mediator yang terlibat pada asma
Mediator Sumber Aksi
Major basic protein Eosinofil Kerusakan epitel

Histamin Sel mast Kontraksi bronkus,edem


mukosal,sekresi mukus
Leukotriene Sel Kontraksi bronkus,edem
mast,basofil,eosinofil,neu mukosal,inflamasi
trofil,makrofag,monosit
Prostaglandin Sel mast,sel endothelial Kontraksi bronkus,edem
mukosal,sekresi mukus

Tromboksan Makrofag,monosit,platele Kontraksi bronkus,sekresi


t mukus
PAF (Platelet Activating Sel Kontraksi bronkus, odema
Factor) mast,basofil,eosinofil,neu mukosal dan inflamasi,
trofil,makrofag,monosit,pl sekresi mukus, bronchial
atelet,sel endothelial responsiveness
PATOFISIOLOGI
• Inflamasi
• Bronkokonstriksi
• Hipersekresi mukus
• hiperresponsivitas
GEJALA KLINIS
Batuk
produktif

Membaik
Sesak
pada siang
hari
ASMA nafas

mengi
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik: nafas cepat, ekspirasi memanjang, kadang di sertai
retraksi, batuk, rhonki dan wheezing
• Pemeriksaan penunjang: uji faal paru (FEV1 dan FVC turun 15%),
eosinofilia, Ro.thorax (peningkatan corakan vaskular, bercak infiltrat),
uji alergi kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Spirometri
untuk melihat respons pengobatan dengan
bronkodilator. Dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator hirup gol.adrenergik beta.
asma → VEP1 atau KVP sebanyak 20%

• Uji Provokasi Bronkus


untuk menunjukkan adanya hipereaktivitas bronkus.
• Pemeriksaan sputum
khas untuk asma → sputum eosinofil
• Pem. Eosinofil total
• Uji kulit
untuk menunjukkan adanya IgE spesifik dlm tubuh.
• Pem. Kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
IgE total → hanya utk menyokong adanya atopi
IgE spesifik lebih bermakna jika uji kulit tidak dilakukan.
• Foto Thoraks
• Analisis Gas Darah
hanya dilakukan pada asma yang berat.
Diagnosa Banding
Diagnosa banding Gejala
PPOK Progresif, irreversible
Batuk, sputum (+), sesak, faktor resiko (+)
Spirometri FEV <70%
Bronkitis kronis Batuk berdahak selama 3 bulan, terus
menerus, riw. Merokok (+), batuk di pagi hari
Emfisema Sesak nafas terus-terusan, batuk (-), barrel
chest (+), gerakan nafas terbatas
Gagal jantung Sesak nafas pada malam hari saat tidur,
kongestif berkurang saat duduk, kardiomegali (+)
Emboli Paru Pada pasien gagal jantung, sesak nafas (+),
batuk di sertai darah, nyeri pleura.
Pemeriksaan takikardi, gallop, sianosis
PENATALAKSANAAN
• Tujuan terapi:
• Menghilangkan dan mengendalikan asma
• Mencegah eksaserbasi akut
• Meningkatkan fungsi paru
• Mengupayakan aktivitas normal
• Mencegah terbatasnya aliran udara
• Mencegah kematian karena asma
• Simpatomimetik :
 Agonis beta-2 (salbutamol) → asma akut
 Epinefrin subkutan → asma berat
• Aminofilin → asma akut
• Kortikosteroid → asma akut
• Antikolinergik (ipatropium bromida)

• Mengurangi respons dengan meredam inflamasi


sal. Nafas
→ natrium kromolin
PENGOBATAN ASMA MENURUT GINA
Ada 6 komponen dalam pengobatan asma :
1. Penyuluhan kepada pasien
2. Penilaian derajat beratnya asma
3. Pencegahan dan pengendalian faktor pencetus
serangan
4. Perencanaan obat-obat jangka panjang
yang harus dipertimbangkan :
• Obat antiasma
• Pengobatan farmakologis berdasarkan sistem anak tangga
• Pengobatan asma berdasarkan sistem wilayah bagi pasien
5. Merencanakan pengobatan asma akut (serangan
asma)
Serangan asma → sesak nafas,batuk,mengi,atau kombinasi.
Prinsip : memelihara saturasi O2 yg cukup, melebarkan
saluran nafas dengan bronkodilator aerosol, mengurangi
inflamasi mencegah kekambuhan dgn kortikosteroid
sistemik.
6. Berobat secara teratur
OBAT ANTI-ASMA
Fungsinya :
 Pencegah (controller)
- dipakai setiap hari supaya asma terkendali.
- obat anti-inflamasi,bronkodilator long acting
- kortikosteroid hirup, kortikosteroid sistemik, natrium
kromolin, natrium nedokromil, teofilin lepas lambat
(TLL), agonis beta 2 long acting hirup dan oral, dan
obat antialergi.
Penghilang gejala (reliever)
- obat yg dapat merelaksasi bronkokonstriksi dan gejala-
gejala akut yang menyertai.
- Agonis beta 2 short acting, kortikosteroid sistemik,
antikolinergik hirup, teofilin short acting, agonis beta 2
oral short acting.
BERDASARKAN KLASIFIKASI
TAHAP OBAT PENCEGAH HARIAN PILIHAN LAIN

