Pleno MG 1 3.2 After Edit
Pleno MG 1 3.2 After Edit
Ainani Tajrian
Radha Kurnia Amanda
Trise Anestesia Masykur
Faizah Shabrina
Shanita Pratiwi
Vinta Nuranisyah
Vidola Yasena Putri
Frisya Martha
Deri Kurnia Illahi
SKENARIO 1
“Kegelisahan Pak Amir”
Pak Amir dan keluarga sangat berbahagia karena hari ini
istrinya akan melahirkan anak yang kedua. Ketika anaknya
lahir Pak Amir sangat sedih dan kecewa karena anaknya
mengalami cacat lahir. Anaknya laki-laki, berat badan lahir
3200 gram, dan kedua kaki anaknya bengkok. Bidan yang
menolong persalinan menganjurkan untuk segera dibawa
ke RS.
Pak Amir adalah seorang PNS yang bertugas di RS sebagai
peñata radiologi yang berisiko terhadap paparan sinar X.
Pak Amir memikirkan kelahiran anaknya yang mengalami
cacat. Ia teringat kakeknya yang juga mengalami cacat sejak
lahir dengan kelainan pada telinganya. Telinga kakeknya
tidak simetris, telinga kiri lebih kecil dibanding kanan.
Anak pertama Pak Amir, perempuan lahir normal namun juga
mengalami cacat fisik, jari tangan kanan bertambah satu disamping
ibu jarinya. Dokter waktu itu menganjurkan untuk diangkat, tapi Pak
Amir belum bersedia karena anaknya masih kecil. Sampai sekarang
jari tambahan anaknya itu masih belum diangkat.
Besok harinya Pak Amir langsung membawa anaknya yang baru
lahir ke Rumah Sakit dan konsultasi dengan dokter. Dari keterangan
dokter dikatakan bahwa anaknya mengalami Club Foot atau CTEV.
Dokter mengatakan ada tiga bagian di daerah kaki yang mengalami
perubahan bentuk yaitu pada hindfoot, midfoot dan forefoot.
Dokter menganjurkan agar pada anak Pak Amir segera dilakukan
Ponseti Method dengan melakukan pemasangan gips serial untuk
mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada anak Pak Amir?
STEP 1
Mengklarifikasi terminologi
1. Cacat lahir (kelainan kongenital) kelainan struktural dan
fungsional termasuk metabolik sejak lahir (WHO), dapat juga
berupa penyakit yang diturunkan (Buku kebidanan
Prawiroharjo,2009). Ketidakmampuan atau ketidaksanggupan untuk
berfungsi secara normal baik itu fisik maupun mental (Dorlan ed.23)
2. Berat badan lahirberat badan bayi yang ditimbang dalam rentang
satu jam setelah lahir (WHO)
3. Kaki bengkok (club foot/ctev)deformitas kongenital kaki, yang
terpuntir keluar dari bentuk atau posisinya (Dorlan ed.23).
Gangguan perkembangan ekstremitas inferior dimana kaki
membengkok kedalam atau tertekuk keluar (Jurnal dissability).
Kelainan kongenital di ekstremitas bawah dimana tumit berada
dalam posisi fleksi plantar (Jurnal cermin dunia kedokteran).
Deformitas pada kaki yang meliputi fleksi pergelangan kaki, adduksi
kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Jurnal principle of surgery)
4. Bidan tenaga kesehatan yang dikelompokkan ke dalam tenaga
kebidanan, memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana (Undang-undang No. 36 Tahun 2014).
Seseorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan dan diakui
oleh pemerintah dan organisasi profesi serta memiliki kompetensi untuk
diregister, sertifikasi dan secara sah mendapatkan lisensi (IBI)
5. Persalinan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu (Depkes RI). Proses membuka dan menipisnya serviks dan
proses turunnya janin (Sarwono)
6. Rumah sakit institusi pelayanan kesehatan yang melayani pelayanan
kesehatan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat ( Kemenkes RI).
