Anda di halaman 1dari 48

KUMPULAN

SISTIMATIKA
PEDOMAN ORGANISASIAN PEDOMAN PELAYANAN
BAB. I Pendahuluan BAB. I . Pendahuluan
BAB. II Gambaran umum RS a. Latar Belakang
BAB. III Visi, Misi, Nilai2 dan Tujuan RS b. Tujuan Pedoman
BAB. IV Struktur Organisasi RS c. Ruang Lingkup
BAB. V Struktur Organisasi Unit Kerja d. Batasan Operasional
BAB. VI Uraian Jabatan e. Landasan Hukum
BAB. VII Tata Hubungan Kerja BAB. II Standar Ketenagaan
BAB. VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi a. Kualifikasi SDM
BAB. IX Kegiatan Orientasi b. Distribusi Ketenagaan
BAB. X Pertemuan /Rapat c. Pengaturan Jaga
BAB. XI Pelaporan BAB. III Standar Fasilitas
1. Laporan Harian a. Denah Ruangan
2. Laporan Bulanan b. Standar Fasilitas
3. Laporan Tri wulan BAB. IV Tata laksana pelayanan
4. Laporan Tahunan BAB. V Logistik
BAB. VI Keselamatan Pasien
BAB. VII Keselamatan Kerja
BAB. VIII Pengendalian Mutu
BAB. IX Penutup
PEDOMAN KERJA PANDUAN
BAB I Pendahuluan BAB. I PENGERTIAN
A. Latar Belakang BAB II RUANG LINGKUP
B. Tujuan Pedoman BAB III KEBIJAKAN
C. Ruang Lingkup PPI BAB IV TATALAKSANA
D. Batasan Operasional BAB V DOKUMENTASI
E. Landasan hukum
BAB II Gambaran Umum RS
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan RS
BAB IV KEBIJAKAN
BAB V Struktur Organisasi RS dan Unit Kerja
BAB VI. Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hungan Kerja
BAB VIII Standar Ketenagaan
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Pola Ketenagaan
C. Kegiatan Orientasi
D. Pertemuan/Rapat
BAB. IX Standar Fasilitas
BAB X Tata Laksana
BAB XI Keselamatan Pasien
BAB XII Keselamaatan Kerja
BAB XIII Pengendalian Mutu
BAB XIV Penutup
PROGRAM KERJA KERANGKA ACUAN / TOR/PROPOSAL
1. Pendahuluan 1. Pendahuluan
2. Latar belakang 2. Latar belakang
3. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 3. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan 4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
5. Cara melaksanakan Kegiatan 5. Cara melaksanakan Kegiatan
6. Sasaran 6. Sasaran
7. Schedule/ Jadwal Kegiatan 7. Schedule/ Jadwal Kegiatan
8. Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan 8. Anggaran biaya kegiatan
9. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi 9. Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan 10. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi
Kegiatan
HPK 1

KARS
1
0
PERSETUJUAN PELEPASAN INFORMAS
Dapat menjadi bagian dari persejuan umum (general consent)
CONTOH KALIMAT
• Saya memahami informasi yang ada didalam diri Saya, termasuk
Diagnosis, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang akan di
gunakan untuk perawatan medis, akan dijamin kerahasiaannya
oleh RS
• Saya memberi wewenang kepada RS untuk memberikan
informasi tentang tentang rahasia kedokteran saya bila diperlukan
untuk memproses klaim asuransi termasuk namun tidak terbatas
pada BPJS, asuransi kesehatan lainnya , jamkesda, perusahaan
dan atau lembaga pemerintah lainnya
• Saya tidak memberikan/memberikan (coret salah satu) wewenang
kepada RS untuk memberikan tentang data dan informasi
kesehatan saya kepada keluarga terdekat saya, yaitu:
– 1….
– 2…
– 3…..

Sutoto KARS
HPK 1.1

KARS
1
6
IDENTIFIKASI PRIVASI
Dapat menjadi bagian dari persejuan umum (general consent)
HPK 1.2 CONTOH KALIMAT
KEINGINAN PRIVASI

• Saya mengijinkan/ tidak mengijinkan (coret


salah satu) Rumah Sakit memberi akses bagi:
Keluarga dan handai taulan serta orang orang
yang akan menengok/menemui saya. (sebutkan
nama/profesi bila ada permintaan khusus): ………
• Saya menginginkan/tidak menginginkan privasi
khusus (coret salah satu). Sebutkan bila ada
permintaan privasi khusus :……

Sutoto KARS
CONTOH PERNYATAAN DALAM GENERAL
HPK 5 CONSENT…..
– BARANG BERHARGA MILIK PRIBADI

• Saya telah memahami bahwa rumahsakit tidak bertanggung jawab


atas semua kehilangan barang-barangmilik saya dan saya secara
pribadi bertanggung jawab atas barang-barang berharga yang saya
miliki termasuk namun tidak terbatas pada uang, perhiasan, buku cek,
kartu kredit, handphone atau barang lainnya. Dan apabila saya
membutuhkan maka saya dapat menitipkan barang barang
tersebut kepada rumah sakit
• Saya juga mengerti bahwa saya harus memberitahu/ menitipkan pada
RS jika saya memiliki gigi palsu, kacamata, lensa kontak, prosthetics
atau barang lainnya yang saya butuhkan untuk diamankan

Sutoto KARS 20
HPK 1.3

KARS
CONTOH
HPK 1.4

KARS
KARS
HPK DALAM PELAYANAN
• Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui:
– pembuatan keputusan tentang pelayanan
– bertanya tentang pelayanan
– Menerima/menolak prosedur diagnostik dan pengobatan.
• Rumah sakit mendukung dan meningkatkan keterlibatan pasien dan
keluarganya dalam semua aspek pelayanan dengan:
– mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur
yang terkait.
– Kebijakan dan prosedur mengenai hak pasien untuk mencari second
opinion / pendapat kedua tanpa takut untuk berkompromi dalam hal
pelayanan, baik di dalam maupun dil luar rumah sakit.
– Semua staf dilatih untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur dalam
peran mereka mendukung hak pasien dan keluarganya untuk
berpartisipasi dalam proses pelayanan.

KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN PENJELASAN APA YANG HARUS DIBERIKAN OLEH DPJP

1. Penjelasan agar pasien dan keluarganya


mengetahui kapan akan dijelaskan tentang kondisi
medis dan diagnosis pasti
2. Penjelasan agar pasien dan keluarganya
mengetahui kapan akan dijelaskan tentang
rencana pelayanan dan pengobatannya
3. Penjelasan agar pasien dan keluarganya
mengetahui bagaimana proses untuk
mendapatkan persetujuan
4. Penjelasan agar pasien dan keluarganya
mengetahui haknya untuk berpartisipasi dalam
keputusan pelayanannya

Sutoto KARS 36
PENTINGNYA SECOND OPINION
• Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan
dokter sering terjadi di belahan dunia manapun,
termasuk di Indonesia
• Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati
penderita adalah hal yang biasa terjadi, dan hal ini
mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak
menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan
merugikan bagi penderita
• Second opinion dianjurkan bila menyangkut
ancaman nyawa, kerugian biaya atau dampak
finansial yang besar
Sutoto KARS 38
KARS
KARS
KARS
KARS
CONTOH FORMULIR PULANG ATAS PERMINTAAN
PASIEN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
• Nama pasien/keluarga:
• Tanggal lahir:
Denganini menyatakan permintaan untuk menghentikan
perawatan/pengobatan (keduanya atau coret salah satu) dan pulang
atas permintaan sendiri.
Saya telah mendapat penjelasan tentang:
1. Hak saya untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan
2. Tentang konsekuensi dari keputusan saya
3. Tentang tanggung jawab saya dengan keputusan tersebut.
4. Tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
Dan saya tidak akan menuntut pihak rumah sakit atau siapapun juga
akibat dari keputusan saya pulang atas permintaan sendiri
Tanda tangan pasien Tanda tangan saksi

Sutoto KARS 54
KARS
5
8
CONTOH
SURAT PERNYATAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI
(DO NOT RESUCITATE)

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:


Nama :…………………………………………………….
Taggal lahir: ……………………………………………………
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya membuat keputusan dan menyetujui perintah
do not resuscitate (jangan di resusitasi).
Saya menyatakan bahwa Jika jantung saya berhenti berdetak atau jika saya berhenti
bernapas , tidak ada prosedur medis untuk mengembalikan bernapas atau berfungsi
kembali jantung akan dilakukan oleh staf Rumah sakit, termasuk namun tidak terbatas
pada staf layanan medis darurat
Saya memahami bahwa keputusan ini tidak akan mencegah saya menerima pelayanan
kesehatan lainnya seperti pemberian maneuver Heimlich atau pemberian oksigen dan
langkah-langkah perawatan untuk meningkatkan kenyamanan lainnya.
Saya memberikan izin agar informasi ini diberikan kepada seluruh staf rumah sakit, Saya
memahami bahwa saya dapat mencabut pernyataan ini setiap saat.
Yang menyatakan Saksi Saksi

(………………………….) (……………………………………….) (………………………………………..)

Sutoto KARS
5
9
FORMULIR DO NOT RESUCITATE (JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI)
Formulir ini adalah perintah dokter penanggung jawab pelayanan kepada seluruh staf klinis rumah sakit,
agar tidak dilakukan resusitasi pada pasien ini bila terjadi henti jantung (bila tak ada denyut nadi) dan
henti nafas (tak ada pernafasan spontan).
Formulir ini juga memberikan perintah kepada staf medis untuk tetap melakukan intervensi atau
pengobatan, atau tata laksana lainnya sebelum terjadinya henti jantung atau henti nafas.
– Nama pasien : ………………………………………………..
– Tanggal lahir : ……………………………………………….
Perintah/ Pernyataan dokter penanggung jawab pelayanan
Saya dokter yang bertanda tangan dibawah ini menginstruksikan kepada seluruh staf medis dan staf klinis
lainnya untuk melakukan hal-hal tertulis dibawah ini:
– Usaha komprehensif untuk mencegah henti jantung atau henti nafas tanpa melakukan intubasi. DO NOT
RESUCITATE TIDAK DILAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
– Usaha suportif sebelum terjadi henti nafas atau henti jantung yang meliputi pembukaan jalan nafas non
invasive, mengontrol perdarahan, memposisikan pasien dengan nyaman, pemberian oat-obatan anati nyeri.
TIDAK MELAKUKAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU) bila henti nafas atau henti jantung terjadi.
Saya dokter yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa keputusan DNR diatas diambil setelah
pasien diberikan penjelasan dan informed consent diperoleh dari salah satu:
– Pasien
– Tenaga kesehatan yang ditunjuk pasien
– Wali yang sah atas pasien (termasuk yang ditunjuk oleh pengadilan)
– Anggota keluarga pasien
Jika yang diatas tidak dimungkinkan maka dokter yang bertanda tangan dibawah ini memberikan
perintah DNR berdasarkan pada :
– Instruksi pasien sebelumnya atau
– Keputusan dua orang dokter yang menyatakan bahwa Resusitasi jantung paru (RJP) akan mendatangkan
hasil yang tidak efektif
TANDA TANGAN DOKTER: ………………………………………….
Nama Lengkap:………………………NIP/NIK:…………………………… No Telepon:…………………Tgl :…….………….

Sutoto KARS
6
4 CONTOH FORMULIR ASESMEN/ASESMEN ULANG NYERI
IDENTITAS PASIEN:
TANGGAL/JAM ASESMEN:
• P:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• Q:…………………………………………………………………………………………………………………………………..
• R:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• S:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• T:……………………………………………………………………………………………………………………………………

Scala Nyeri

Keterangan:
• P= Provokatif: yang memprovokasi nyeri  apa yang menjadi penyebab nyeri
? Rudapaksa, benturan ? Apa yg membuat lebih baik atau lebih buruk ?
• Q=Quality/Kualitas: seperti apa rasanya ? Seperti tertusuk benda tajam,
tumpul, sakit, berdenyut, ditusuk jarum, dll?
• R=Regio/Radiasi  Daerah nyeri dimana rasa sakit itu berada? Menyebar
kemana ?
• S=Severity/Skala : seberapa berat  pakai skala 0 sd 10
• T=Tempo/timing: waktu yang berkaitan dengan nyeri Kapan nyeri datang?
Apakah rasa sakit itu datang dan pergi atau itu terus menerus?

Sutoto KARS
6
5

• Asesmen nyeri
– Asesmen nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale
• Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun
yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri
yang dirasakannya.
• Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan
dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
– 0 = tidak nyeri
– 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
– 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
– 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)3
Sutoto KARS
6
6

– Wong Baker FACES Pain Scale


• Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka,
gunakan asesmen
• Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana
yang paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi
dan durasi nyeri
– 0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
–2– 3 = sedikit nyeri
–4– 5 = cukup nyeri
–6– 7 = lumayan nyeri
–8– 9 = sangat nyeri
– 10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
Sutoto KARS
KARS
CONTOH CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI

KARS
POKOK –POKOK PANDUAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL

• Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan yang unik,


• Berhak mendapat pelayanan yang penuh hormat dan kasih-sayang.
• Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
• Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya. Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer
dan sekunder, manajemen nyeri (lihat juga AP.1.7, dan PP. 6);
• Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala primer atau
sekunder dan mencegah gejala-gejala dan komplikasi sejauh yang dapat
diupayakan (lih PP 7.1)
• Staf harus berespon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama
dan budaya pasien dan keluarganya (lihat juga HPK.1.1; HPK.1.1.1 dan
HPK.1.2)
• Staf diminta melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan
pelayanan.

KARS
• Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
asuhan selamaPOKOK-POKOK
stadium akhir hidup.
PADAAsuhan
PANDUAN akhirPASIEN
kehidupan yangTERMINAL
TAHAP diberikan rumah
sakit termasuk :
– pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien dan
keluarga
– menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
– menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
– mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
– memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan
budaya dari pasien dan keluarganya ((lihat maksud tujuan : HPK 2.5)
• Rumah sakit memastikan pemberian asuhan yang tepat bagi mereka yang kesakitan
atau dalam proses kematian dengan cara:
– melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala primer atau
sekunder
– mencegah gejala-gejala dan komplikasi sejauh yang dapat diupayakan
– melakukan intervensi dalam masalah psikososial, emosional dan spiritual dari
pasien dan keluarga, menghadapi kematian dan kesedihan
– melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan budaya pasien dan keluarga
– mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam keputusan terhadap asuhan
KARS
– (lihat maksud tujuan : PPI 7.1)
7
9

TANDA-TANDA BAHWA KEMATIAN MUNGKIN


DEKAT
• Mengantuk, meningkatkan tidur, dan / atau unresponsiveness
(disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme pasien).
• Disorientasi waktu, tempat, dan / atau identitas orang yang dicintai;
kegelisahan; visi orang dan tempat-tempat yang tidak hadir;
menarik-narik seprai atau pakaian (disebabkan sebagian oleh
perubahan dalam metabolisme pasien).
• Penurunan sosialisasi dan penarikan (disebabkan oleh penurunan
oksigen ke otak, penurunan aliran darah, dan persiapan mental untuk
sekarat).
• Penurunan kebutuhan untuk makanan dan cairan, dan kehilangan
nafsu makan (yang disebabkan oleh kebutuhan tubuh untuk
menghemat energi dan kemampuannya menurun untuk
menggunakan makanan dan cairan dengan baik).
• Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus (yang disebabkan oleh
kelemahan dari otot-otot di daerah panggul).
Sutoto KARS
8
9

Lanjutan tanda kematian….

