Anda di halaman 1dari 57

KEDARURATAN PARU

A. PENILAIAN UTAMA KEADAAN GAWAT NAPAS


1. Penampakan penderita secara umum
Berat ringannya gawat napas :
o Kontak yang buruk
o Sianosis berat
o Sukar bernapas

2. Status mental
Tingkat kesadaran berhubungan erat dengan derajat hipoksemi, hiperkapni
dan asidosis :
o Gelisah
o Mengantuk
o Apatis sampai koma
3. Corak dan frekuensi napas
Menggambarkan penyebab gawat napas :
o Napas dangkal dan lambat depresi pusat napas sentral
o Frekuensi napas 20x/menit pnemoni, sepsis, syok
gangguan metabolik

4. Status Kardivaskuler
Sering disertai gangguan kardiovaskuler perlu penilaian :
Tekanan darah
Denyut dan irama jantung
Curah jantung
Perfusi perifer

5. Kelelahan otot napas


Menunjukkan tingkatan gawat napas dan gagal napas :
Pemakaian oot – otot napas tambahan
Pergerakan didnding abdomen ke dalam selama inspirasi

6. Analisa gas darah


Menentukan gangguan oksigenasi, ventilasi dan keseimbngan
asam basa
B. PENANGANAN DARURAT
Bila sudah ditentukan tingkatan keadaan gawat napas
koreksi oksigenasi, ventilasi dan keseimbangan asam
basa penanganan komplikasi

1. Pemberian 02
Oksigenasi yang kurang menyebabkan hipoksia dibagi
atas :
a. Hipoksia akibat, berkurangnya oksigenasi arteriel /
hipoksemi
b. Hipoksia akibat gangguan kapasitas pengangkutan 02
dalam darah anemia berat Hb yang abnormal ( sickell
cell anemia ) keracuan CO.
c. Hipoksa akibat gangguan pemberin aliran darah
misalnya : syok, aritmia kordis, gagal jantung
kongestif, hipvolemia.
d. Hipoksia akibat gangguan pemakaian 02 di jaringan
misalnya : keracunan HCN.
2. Ventilasi mekanis
Diperimbangkan pada keadaan yang menyebabkan gagal napas
penderita yang keadan klinisnya tetap memburuk penderita tidak
dapat bernapas spontan, gawat, napas akut gangguan yang berat
dari sistem kardiovaskuler, neurologis analisa gas darah yang
menunjukkan hipoksemi berat, hiperkapni dan ph yang rendah.

3. Koreksi asdosis
Gangguan keseimbangan asam basa sering terjadi pada metabolik
asidosis beri bikarbonat iv dan respiratori asidosis
pertimbangkan pemakaian ventilator

4. Penanganan komplikasi akut


Komplikasi yang sering timbul :
a. Kardiovaskuler : aritmia, hipotensi, gagal jantung kongestif
b. Pernapasan : bronkospasme, infeksi, aspirasi, obstruksi saluran
napas, pnemotoraks, tromboemboli
c. Neurologi : kejang, koma, depresi pernapasan
d. Metabolik : hipokalemi, alkalemi, asidemi, dehidrasi, azotemi
C. PENILAIAN LANJUTAN
1. Anamnesa
Batuk, sputum, sakit dada, dispnea, demam

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :Perubahan kesadaran,Sianosis , Manifesasi organ lain,
ginjal, hati, tiroid dll
b. Pernapasan :
 Frekuensi dan corak napas
 Posisi trakea dan apeks jantung
 Bentuk dada asimetris
 Pergerakan dinding dada dan abdomen
 Nyeri tekan pada dada
 Perkusi dan auskultasi

c. Kardiovaskuler :
 Peninggian tekanan vena jugularis
 Bunyi jantung
 Udem kaki
 Pulsus paradoksus
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik
a. foto toraks Pa dan lateral
b. Analisa gas darah
c. Bed side spirometri, e. Pemeriksaan sputum, gram, bta
f. Darah rutin, Hb,lekosit, elektrolit dll serta urin rutin
g. Pemeriksaan khusus lainnya :
– Scanning
– bronkoskopi
– Pemeriksaan cairan pleura dll
D. PENGOBATAN PENYAKIT DASAR