Bagian integral dari organisasi sosial dan kesehatan sebagai tempat
preventif, promotif, kuratif,dan rehabilitatif kepada masyarakat (WHO)
7. Telinga tidak simetris (Microtia)keadaan malformasi dari daun telinga
yang memperlihatkan bentuk ringan sampai berat dengan ukuran kecil
sampai tidak terbentuk sama sekali (Departement THT)
8. Penata radiologi (Radiografer )orang yang diberi tugas dan mempunyai
kompetensi serta diberi wewenang untuk melakukan radiografi di unit kesehatan
(Skb Kemenkes no 049/2003)
9. Paparan sinar X : paparan sinar radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer dan memiliki energi dalam
rentang 10ev -100ev (Dorland Ed.23)
10. Cacat fisik (Tuna daksa) kecacatan pada fungsi tubuh yang mengakibatkan
gangguan gerak tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan bicara (UU No
4 Tahun 1997)
11. Lahir normal dimana bayi lahir dari kehamilan usia 37-42 minggu dengan berat
badanlahir 2500-4000 gram (Depkes RI 2007)
12. Persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah dan bayi lahir dengan
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah
persalinan ibu dan bayi sehat (WHO)
13. Jari tangan bertambah satu (polidaktili) : kelainan yang diwariskan secara
autosomal dominan dimana penderita mendapat tambahan jari pada kaki atau
tangannya (Medical dictionary)
14. Jari tambahan diangkat :tindakan tatalaksana pada polidaktili
15. Hindfootbagian belakang kaki yang terdiri dari regio thalus dan
calcaneus (Dorland Ed.23)
16. Forefootbagian depan kaki yang terdiri dari os.metatarsal dan os.
Phalanges (Dorland Ed.23)
17. Midfootkaki tengan yang dibentuk oleh 5 buah tulang iregular
yaitu os.Kuboid, os.Navicular, 3 os. Cuneform yang membentuk
lengkungan kaki. (Dorland Ed.23)
18. Ponseti methodstandar baku emas dalam pelaksanaan clubfoot
tanpa operasi (Medscape). Metode pemasangan gips serial yang
diganti tiap minggu (Jurnal CTEV)
19. Gips serial imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai
kontus tubuh tempat gips dipasang. Serangkaian gips yang dipasang
kurang lebih 8 minggu untuk tatalaksana clubfoot. (Jurnal CTEV)
STEP 2 dan 3
Mengidentifikasi masalah
dan
Menganalisa masalah melalui brainstorming
dengan menggunakan prior knowledge
1. Mengapa anak Pak Amir mengalami cacat lahir?
• Menurut Langmann, terdapat 3 faktor kelainan bawaan:
• Genetik= ada mutasi gen, ada gen pembawa
• Lingkungan=ada efek teratogen (hormonal, obat-obatan, defisiensi nutrisi, kimia,
logam berat, radiasi: biasa pada trimester awal, infeksi, trauma pada kehamilan).
2. Bagaimana hubungan jenis kelamin, berat badan lahir terhadap kelainan anak Pak
Amir dan apa interpretasi nya?
• Jenis kelamin: secara insidensi dari 1 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan rasio
laki-laki:perempuan=2:1. Berhubungan dengan kasus di skenario.
• Berat badan lahir normal dimana 2,5-4 kg (WHO).
• Bengkok saat lahir kemungkinan karena kelainan kongenital pada kaki dimana
terjadi deformitas (pada perkembangan embrio saat kaki terbentuk). Penyebab
faktor mekanik pada oligohidramnion sedangkan intrinsik bisa karena genetik.
3. Mengapa bidan merujuk pasien tersebut ke rs?
• Karena pada kasus ini kelainan kongenital merupakan kasus yang harus dirujuk
karena malformasi kongenital memiliki tingkat kompetensi 2 dan untuk
mengetahui diagnosis dan tatalaksana yang tepat.
4. Apa hubungan Pak Amir penata radiologi dengan kondisi anak nya yang cacat lahir?
• Kemungkinan paparan radiasi bisa menyebabkan mutasi gen yang bisa diturunkan
kepada anaknya.
5. Apa hubungan kakek yang mengalami kelainan telinga tidak simetris dengan kondisi
anak Pak Amir?
• Kemungkinan karena ada faktor genetik yang berpengaruh terhadap anak Pak
Amir.
6. Apa hubungan jenis kelamin dengan cacat fisik pada anak pertama Pak Amir?
• Semua jenis kelamin memiliki resiko yang sama karena diturunkan secara
autosomal dominan.
7. Apa yang menyebabkan jari tangan anak Pak Amir berlebih satu?
• Penyebab: genetik, lingkungan, dan idiopatik.
• Genetik: diwariskan oleh gen autosomal dominan P yaitu sifat keturunan yang ditentukan oleh gen
pada autosom.
• Lingkungan : obat-obatan , alkohol, merokok, penyakit ibu, nutrisi
• Faktor teratogenik : sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran
• Faktor teratogenik fisik = radiasi nuklir, sinar gamma, sinar x
• Faktor teratogenik kimia = obat-obatan kemoterapi kangker
• Faktor teratogenik biologis = toksoplasma, rubella, citomegalovirus.
