2. Status mental
Tingkat kesadaran berhubungan erat dengan derajat hipoksemi, hiperkapni
dan asidosis :
o Gelisah
o Mengantuk
o Apatis sampai koma
3. Corak dan frekuensi napas
Menggambarkan penyebab gawat napas :
o Napas dangkal dan lambat depresi pusat napas sentral
o Frekuensi napas 20x/menit pnemoni, sepsis, syok
gangguan metabolik
4. Status Kardivaskuler
Sering disertai gangguan kardiovaskuler perlu penilaian :
Tekanan darah
Denyut dan irama jantung
Curah jantung
Perfusi perifer
1. Pemberian 02
Oksigenasi yang kurang menyebabkan hipoksia dibagi
atas :
a. Hipoksia akibat, berkurangnya oksigenasi arteriel /
hipoksemi
b. Hipoksia akibat gangguan kapasitas pengangkutan 02
dalam darah anemia berat Hb yang abnormal ( sickell
cell anemia ) keracuan CO.
c. Hipoksa akibat gangguan pemberin aliran darah
misalnya : syok, aritmia kordis, gagal jantung
kongestif, hipvolemia.
d. Hipoksia akibat gangguan pemakaian 02 di jaringan
misalnya : keracunan HCN.
2. Ventilasi mekanis
Diperimbangkan pada keadaan yang menyebabkan gagal napas
penderita yang keadan klinisnya tetap memburuk penderita tidak
dapat bernapas spontan, gawat, napas akut gangguan yang berat
dari sistem kardiovaskuler, neurologis analisa gas darah yang
menunjukkan hipoksemi berat, hiperkapni dan ph yang rendah.
3. Koreksi asdosis
Gangguan keseimbangan asam basa sering terjadi pada metabolik
asidosis beri bikarbonat iv dan respiratori asidosis
pertimbangkan pemakaian ventilator
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :Perubahan kesadaran,Sianosis , Manifesasi organ lain,
ginjal, hati, tiroid dll
b. Pernapasan :
Frekuensi dan corak napas
Posisi trakea dan apeks jantung
Bentuk dada asimetris
Pergerakan dinding dada dan abdomen
Nyeri tekan pada dada
Perkusi dan auskultasi
c. Kardiovaskuler :
Peninggian tekanan vena jugularis
Bunyi jantung
Udem kaki
Pulsus paradoksus
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik
a. foto toraks Pa dan lateral
b. Analisa gas darah
c. Bed side spirometri, e. Pemeriksaan sputum, gram, bta
f. Darah rutin, Hb,lekosit, elektrolit dll serta urin rutin
g. Pemeriksaan khusus lainnya :
– Scanning
– bronkoskopi
– Pemeriksaan cairan pleura dll
D. PENGOBATAN PENYAKIT DASAR
c. Tamponade bronkus
Tujuannya menghindarka tindakan
pembedahan sito menjadi pemedahan yang
terencana dengan melakukan oklusi bronkus
dengan kateter Fogarty yang dimasukkan
melalui bronkoskopi
B. PNEUMOTORAKS
Gejala klinis :
Nyeri dada tiba – tiba
Sesak napas dapat ringan sampai berat
Pneumotoraks ventil sesak napas berat, gelisah, sianosis, nadi
kecil dan cepat
Paru yang sakit gembung dan jantung terdorong ke sisi yang
sehat
Pemeriksaan penunjang :
Foto toraks posisi PA dalam keadaan ekspirasi
Penanganan :
Observasi dengan cermat dapat berubah menjadi gawat karena
mekanisme ventil atau perdarahan
a. Tidak sesak dirawat konservatif :
– Kolaps paru <50%, rawat konservatif
– Kolaps paru >50% disertai kelainan paru lain, perlu tindakan
aktif :
1. Fungsi dan aspirasi dengan abbocath no. 14 dan “ three way
stopcock ” :
Berhasil pada pneumotoraks spontan tanpa kelainan paru kurang
berhasil adanya fistel disertai dengan kelainan paru lainnya.