1. Antibiotik bila ada infeksi


2. Bronkodilator bila ada bronkospasme
3. Diuretik dan digitalis bila ada gagal jantung
4. Pengobtan penunjang lainnya :
Hidrasi yang adekuat
fisioterapi
5. Follow – up :
Pemeriksaan ulangan fisis, foto toraks,
spirometri, analisa gas darah untuk menilai
perbaikan.
E. BEBERAPA GEJALA DAN TANDA – TANDA PENYAKIT
PARU YANG BERAT
1. Asma berat :
– Tahipnea
– Sukar bernapas
– Retraksi otot napas tambahan ( supraklavikuler dan
interkostal )
– Sianosis
– Ekspirasi memanjang
– Pulsus paradoksus
– Tahikardi

2. Bronkitis akut berat :


– Frekuensi napas meninggi
– Demam
– Sputum purulen
3. Pnemoni berat :
• Frekuensi napas meninggi
• Napas dangkal
• Sianosis
• Demam
• Tahikardi
4. Tension pnemotoraks :
• Frekuensi napas meninggi
• Napas dangkal
• Sianosis
• Syok disertai tanda – tanda trauma
• Sela iga menonjol
• Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
• Tekanan vena leher meninggi
II. KEADAAN DARURAT PARU
YANG DAPAT MENYEBABKAN
GAWAT NAPAS
Darurat paru keadaan gawat, napas akut dapat
mengancam jiwa bila tidak segera ditolong.
 Hemoptisis masif
 Pnemotoraks
 Efusi pleura masif
 Status asmatikus
Tidak sering :
 Benda asing
 Asfiksia
 Tenggelam
 ARDS
Sebelum melakukan tindakan perlu dilakukan penilaian
:
– Jumlah darah yang keluar
– Keadaan umum dan tanda – tanda vital
– Gejala – gejala asfiksia
– Tingkat keasadaran
– Refleks batuk

Penilaian refleks batuk penting karena :


o Refleks batuk dan tingkat kesadaran baik,
prognosa baik penderita tidak takut menahan
batuknya justru berbahaya.
o Refleks batuk kurang baik baringkan pada posisi
miring ke sisi yang sakit dan penghisapn aktif.
o Refleks batuk tidak ada pasang pipa endotrakeal
Penaganan :
 Posisi dapat berbaring atau duduk tergantung tingkat kesadaran dan
reflek batuk
 Penerangan kepada penderita agar tetap tenang selalu membatukkan
darah yang ada
 O2
 Infus
 Hemostatika
 Obat penenang
 Antitusif pada batuk spastis kodein 10 – 20 mg
 Antibiotik atau antik 1B

a. Penderita tidak dapat aktif mengeluarkan darah :


 Rangsangan batuk secara dengan spatei atau secara manual
 Penghisapan kateter nasotrkeal
 Pasang pipa endoktrakeal
misalnya :
 Membuka jalan napas
 Memberi O2
 Menhisap darah
 Melakukan bronskopi serat, optik
b. Tindakan pembedahan :
Bronskopi untuk menentukan sumber
perdarahan

c. Tamponade bronkus
Tujuannya menghindarka tindakan
pembedahan sito menjadi pemedahan yang
terencana dengan melakukan oklusi bronkus
dengan kateter Fogarty yang dimasukkan
melalui bronkoskopi
B. PNEUMOTORAKS

Gejala klinis :
Nyeri dada tiba – tiba
Sesak napas dapat ringan sampai berat
Pneumotoraks ventil sesak napas berat, gelisah, sianosis, nadi
kecil dan cepat
Paru yang sakit gembung dan jantung terdorong ke sisi yang
sehat