13. Mengapa dokter menegakkan diagnosis anak Pak Amir CTEV dan apa pemeriksaan penunjang nya?
Melalui Anamnesis dengan menanyakan riwayat keluarga dan selain itu juga terlihat hasil dari
pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang : Gambaran radiologis CTEV adalah adanya kesejajaran tulang talus dan
kalkaneus. Posisi kaki selama pengambilan foto radiologis sangat penting. Garis AP digambar
melalui pusat dari aksis tulang talus (sejajar dengan batas medial) serta melalui pusat aksis tulang
kalkaneus (sejajar dengan batas lateral). Nilai normalnya adalah antara 25-40°. Bila sudut kurang
dari 20°, dikatakan abnormal. Garis anteroposterior talokalkaneus hampir sejajar pada kasu CTEV.
Garis lateral digambar melalui titik tengah antara kepala dan badan tulang talus serta sepanjang
dasar tulang kalkaneus. Nilai normalnya antara 35-50°, sedang pada CTEV nilainya berkisar antara
35° dan negatif 10°.
STEP 3
SKEMA
Bayi 1 tahun Kaki bengkok Rujukan
komplikasi
Faktor eksogen Riwayat keluarga Ponseti
methode Deformitas
kongenital
prognosis
Kakek microtia Kakak polidaktili Fraktur
Operasi sebelum
1 tahun
Spina Bifida
Spina Bifida
Spina Bifida adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk
secara sempurna, pada minggu ke3 dan ke4.
Faktor risiko :
1) Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan
asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
2) Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada
bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
3) Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi
dipunggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan
vertebra dibagian ini terjadi paling akhir.
4) Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya)
dapatmenyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida. Pada 95 % kasus
spina bifidatidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek neural tube. Resiko
akan melahirkan anakdengan spina bifida 8 kali lebih besar bila sebelumnya
pernah melahirkan anak spina bifida.
Manifestasi Klinis
• Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah
pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus
cahaya.
• Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
• Penurunan sensasi.
• Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja.
• Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi
(meningitis).
• Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
• Lekukan pada daerah sakrum.
• Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan
abnormalitas upper spine(arnold chiari malformation) yang
menyebabkan masalah koordinasi.
• Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena
imbalans kekuatan ototdan fungsi.
• Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk
merelakskan secara volunter otot (sphincter) sehingga
menahan urin pada bladder dan feses pada rectum.
• Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida. Inteligen
dapat normal bila hidrosefalus di terapi dengan cepat.
• Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami
tethered spinal cord.Spinal cord melekat pada jaringan
sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atauturun secara
normal. Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip
atauskoliosis. Masalah ini akan bertambah buruk seiring
pertumbuhan anak dan tetheredcord akan terus teregang.
Proses Penutupan Neural Tube
Kehamilan hari ke - Kejadian Anomali
0 – 18 Pembentukan ektoderm, Kematian atau efek yang
mesoderm dan endoderm, tidak jelas
dan lempeng saraf
18 Pembentukan lempeng Defek midline anterior
saraf
22 – 23 Penampakan optik vessel Hidrosefalus
24 – 26 Penutupan neuropore Anencephaly
anterior
26 – 28 Penutupan neuropore Spina bifida sistika dan
posterior Spina bifida okulta
32 Sirkulasi vaskular Mikrosefali
33 35 Splitting dari proensefalon Holoproensefalon
untuk membentuk
telensefalon
70 – 100 Pembentukan korpus Agenesis korpus kalosum
kalosum
Klasifikasi
• Open : Spina bifida
aperta
– Myelomeningocele
– Meningocele
– Post Natal
• CT scan
• MRI
• Spine X-ray
AFP
• Skrining MSAFP mengukur tingkat dari protein
yang disebut alfa feto protein (AFP) yang
dibentuk secara alami oleh fetus dan plasenta.
Selama kehamilan normal sejumlah kecil dari
AFP biasanya melintasi plasenta dan
memasuki peredaran darah ibu. Namun jika
terdapat peningkatan yang abnormal dari
protein ini pada peredaran darah ibu
mengindikasikan bahwa fetus mengalami
defek pada vertebra.
Pemeriksaan penunjang post natal
• X- Ray tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi
kelainan
• CT scan memungkinkan untuk melihat secara langsung
defek pada anatomi dan tulang. Pemeriksaan ini juga
digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya
hidrosefalus atau kelainan intracranial lainnya
• CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk
menentukan luas dan lokasi kelainan (12)
• MRI merupakan pemeriksaan pilihan untuk jaringan saraf
dan untuk mengidentifikasi kelainan pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat anomali
yang berkaitan baik intraspinal maupun intrakranial
Anamnesis
A. Spina bifida okulta Sering kali asimtomatik
• Tidak ada gangguan pada neural tissue
• Regio lumbal dan sakral
• Defek berbentuk dimpel, seberkas rambut, nevus
• Gangguan traktus urinarius (mild)
B. Spina bifida aperta
Meningokel
• Tertutupi oleh kulit
• Tidak terjadi paralisis
Mielomeningokel
• Tidak tertutup oleh kulit, tetapi mungkin ditutupi oleh membran
yang transparan
• Terjadi paralisis
Tatalaksana
• Tergantung dari jenisnya
– Intrauterin
• Kebiasaan membedung
Bedung dengan sangat erat sampai membuat kaki anak yang seharusnya fleksi menjadi ekstensi
dapat membuat kemungkinan timbulnya DDH lebih tinggi.