2. Pasang WSD ( water seal drainage ) terutama bila kolaps paru
total
b. Bila sesak :
– Beri O2
– Tentukan jenis pneumotoraks dengan cara :
Hubungkan jarum dengan slang infus tersebut ke dalam botol berisi
cairan :
1. Pneumotoraks terbuka gelembung udara yang keluar tidak
berhenti adanya fistel dipasang WSD permanen.
2. Pneumotoraks tertutup gelembung udara berhenti, dapat
diteruskan dengan aspirasi atau WSD
D. STATUS ASAMATIKUS
Serangan asma berat yang tidak memberi respons terhadap obat –
obat efektif yang biasa digunakan.
Penyebab kematian : gagal napas dan henti jantung.
Gejala klinis :
– Sesak napas bert yang menetap atau bertambah
– Wheezing yang berkepanjangan
– Tahikardi
– Retraksi otot suprasternal dan interkostal
– Sianosis
– Perubahan kesadaran
– Pulsus paradoksus
Pemeriksaan penunjang :
– Foto toraks
– Spirometri
– Analisa gas darah
– EKG
Penanganan :
a. Rawat dengan monitoring secara intensif
b. O2 2 – 4l / menit
c. Hidrasi dengan infus cairan untuk mengatasi dehidrasi akibat
hipovolemi dan diaforesis
d. Obat – obatan untuk menghilangkan obstruksi saluran napas yang :
– Spasme bronkus
– Udem mukosa
– Sumbatan sekret yang kental
1. Aminofilin, Dosis awal 5-6mg/kgBB iv diencerkan perinfus dalam
100cc dekstrose 5% selama 15-20 menit dosis pemeliharaan 0,5-
0,9mg/kgBB/jam dalam dekstrose 5%. Respons umumnya 24-72
jam kemudian dilanjutkan peroral 3-5mg/kgBB/kali 3-4x sehari.
2. Kortikosteroid, Hidrokortison 200-400mg iv tiap 2-8 jam dengan
dosis total 1-4gr/24 jam lama pemberihan 24-72 jam peroral
dengan prednison 30-60mg/hari selama 4-5 hari diturunkan
perlahan lahan dalam waktu 10 – 14 hari.
3. Simpatomimetik amin, beta – 2 agonis : alupent, bricasma, salbuven
diberi secara oral, parentral atau perinhalasi.
4. Obat – obat lainya
– antibiotik
– Mukolitik dan ekspektoran
e. Fisioterapi :
Untuk mengeluarkan lendir dan melatih pernapasan dilakukan bila
keadaan gawat napas sudah diatasi.
Selama dalaam perawatan harus diperhatikan gejala klinis :
– Kesadaran menurun apatis sampai koma
– Tampak sangat lelah
– Pernapasan cepat dan dangkal
– Silent, chest
– Sianosis sentral
– Faal paru memburuk
– Analisa gas darah terganggu
A. Definisi
Gagal napas gangguan pengambilan O2, pengeluaran CO2 dinilai dari
hasil anlisa gas darah.
Gagal napas dapat dibagi 2 :
1. Gagal napas hipoksemi : bila PaO2 < 50mmHg, PaCO2 normal
2. Gagal napas hipoventilasi : bila PaO2 < 50mmHg, PaCO2 > 50mmHg
Gagal napas akut tidak ditangani segera akan berakibat fatal, gagal
napas khronik tidak segera mengancam jiwa penderita tetapi
kerusakan organ secara perlahan
B. Penyebab
1. Gagal napas hipoksemi :
Umumnya karena trauma langsung saluran napas ataupun melalui darah
akan kerusakan membran alveolo – kapiler
a. Trauma langsung :
Trauma toraks
Dekompresi
b. Spinal :
Poliomielitis
Trauma medula spinalis
Sindrom guillain barre
c. Otot :
Miastenia khronik
Emfisema
Asma
d. Saluran napas :
Bronkitis khronik
Emfisema
Asma
PENYAKIT PRIMER YG
MEMPENGARUHI SISTEM
BRONKHOPULMONER
PRINSIP DASAR PENANGANAN GAWAT
PARU
TINDAKAN PENYELAMATAN JIWA SI
PENDERITA LEBIH PENTING
DARIPADA PENEGAKKAN
DIAGNOSTIK.
I .PENILAIAN KEADAAN GAWAT PARU
o TEKANAN DARAH
o DENYUT NADI.
o IRAMA JANTUNG.