Pemeriksaan penunjang :
Foto toraks posisi PA dalam keadaan ekspirasi

Penanganan :
Observasi dengan cermat dapat berubah menjadi gawat karena
mekanisme ventil atau perdarahan
a. Tidak sesak dirawat konservatif :
– Kolaps paru <50%, rawat konservatif
– Kolaps paru >50% disertai kelainan paru lain, perlu tindakan
aktif :
1. Fungsi dan aspirasi dengan abbocath no. 14 dan “ three way
stopcock ” :
Berhasil pada pneumotoraks spontan tanpa kelainan paru kurang
berhasil adanya fistel disertai dengan kelainan paru lainnya.
2. Pasang WSD ( water seal drainage ) terutama bila kolaps paru
total

b. Bila sesak :
– Beri O2
– Tentukan jenis pneumotoraks dengan cara :
Hubungkan jarum dengan slang infus tersebut ke dalam botol berisi
cairan :
1. Pneumotoraks terbuka gelembung udara yang keluar tidak
berhenti adanya fistel dipasang WSD permanen.
2. Pneumotoraks tertutup gelembung udara berhenti, dapat
diteruskan dengan aspirasi atau WSD
D. STATUS ASAMATIKUS
Serangan asma berat yang tidak memberi respons terhadap obat –
obat efektif yang biasa digunakan.
Penyebab kematian : gagal napas dan henti jantung.

Gejala klinis :
– Sesak napas bert yang menetap atau bertambah
– Wheezing yang berkepanjangan
– Tahikardi
– Retraksi otot suprasternal dan interkostal
– Sianosis
– Perubahan kesadaran
– Pulsus paradoksus

Pemeriksaan penunjang :
– Foto toraks
– Spirometri
– Analisa gas darah
– EKG
Penanganan :
a. Rawat dengan monitoring secara intensif
b. O2 2 – 4l / menit
c. Hidrasi dengan infus cairan untuk mengatasi dehidrasi akibat
hipovolemi dan diaforesis
d. Obat – obatan untuk menghilangkan obstruksi saluran napas yang :
– Spasme bronkus
– Udem mukosa
– Sumbatan sekret yang kental
1. Aminofilin, Dosis awal 5-6mg/kgBB iv diencerkan perinfus dalam
100cc dekstrose 5% selama 15-20 menit dosis pemeliharaan 0,5-
0,9mg/kgBB/jam dalam dekstrose 5%. Respons umumnya 24-72
jam kemudian dilanjutkan peroral 3-5mg/kgBB/kali 3-4x sehari.
2. Kortikosteroid, Hidrokortison 200-400mg iv tiap 2-8 jam dengan
dosis total 1-4gr/24 jam lama pemberihan 24-72 jam peroral
dengan prednison 30-60mg/hari selama 4-5 hari diturunkan
perlahan lahan dalam waktu 10 – 14 hari.
3. Simpatomimetik amin, beta – 2 agonis : alupent, bricasma, salbuven
diberi secara oral, parentral atau perinhalasi.
4. Obat – obat lainya
– antibiotik
– Mukolitik dan ekspektoran
e. Fisioterapi :
Untuk mengeluarkan lendir dan melatih pernapasan dilakukan bila
keadaan gawat napas sudah diatasi.
Selama dalaam perawatan harus diperhatikan gejala klinis :
– Kesadaran menurun apatis sampai koma
– Tampak sangat lelah
– Pernapasan cepat dan dangkal
– Silent, chest
– Sianosis sentral
– Faal paru memburuk
– Analisa gas darah terganggu

Gagal napas keadaan yang berbahaya mengacam jiwa perlu


dipertimbangkan pemakaian ventilator
Indikasi pemakaian ventilator
• Penderita tidak sadar
• Henti napas atau henti jantung
• PaCO2 > 70mmHg
III. GAGAL NAPAS
70 – 80% penderita yang masuk ICU disebabkan karena gagal napas
akibat kelainan di paru maupun di luar paru.

A. Definisi
Gagal napas gangguan pengambilan O2, pengeluaran CO2 dinilai dari
hasil anlisa gas darah.
Gagal napas dapat dibagi 2 :
1. Gagal napas hipoksemi : bila PaO2 < 50mmHg, PaCO2 normal
2. Gagal napas hipoventilasi : bila PaO2 < 50mmHg, PaCO2 > 50mmHg

Gagal napas akut tidak ditangani segera akan berakibat fatal, gagal
napas khronik tidak segera mengancam jiwa penderita tetapi
kerusakan organ secara perlahan

B. Penyebab
1. Gagal napas hipoksemi :
Umumnya karena trauma langsung saluran napas ataupun melalui darah
akan kerusakan membran alveolo – kapiler
a. Trauma langsung :
 Trauma toraks
 Dekompresi

b. Trauma melaui saluran napas :


 O2 toksis
 Aspirasi isi lambung
 Gas inhalasi yang beracun
 Tenggelam
 Pneumoni : virus, mikoplasma, jamur, parasit

c. Trauma melalui alran darah :


 Emboli lemak
 Syok
 Bakteriemi
 Tranfusi
 Pankreatitis
 Koagulasi intravaskuler
 Kelebihan cairan
2. Gagal napas hipoventilasi :
a. Serebral :
 Koma
 Ensefalitis
 Trauma kepala
 Keracunan obat

b. Spinal :
 Poliomielitis
 Trauma medula spinalis
 Sindrom guillain barre

c. Otot :
 Miastenia khronik
 Emfisema
 Asma
d. Saluran napas :
Bronkitis khronik
Emfisema
Asma

e. Gangguan pengembangan paru :


Pneumotoraks
Hematotoraks
Kiposkoliosis

f. Ruang rugi ventilasi :


Emboli paru
Syok
E. Penanganan
Kematian pada gagal napas umumnya karena hipoksemi, hiperkapni,
komplikasi asidosis, aritmia, udem otak tindakan yang dilakukan
mengatasi hipoksia dengan memberikan O2 memperbaiki ventilasi
untuk membang CO :
Bebaskan jalan napas
 Beri O2
 Napas buatan
 Ventilasi mekanis

Indikasi penggunaan ventilasi mekanis :


a. Klinis :
 Penderita dengan risiko tinggi untuk terjadinya gagal napas
 Apnea
 Frekuensi napas)35x/menit
 Volume tidal (3,5ml/kgBB
 Kapasitas vital ( 20ml/ kgBB
b. Laboratoris :
 PaO2 < 55 – 60 mmHg dengan FiO2 21 %
 PaO2 tetap 55 – 60 mmHg FiO2 40%
 PaCO2 > 45-55 mmHg tanpa adanya matabolik alkalosis primer
 pH < 7,25
KEGAWATAN PARU
KEGAWATAN PARU

• Adalah berbagai keadaan yang dapat menimbulkan


gangguan pada sistem pernafasan yang dapat mengancam
keselamatan jiwa si penderita serta memerlukan
penanganan segera.
 PPOK berat Exacerbasi Akut
 Penyakit pembuluh darah seperti emboli paru
 Pleural efusi masif
 Edema paru non kardiogenik / kardiogenik
 Atelektasis lobar komplit
 Syndrome Wet Lung
 Cedera toraks
 Sumbatan saluran nafas
 Tenggelam
 Aspirasi benda asing
YANG PALING SERING KITA TEMUI

PENYAKIT PRIMER YG
MEMPENGARUHI SISTEM
BRONKHOPULMONER
PRINSIP DASAR PENANGANAN GAWAT
PARU
TINDAKAN PENYELAMATAN JIWA SI
PENDERITA LEBIH PENTING
DARIPADA PENEGAKKAN
DIAGNOSTIK.
I .PENILAIAN KEADAAN GAWAT PARU