• Urin berwarna Gelap atau penurunan jumlah urin (yang disebabkan oleh
melambatnya fungsi ginjal dan / atau penurunan asupan cairan).
• Kulit menjadi dingin dengan sentuhan, terutama tangan dan kaki; kulit
bisa menjadi berwarna kebiruan, terutama di bagian bawah tubuh
(disebabkan oleh sirkulasi menurun pada ekstremitas).
• Berderak atau gemericik suara saat bernapas, yang mungkin keras
; bernapas yang tidak teratur dan dangkal; berkurangnya jumlah napas
per menit; bernapas yang bergantian antara cepat dan lambat (yang
disebabkan oleh kemacetan dari konsumsi menurun cairan, penumpukan
produk limbah dalam tubuh, dan / atau penurunan sirkulasi ke organ).
• Beralih dari kepala ke arah sumber cahaya (yang disebabkan oleh
penurunan penglihatan).
• Peningkatan kesulitan mengendalikan rasa sakit (yang disebabkan oleh
perkembangan penyakit).
• Gerakan tak terkendali (disebut mioklonus ), perubahan denyut jantung ,
dan hilangnya refleks di kaki dan tangan adalah tanda-tanda tambahan
yang akhir hidup sudah dekat.
Sutoto KARS
8
1

RUMAH SAKIT MEMASTIKAN PEMBERIAN ASUHAN YANG TEPAT BAGI MEREKA YANG
KESAKITAN ATAU DALAM PROSES KEMATIAN DENGAN CARA

1. melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala


primer atau sekunder
2. mencegah gejala-gejala dan komplikasi sejauh yang dapat
diupayakan
3. melakukan intervensi dalam masalah psikososial, emosional
dan spiritual dari pasien dan keluarga, menghadapi kematian
dan kesedihan
4. melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan budaya
pasien dan keluarga
5. mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam keputusan
terhadap asuhan

Maksud dan Tujuan PP.7.1.


Sutoto KARS
8
2

H. Pengelolaan Akhir Kehidupan


• 1. Pengelolaan akhir kehidupan meliputi penghentian
bantuan hidup (withdrawing life support) dan
penundaan bantuan hidup (withholding life support).
• 2. Keputusan withdrawing/withholding dilakukan pada
pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (ICU dan
HCU). Keputusan penghentian atau penundaan
bantuan hidup adalah keputusan medis dan etis.
• 3. Keputusan untuk penghentian atau penundaan
bantuan hidup dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu
dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang
memiliki kompetensi dan 2 (dua) orang dokter lain yang
ditunjuk oleh komite medis rumah sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/Menkes/Per/Iii/2011


Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan
Terapi Intensif Di Rumah Sakit
Sutoto KARS
• c. Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang
jika diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan
memperpanjang kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan
penghentian atau penundaan bantuan hidup. Pasien yang masih sadar
tapi tanpa harapan, hanya dilakukan tindakan terapeutik/paliatif agar
pasien merasa nyaman dan bebas nyeri.
• d. Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan
fungsi batang otak yang ireversibel. Setelah kriteria Mati Batang Otak
(MBO) yang ada terpenuhi, pasien ditentukan meninggal dan disertifikasi
MBO serta semua terapi dihentikan. Jika dipertimbangkan donasi organ,
bantuan jantung paru pasien diteruskan sampai organ yang diperlukan
telah diambil. Keputusan penentuan MBO dilakukan oleh 3 (tiga) dokter
yaitu dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi, dokter spesialis saraf dan 1 (satu) dokter lain yang ditunjuk
oleh komite medis rumah sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/Menkes/Per/Iii/2011


Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan
Sutoto KARS
Terapi Intensif Di Rumah 8S3akit
POKOK-POKOK PANDUAN KOMPLAIN

• Penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai proses untuk menerima dan
bertindak terhadap keluhan, konflik dan perbedaan pendapat tentang pelayanan pasien
serta hak pasien untuk berpartisipasi dalam proses ini.
• Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan tentang pelayanan yang mereka
terima
• Keluhan harus ditelaah dan bila mungkin diselesaikan.
• Keputusan mengenai pelayanan kadang-kadang menimbulkan pertanyaan, konflik, atau
dilema lain bagi rumah sakit dan pasien, keluarga atau pembuat keputusan lainnya.
• Tetapkan cara-cara mencari solusi bila timbul dilema atas keluhan: Dilema ini dapat
timbul dari masalah akses, pengobatan atau pemulangan pasien. Dilema tersebut bisa
sulit sekali diselesaikan jika menyangkut, misalnya masalah penolakan pelayanan
resusitasi atau membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar.
• Identifikasi dalam kebijakan dan prosedur, siapa yang perlu dilibatkan dalam proses dan
bagaimana pasien dan keluarganya berpartisipasi.
• Susun Prosedur penyampaiaan konflik yang mendukung konsistensi pelayanan.
KARS
9
1