D. KELELAHAN OTOT PERNAFASAN
2. VENTILATOR :
BILA DENGAN OKSIGEN YANG
ADEKWAT TIDAK MEMBERIKAN
PERBAIKAN (RESPIRATORY FAILURE).
TIDAK MAMPU BERNAFAS SPONTAN.
3. REHIDRASI
CAIRAN INTRAVASKULER : PEMBERIAN CAIRAN
RENJATAN.
4. BRONKODILATOR:
PEMBERIAN BRONKHODILATOR PERDRIPS,
NEBULIZER.
HAEMOPTISIS MASIF :
BILA PERDARAHAN LEBIH DARI 600 CC/24
JAM.
BILA PERDARAHAN ANTARA 200-600 CC/24
JAM TETAPI Hb kurang atau sama dengan 10
g%.
( KRITERIA Busroh 1978).
ETIOLOGI :
1. INFEKSI PARU TERUTAMA TB
PARU,PNEUMONIA,ABSES
PARU,JAMUR PARU.
2. KELAINAN KARDIOVASKULAR .
3. NEOPLASMA PARU.
4. OBSTRUKSI BENDA ASING.
5. KERUSAKAN SISTEM BEKUAN
DARAH.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK
a. FOTO THORAKS.
b. SPUTUM BTA.
c. SPUTUM KULTUR BAKTERI
d. DARAH LENGKAP, FAKTOR
PEMBEKUAN DARAH, GOL. DARAH.
e. EKG.
PENANGGULANGAN :
a) BARINGKAN PASIEN POSISI SEMI VOLAR.
b) PEMBERIAN CAIRAN INTRA VENA
DITAMBAH DENGAN HAEMOSTATIK
c) BERIKAN HAEMOSTATIK PER BOLUS.
d) LAKUKAN TRANSFUSI DARAH BILA Hb
dibawah 7 gr %.
e) DAPAT DIBERIKAN OBAT PENENANG BILA
TIDAK ADA KI Agar pasien tidak gelisah
f) TERAPI PENYAKIT DASAR.
Rawat pasien di ICU bila perdarahan tetap
berlangsung dan keadaan umum pasien semakin
menurun.
• Sulit bernafas.
• Tachikardi.
• Sianotik.
• Disorientasi.
• Gerakan thorak tertinggal pada daerah
pneumothoraks.
PEMERIKSAAN :
= Foto Thoraks.
= Analisa gas darah.
= Darah rutin
= Proof punksi
PENANGGULANGAN :
1. Lakukan pemasangan WSD segera.
2. Terapi penyakit dasar/kausal.
STATUS ASMATIKUS
• Foto toraks
• Faal paru (spirometri)
• Analisa gas darah.
• Darah rutin.
• Elektrolit.
• Kultur sputum
PENANGGULANGAN
• Rawat di ICU.
• Oksigen 4-6 ltr/mnt.
• Berikan Injeksi Oradexon.
• Nebulizer: salbutamol dan kortikosteroid
• Berikan cairan intravena NaCl ditambah dengan
Aminophillin drips.
• Tanggulangi bila ada penyakit penyerta lainnya.
• Pemberian antibiotika bila dianggap perlu.
SEPSIS
SEPSIS adalah suatu keadaan dimana
pasien telah keracunan oleh bakteria yang
dapat menimbulkan ancaman kematian
bagi penderita.
• Atasi syok.
• Pemberian oksigen.
• Bila perlu masukkan ke ICU, ventilator.
• Pemberian antibiotika broadspectrum atau 2 atau
lebih antibiotika intra vena.
• Endotoxin
• Nutrisi parenteral
SINDROMA WET LUNG
GEJALA KLINIS :
• Sesak Nafas berat.
• Batuk terus menerus.
• Kenaikan suhu tubuh.
• Sianotik
• Kesadaran menurun.
JENIS GAS BERACUN
• Klorida.
• Nitrogen dioksida.
• Sulfur dioksida.
• Amoniak.
• Fosgen.
PENANGGULANGAN
• Pemberian Oksigen.
• Atasi syok.
• Kortikosteroid.
• Anti biotika bila diperlukan.
• ICU, ventilator