A. keadaan umum penderita : disini kita nilai tingkat


stres yang merupakan cermin keadaan yang
mengancam jiwa si penderita
• gelisah berat.
• mudah tersinggung.
• bingung.
• menguap/mengantuk/cenderung ingin tidur.
• disorientasi tempat/ waktu.
B. FREKWENSI DAN IRAMA RESPIRASI:
• RESPIRASI LAMBAT DAN DANGKAL :
GANGGUAN PUSAT PERNAFASAN.
• TAKIPNEA MENANDAI :
• PENYAKIT PARU AKUT
• PENYAKIT SISTEMIK MISALNYA
SEPSIS,PERDARAHAN,SYOK,GANGGUAN
METABOLISME (KETOASIDOSIS).
• SIANOTIK.
C. KEADAAN KARDIOVASKULER:

o TEKANAN DARAH
o DENYUT NADI.
o IRAMA JANTUNG.
D. KELELAHAN OTOT PERNAFASAN

Gerakan otot pernafasan yang bergerak


secara paksa yang tidak lagi mengikuti alur
otot respirasi.
F. ANALISA GAS DARAH :
UNTUK MENGETAHUI TINGKAT
KEPARAHAN FUNGSI PERNAFASAN.
Alkalosis
Respiratory, metabolik
Asidosis
II.TINDAKAN MEDIK YANG
SEGERA HARUS DILAKUKAN
1. OKSIGENISASI
PEMBERIAN OKSIGEN 4-6 LITER/MNT

2. VENTILATOR :
 BILA DENGAN OKSIGEN YANG
ADEKWAT TIDAK MEMBERIKAN
PERBAIKAN (RESPIRATORY FAILURE).
 TIDAK MAMPU BERNAFAS SPONTAN.
3. REHIDRASI
CAIRAN INTRAVASKULER : PEMBERIAN CAIRAN
RENJATAN.

4. BRONKODILATOR:
PEMBERIAN BRONKHODILATOR PERDRIPS,
NEBULIZER.

5. PEMBERIAN OBAT KARDIOVASKULAR UNTUK


PENINGKATAN TEKANAN DARAH ATAU OBAT
PENURUNAN TEKANAN DARAH, BILA PERLU
PEMBERIAN OBAT DIURETIKA, DIGITALISASI.
6. OBAT HEMOSTATIK
PEMBERIAN OBAT ANTI PERDARAHAN
PERDRIPS. INTRA VENA.

7. PEMASANGAN KATETER, NGT BILA


DIPERLUKAN.

8. PEMBERSIHAN SALURAN NAFAS


PEMERIKSAAN PENDUKUNG YANG
DILAKUKAN :

 DARAH / URINE LENGKAP.


ANALISA GAS DARAH
ELEKTROLIT.
KGD.
EKG.
HAEMOPTISIS.
DEFINISI : BATUK YANG DISERTAI DENGAN
DAHAK BERCAMPUR DARAH
ATAU HANYA DARAH TANPA
DAHAK

HAEMOPTISIS MASIF :
 BILA PERDARAHAN LEBIH DARI 600 CC/24
JAM.
 BILA PERDARAHAN ANTARA 200-600 CC/24
JAM TETAPI Hb kurang atau sama dengan 10
g%.
( KRITERIA Busroh 1978).
ETIOLOGI :
1. INFEKSI PARU TERUTAMA TB
PARU,PNEUMONIA,ABSES
PARU,JAMUR PARU.
2. KELAINAN KARDIOVASKULAR .
3. NEOPLASMA PARU.
4. OBSTRUKSI BENDA ASING.
5. KERUSAKAN SISTEM BEKUAN
DARAH.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK

a. FOTO THORAKS.
b. SPUTUM BTA.
c. SPUTUM KULTUR BAKTERI
d. DARAH LENGKAP, FAKTOR
PEMBEKUAN DARAH, GOL. DARAH.
e. EKG.
PENANGGULANGAN :
a) BARINGKAN PASIEN POSISI SEMI VOLAR.
b) PEMBERIAN CAIRAN INTRA VENA
DITAMBAH DENGAN HAEMOSTATIK
c) BERIKAN HAEMOSTATIK PER BOLUS.
d) LAKUKAN TRANSFUSI DARAH BILA Hb
dibawah 7 gr %.
e) DAPAT DIBERIKAN OBAT PENENANG BILA
TIDAK ADA KI Agar pasien tidak gelisah
f) TERAPI PENYAKIT DASAR.
Rawat pasien di ICU bila perdarahan tetap
berlangsung dan keadaan umum pasien semakin
menurun.