ASMA INTERMITTEN Tidak perlu -

ASMA PERSISTEN RINGAN Kortikosteroid hirup TLL,kromolin,antileukotrin

ASMA PERSISTEN SEDANG Kortikosteroid hirup + LABA Kortikosteroid hirup + LABA,


Kortikosteroid hirup+oral
LABA,
Kortikosteroid hirup dosis
lbh tinggi,
Kortikosteroid hirup dosis
lbh tinggi+antileukotrin

ASMA PERSISTEN BERAT Kortikosteroid


inhalasi+LABA,TLL,antileuko
trin,LABA oral,kortikosteroid
oral,anti IgE
Diskusi
Riwayat Penyakit
Faktor Risiko Pemeriksaan Fisik
Sekarang
adanya keluhan sesak napas
yang timbul bila pasien Atopi Usia adanya ekspirasi memanjang dan
mengalami batuk - batuk mengi pada kedua lapangan paru

sesak napas timbul terdapat


suara “ngik” Saturasi O2 awal 93%, diberi O2
3 LpM NK menjadi 98% tanpa O2

Sesak terutama timbul pada


malam hari

Gejala sesak napas dirasakan


> 1 kali dalam seminggu, < 1
kali dalam sehari, dan saat
malam hari > 2 kali dalam
sebulan
Diagnosis Pemeriksaan
Banding Penunjang

Sesak karna ada riwayat


perokok berat Hasil laboratorium (17/07/19):
PPOK adanya peningkatan jumlah Diagnosis
eosinofil (4.33x103/mm3), Asma Bronkial
menandakan terjadi reaksi eksaserbasi akut
imunologi yaitu pengaktifan sel-
– sedang
sel radang seperti eosinofil,
neutrofil, serta limfosit. persisten ringan
Asma Bronkial
Bronkitis
Kesimpulan
Kesimpulan
• Pasien Nn. NM, 23 tahun dengan keluhan utama sesak nafas sejak 1
hari yang lalu. Pasien perlu dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut berupa spirometry, uji faal paru dan foto thoraks guna
menyingkirkan diagnosis banding penyakit lain. Serta untuk tatalaksana
nya dibutuhkan reliever dan controller yang tepat serta pasien di
edukasi cara penggunaan obat yang tepat dan benar dengan harapan
menurunkan kekambuhan asma pasien.
Daftar Pustaka
• Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke - 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h 978 –
87.

• Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke – 2. Surabaya : Airlangga University Press. 2002. h 263 – 300.

• Morris MJ. Asthma. [ updated 2011 June 13; cited 2011 June 29]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showall

• Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe Asthma. Eur Respir Rev 2007; 16: 104, 67–72

• Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!. Jakarta. 2009 May 4th. Available from:

• http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5

• Anggia D. Profil Penderita Asma Bronkial yang Dirawat Inap di Bagian Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari – Desember 2005. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
2006.

• Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember
2008.

• Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma. Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 – 6.

• Widjaja A. Patogenesis Asma. Makalah Ilmiah Respirologi 2003. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2003. h 27.

• Noorcahyati S. Pemantauan Kadar Imunoglobulin M (Igm) dan Imunoglobulin G (Igg) Chlamydia pneumoniae pada Penderita Asma di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Medan :
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2002.

• Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2001. h 477 – 82.

• Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia. Nopember 2008; 58(11), 444-51.

• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. h 73-5

• Mcfadden ER. Penyakit Asma. Dalam Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Isselbacher KJ et al, editor. Jakrta : EGC. 2000. 1311-18.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai