(PERSIS)
Sejarah PERSIS
Pendirian PERSIS diawali dengan terbentuknya suatu kelompok
tadarusan. PERSIS didirikan pada 12 September 1923 di Bandung yang
dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.Kelompok
tadarusan berjumlah sekitar 20 orang itu menelaah,mengkaji,dan
menguji ajaran-ajaran Islam yang berkembang ditengah masyarakat.
Perkembangan PERSIS
Dalam perkembangannya,konsep persatuan pemikiran,rasa,suara,dan
usaha Islam dituangkan PERSIS melalui gerakan pendidikan Islam dan
dakwah.PERSIS juga berusaha menegakkan ajaran islam secara utuh
tanpa dicampuri khurafat,syirik,dan bid’ah.
PERSIS bertujuan mengembalikan kaum muslimin pada pimpinan Al-
Qur’an dan sunnah Nabi dengan jalan mendirikan madrasah-
madrasah,pesantren,dan tabligh melalui pidato ataupun tulisan.Selain
itu,menerbitkan pula majalah yang cukup menonjol pada zamnnya
yaitu Pembela Islam dan majalah Al-muslimin.
Ada dua agenda besar yang ingin dicapai PERSIS dalam hal ini adalah :
• Memurnikan akibad umat (Ishlāh al-’AqĪdah)
• Meluruskan ibadah umat (Ishlāh al-’Ibdādah)
Untuk mencapai kedua agenda ini harus kembali mengkaji Alquran dan
Sunnah sebagai rujukan utama.Jika tidak ditemukan dasarnya dalam
kedua sumber hukum tersebut,makan perbuatan itu harus
ditinggalkan.
Pengalaman ajaran Islam terus dikembangkan dari bidang
pendidikan,penerbutan sampai majalah ekonomi umat.Misalnya
majalah Pembela Islam (1929),Al-Fatwa(1931)Al-Lissan (1935),At-
Taqwa (1937),majalah Berkala Al-Hikam (1939),Risalah (1962),Aliran
Islam (1967),Pemuda PERSIS Tamanddun (1970),dan lain-lain.
Pada masa Ahmad Hassan,guru utama PERSIS,kegiatan tabligh yang
digelar PERSIS tidak hanya bersifat ceramah,tetapi juga diisi dengan
menggelar perdebatan tentang berbagai masalah
keagamaan.Misalnya,perdebatan PERSIS dengan al-Ittihadul Islam di
Sukabumi tahun 1932,kelompok Ahmadiyyah tahun 1933,Nahdatul
Ulama tahun 1936,kelompok Kristen,kalangan Nasionalis,bahkan
polemik yang berkepanjangan antara Ahmad Hassan dengan
Ir.Soekarno tentang paham kebangsaan.
Dewan hisbah PERSIS merupakan kelanjutan Majelis Ulama yang lahir
seiring didirikannya PERSIS.
Ada beberapa metode ijtihad yang selama ini dikembangkan PERSIS di
antranya ialah :
• Metode analisis lafal
• Metode analisis Ta’lil
• Metode analisis istishlahi
• Merujuk ke kaedah-kaedah fiqih
Semangat pemurnian dari metode ijtihad yang dilakukan PERSIS ini
hampir sama yang dilakukan oleh Muhammadiyah,terutama dalam
memerangi takhayul,bid’ah,khurafat.Lebih khusus lagi dalam bidang
pemurnian dalam ‘ibadah mahdhah (khusus).Perbedaan antara
keduanya terletak pada penyikapan terhadap tradisi.Dalam hal ini
Muhammadiyah lebih luwes menyikapinya,sedangkan PERSIS
cenderung tanpa kompromi.
Persamaan dan perbedaan PERSIS dan
Muhammadiyah
Semangat pemurnian dari metode ijtihad yang dilakukan PERSIS ini
hampir sama yang dilakukan oleh Muhammadiyah,terutama dalam
memerangi takhayul,bid’ah,khurafat.Lebih khusus lagi dalam bidang
pemurnian dalam ‘ibadah mahdhah (khusus).Perbedaan antara
keduanya terletak pada penyikapan terhadap tradisi.Dalam hal ini
Muhammadiyah lebih luwes menyikapinya,sedangkan PERSIS
cenderung tanpa kompromi.