Lakukan Bronkhoskopi cari sumber perdarahan

Bila perdarahan tetap berlangsung > 150 cc/jam


dapat dilakukan konsultasi dengan bedah
thoraks.
PNEUMOTHORAKS.

DEFINISI : Terdapatnya udara didalam


rongga pleura akibat kolaps
paru.

Biasanya ventil pneumothoraks : dimana


terjadi peningkatan progressif tekanan
intrapleural yang menimbulkan kolaps
paru yang progressif diikuti dengan
pendorongan organ mediastinum.
GEJALA KLINIS

• Sulit bernafas.
• Tachikardi.
• Sianotik.
• Disorientasi.
• Gerakan thorak tertinggal pada daerah
pneumothoraks.
PEMERIKSAAN :
= Foto Thoraks.
= Analisa gas darah.
= Darah rutin
= Proof punksi

PENANGGULANGAN :
1. Lakukan pemasangan WSD segera.
2. Terapi penyakit dasar/kausal.
STATUS ASMATIKUS

DEFINISI : Bronkhospasme yang persistent,


dimana dengan pengobatan
konvensional tidak memberikan
respon yang baik.
GEJALA KLINIS :
a. Sesak nafas berat disertai Wheezing yang
keras.
b. Kesadaran mulai menurun.
c. Bradicardia.
d. Disorientasi.
e. Sianotik.
f. Penggunaan otot bantu pernafasan .
PEMERIKSAAN :

• Foto toraks
• Faal paru (spirometri)
• Analisa gas darah.
• Darah rutin.
• Elektrolit.
• Kultur sputum
PENANGGULANGAN

• Rawat di ICU.
• Oksigen 4-6 ltr/mnt.
• Berikan Injeksi Oradexon.
• Nebulizer: salbutamol dan kortikosteroid
• Berikan cairan intravena NaCl ditambah dengan
Aminophillin drips.
• Tanggulangi bila ada penyakit penyerta lainnya.
• Pemberian antibiotika bila dianggap perlu.
SEPSIS
SEPSIS adalah suatu keadaan dimana
pasien telah keracunan oleh bakteria yang
dapat menimbulkan ancaman kematian
bagi penderita.

PENYEBAB YANG PALING SERING


ADALAH PNEUMONIA.
GEJALA KLINIS

 DEMAM TINGGI > 40 C


 LEUKOSIT > 25.000 .
 KEJANG.
 GELISAH.
 KESADARAN MENURUN.
PENANGGULANGAN

• Atasi syok.
• Pemberian oksigen.
• Bila perlu masukkan ke ICU, ventilator.
• Pemberian antibiotika broadspectrum atau 2 atau
lebih antibiotika intra vena.
• Endotoxin
• Nutrisi parenteral
SINDROMA WET LUNG

EDEMA PARU YANG DISEBABKAN


INHALASI GAS BERACUN

GEJALA KLINIS :
• Sesak Nafas berat.
• Batuk terus menerus.
• Kenaikan suhu tubuh.
• Sianotik
• Kesadaran menurun.
JENIS GAS BERACUN

• Klorida.
• Nitrogen dioksida.
• Sulfur dioksida.
• Amoniak.
• Fosgen.
PENANGGULANGAN

• Pemberian Oksigen.
• Atasi syok.
• Kortikosteroid.
• Anti biotika bila diperlukan.
• ICU, ventilator

Anda mungkin juga menyukai