Anda di halaman 1dari 7

Laporan Kasus

(Dermatitis Seboroik)
MASRIANA MURSALING
10542056314
Nama : Ny. PJ
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kandea
Pekerjaan : Pegawai swasta

Seorang wanita berusia 40 tahun datang ke poli kulit Balai


Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan gatal
disertai lesi kemerahan pada kedua tangan yang kemudian berubah
warna jadi agak gelap.. Keluhan dialami sejak 1 bulan lalu, gatal
dirasakan saat berkeringat dan juga saat malam hari. Tinggal
bersama anak, tapi anaknya tidak mengalami hal seperti itu. Riwayat
pengobatan sebelumnya (-), riwayat penyakit yang lain (-).
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Tangan kanan dan kiri
Effloresensi : makula hiperpigmentasi, skuama halus
Diagnosis Sementara: Dermatitis Seboroik
Differential diagnosis:
1. Dermatitis Kontak Alergi
2. Tinea Corporis
TATALAKSANA
Cetirizine 10mg 1x1
Gentamicin salp 0,1%
As. Salisilat 2% + Sulfur 4% + Desoksimetason 0,25%
Ketoconazole 200 mg 1x1
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada pasien dan juga kajian dari
daftar pustaka pasien di diagnosis dengan Dermatitis Seboroik,
dimana:
• Dermatitis seboroik merupakan penyakit eritroskuamosa
kronik, predileksi didaerah kaya kelenjar sebasea, scalp, wajah
dan badan.
• Meningkatnya lapisan sebum pada kulit, kualitas sebum,
respons imunologis terhadap malassezia, degradasi sebum
dapat mengiritasi kulit sehingga terjadi mekanisme eksema.
• Distribusi dermatitis seboroik biasanya bilateral dan simetris
berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas,
eritem ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.
Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat terutama saat
berkeringat
• Dermatitis kontak alergi dijadikan sebagai differential diagnosis
karena efloresensi keduanya hampir mirip yaitu eritema, makula
hiperpigmentasi, erosi, likenifikasi, dan skuama. Tapi pada dermatitis
seboroik disertai kulit kering. Pada DKA gatalnya dirasakan bukan
karena dipengaruhi oleh keringat tapi sesuatu yang bersifat alergen.
• Tinea corporis dijadikan sebagai differential diagnosis karena
efloresensi keduanya hampir mirip, namun pada tinea corporis
terdapat central healing. Dan pada KOH1 tinea corporis hifanya
sangat banyak dibanding dermatitis seboroik.
• Tatalaksana yang diberikan pada pasien sama dengan yang
sebelumnya yaitu berupa:
Cetirizine 10mg 1x1: untuk keluhan gatalnya
Gentamicin salp 0,1% : antibiotik
As. Salisilat 2% + Sulfur 4% + Desoksimetason 0,25% : anti
inflamasi
Ketoconazole 200 mg 1x1: anti jamur, karena di salah satu
patogenesisnya respons imunologis terhadap malassezia
Daftar Pustaka
1. Burgin S. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell DJ, Wolf K, editors. Fitzpatrick's Dermatology
in General Medicine. 8 ed. New York: Mc Graw Hill 2012.
2. Djuanda Adhi dkk. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI
3. Widaty S, Seobono H, Nilasari H, dkk. Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Di
Indonesia. 2017. Jakarta Pusat: PP Perdoski. h. 217-9
4. Siregar R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Weller R, Hunter J, et all. 2015. Clinical Dermatology 5th
edition. Chichester:John Wiley & Sons Ltd.

Anda mungkin juga menyukai