Hal lain yang membedakan Muhammadiyah dan PERSIS adalah
penggunaaan ilmu pengetahuan dan teknologi.Muhammadiyah
menggunakannya untuk istinbat hukum sampai pada bidang ‘ibadah
mahdhah,sedangkan PERSIS dan lainnya menghindarinya.
Tokoh-tokoh PERSIS
• Ahmad Hassan (Guru utama PERSIS)
• Mohammad Natsir
• Mohammad Isa Anshary
• KH. E. Abdurrahman
• KH. Abdul Latief Muchtar
PEMBAHARUAN
MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah
• Di dirikan oleh KH. Ahmad Dahlan
• Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18
Nopember 1912 M di Kota Jogja.
• Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang telah
menghembuskan jiwa pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia,
memberantas takhayyul, bid’ah, dan Khurafat, mengusahakan umat
Islam kembali kepada Al-qur’an dan Sunnah, dan bergerak di berbagai
bidang kehidupan.
TAJDID
• Secara bahasa (etimologi) tajdid memiliki makna pembaharuan berarti mengembalikan
sesuatu kepada kondisinya yang seharusnya‖. Sedangkan dalam pengertian istilah
(terminology), tajdid berarti pembaharuan terhadap kehidupan keagamaan, baik dalam
bentuk pemikiran ataupun gerakan, sebagai respon atau reaksi atas tantangan baik
internal maupun eksternal yang menyangkut keyakinan dan sosial umat (Ibnu Salim dkk:
1998:1). Dalam pengertian lain, tajdid adalah upaya untuk memperbaharui interpretasi-
interpretasi atau pendapat-pendapat ulama terdahulu terhadap ajaran-ajaran dasar
Islam, atas dasar bahwa ajaran tersebut sudah tidak relevan dengan tuntutan dan
perkembangan zaman. Oleh karena itu, tajdid adalah usaha yang kontinyu dan dinamis,
sebab selalu berhadapan dan beinteraksi dengan historisitas kehidupan manusia
• Muhammadiyah mengartikan tajdid sebagai gerakan purifikasi
(pemurnian) dan modernisasi ( pembaharuan). Dengan formulasi ini,
maka Muhammadiyah menyatakan bahwa tajdid meliputi tiga
dimensi.
• 1. pemurnian aqidah dan ibadah serta pembentukan akhlakul
karimah.
• 2. pembentukan sikap hidup yang dinamis, kreatif, prograsif dan
berwawasan ke depan.
• 3. pengembangan kepemimpinan, organisasi dan etos kerja dalam
persyarikatan Muhammadiyah (BRM 1997: 47-48)
• A. Gerakan Purifikasi
• Dalam Muhammadiyah, purifikasi (Tanfizdu al-aqidah al-Islamiyah) adalah
agenda yang telah dikalagkan dari awal kelahirannya. Purifikasi merupakan
gerakanpembaruan untuk memurnikan ajaran agama islam dari syirk atau dalm
artianmengembalikan agama kepada semangat dan ajaran Islam yang murni dan
membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid'ah dan Khurafat.
• Cita-cita dan gerakan pembaharuan yang dipelopori Muhammadiyah sendiri
sebenarnya menghadapi konteks kehidupan keagamaan yang bercorak ganda,
sinkretik dan tradisional.
• Menurut keyakinan Muhammadiyah, Islam yang murni adalah keyakinan dan
amal keagamaan yang hanya berdasarkan Al-quran dan sunah nabi. Selain kedua
sumber itu, maka tidak lagi ada sumber lain yang diterima, karena penerimaan
atau pengakuan akan amal beragama dengan sumber tambahan akan
menjerumuskan umat kedalam kegiatan bid’ah, khurafat atau mungkin terperosok
kedalam perbuatan syirik.
• b. Gerakan Modernisasi (Pembaharuan)