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENJELASAN


HPK•
Hak dan kewajiban pasien sesuai UU yang berlaku (UURS

dan UU praktik kedokteran)
• Informasi secara tertulis tentang hak dan tanggung jawab
HPK 4 pasien diberikan kepada setiap pasien .
• Pernyataan tentang HPK juga ditempel atau bisa diperoleh
dari staf rumah sakit pada setiap saat.
Tersedia prosedur untuk menjelaskan kepada pasien
tentang hak dan tanggung jawabnya bila komunikasi secara
tertulis tidak efektif dan tidak sesuai.
• Dapat tersedia dalam berbagai cara komunikasi: lisan,
materi tertulis, video, demonstrasi/peragaan dan lain-lain.
• Staf mengidentifikasi bahasa yang dipilih pasien
Sutoto KARS
9
5

Sutoto KARS
DAFTAR TINDAKAN YG MEMERLUKAN INFORMED CONSENT
• Semua tindakan pembedahan dan tindakan invaisif
• Semua tindakan anestesi & sedasi sedang dan dalam
• Semua Pemberian darah dan produk/komponen darah
• Semua pengobatan berisiko tinggi

Pemberian Darah dan Produk Darah


• Whole blood
• Trombosit
• Wash erytrocite • Trombopheresis
• Pack red cell • Human albumin :
• Fresh frozen plasma • Plasbumin
• Liquid plasma • Octalbin
• Albuminar

KARS
CONTOH TINDAKAN ANESTESI DAN SEDASI YG PERLU
INFORMED CONSENT
Tindakan anestesi
• Anestesi Umum Tindakan sedasi
Sedasi sedang
• Anestesi Regional • Mengunakan midazolam 0,1 mg/kbgg
• Anastesi Infiltrasi • Mengunakan ketamin 0,5 mg/kgbb
• Mengunakan propofol 0,5 mg/kgbb
• Anastesi Blok Sedasi dalam
• Anastesi Spinal • Mengunakan ketamin 3-8 mg/kgbb
intramuskuler
• Blok Epidural • Mengunakan ketamin 1 mg/kgbb intravena
• Mengunakan midazolam oral 10 mg/kgbb
• Blok Pleksus Brakialis • Mengunakan flunitrazepam 0,1 mg/kgbb
• Anestesia Paravertebral • Mengunakan fentanil 0,5 – 1 ug/kgbb
• Mengunakan alfentanil 3-5 ug/kgbb
• Blok Transakral (Kaudal) • Mengunakan remifentanil 0,1 mg/kg/min
• Anastesi Regional Intravena

KARS
9
8

Sutoto KARS
9
9

Sutoto KARS
PENJELASAN DALAM INFORMED CONSENT
(PMK Nomer 209/2008)

Sutoto KARS 100


PEMBERI PERSETUJUAN
individu yang kompeten. (PMK
Persetujuan diberikan oleh
290/2008)pasal 1 nomer 7

Landasan hukum anak :


• Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak >
= 18 tahun dianggap sudah bukan anak-anak.
• Berdasarkan KUHP  umur >= 21 th atau telah menikah
dianggap sebagai orang dewasa 101
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN

Pasal 6
• (5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan
persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat
atau pengampunya

PMK 290/2008 tentSautnotgo KPAeRrSsetujuan Tindakan Kedokteran

102
1
0
3 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
• Pasal 9
• (1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka
kepentingan penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
• (2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis
Kehormatan Etik Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
• (3) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan tanpa membuka identitas pasien.
• (4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
– a. audit medis;
– b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
– c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
– d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang akan datang;
dan e. ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat.
• (5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang
berwenang untuk melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sutoto KARS
CONTOH GENERAL CONSENT

Sutoto KARS 110

Anda mungkin juga menyukai