Manifestasi Klinis
• Kaki bayi panjang sebelah
• Terdapat lipatan paha yang asimetris
• Kalau sudah bisa berjalan, jalannya tidak
seimbang
Diagnosis
•
Anamnesa => usia, faktor resiko, onset gejala
• PF
– Tes Barlow => suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan usaha
mengeluarkan kaput femur dari acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan
ibu jari pemeriksa diletakkan dilipatan paha.
Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari pemeriksa
dan ada bunyi 'klik'.
– Tes Ortolani ==> suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke
acetabulum dengan melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral).
Positif bila
• Ada bunyi klik saat trokanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi keluar saat
tes Barlow masuk ke acetabulum.
• Sudut abduksi < 60 derajat (suspek DDH). Normalnya, sudut abduksi = 65 sampai 80 derajat.
– Bunyi 'klik' pada Barlow dan Ortolani tidak semua orang yang dapat mendengar,
bahkan Orhtopaedis sekalipun.
• Tanda Galeazzi => Fleksikan femur, dekatkan
antara yang kiri dan kanan, lihat apakah
lututnya sama panjang atau tidak. Bila tidak
sama panjang => +
– Setelah 3-4 bulan, cek radiografi dan PF. Kalau membai, penggunaan
popok double dan Pavlik Harness dapat dihentikan.
• 3-8 bulan
• >5 tahun
•Kelainan bawaan
•Stenosis akuaduktus sylvius
•Spina bifida dan cranium bifida
•Sindrom dandy-walker
•Kista arachnoid
•Anomali pembuluh darah
•Infeksi
•Neoplasma
•Perdarahan
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
•Foto polos kepala lateral –disproporsi kraniofasial,
tulang menipis dan sutura melebar
•Pemeriksaan cairan serebrospinal – tanda
peradangan dan perdarahan baru atau
lama,tekanan ventrikel.
•Ct scan kepala - gambaran hidrosefalus, edema
serebral, atau lesi massa seperti kista koloid dari
ventrikel ketiga atau thalamic atau pontine tumor.
Wajib pada proses neurologis akut
•MRI - gambaran dilatasi ventrikel atau adanya lesi
massa
PENATALAKSANAAN
•Bonam
•Bergantung pada
•Gangguan terkait
•Ketepatan waktu diagnosis
•Keberhasilan pengobatan
•NPH - memburuk dari waktu ke waktu jika tidak
diobati
•Diagnosis dini dan pengobatan meningkatkan
kesempatan pemulihan yang baik
OSTEOGENESIS IMPERFECTA
DEFINISI : suatu gangguan dari fragilitas tulang kongenital oleh
suatu mutasi genetik pada kode prolagen tipe1; kelainan
kongenital umum pada pembentukan jaringan kolagen yang
berfungsi sebagai jaringan ikat tubuh serta umumnya
diturunkan secara autosomal dominan.
EPIDEMIOLOGI
1. Prevalensi kejadian dari osteogenesis imperfekta adalah
1:20.000 kelahiran hidup.
2. Tidak berhubungan dengan jenis kelamin maupun ras
tertentu
Etiologi Patogenesis
Osteogenesis Osteogenesis
Imperfecta Imperfecta
Semua kolagen memiliki struktur heliks rangkap
Osteogenesis imperfecta secara umum tiga. Kolagen tipe I yang matur mengandung lebih
terjadi karena mutasi gen COL1α1 dari 1000 asam amino di mana setiap subunit
(collagen 1 alpha 1) dan COL1α2 (collagen polipeptida atau rantai alfa terpuntir menjadi
1 alpha 2) yang mengkode sintesis bentuk heliks dominan kiri yang membentuk
kolagen tipe I. Mutasi ini diturunkan putaran. Kemudian tiga dari rantai-rantai alfa ini
terpuntir menjadi superheliks dominan kanan
secara autosomal dominan.
dengan membentuk molekul mirip batang yang
Sementara itu, sebagian kecil berdiameter 1,4 nm dan memiliki panjang sekitar
osteogenesis imperfecta diturunkan 300nm. Ciri kolagen yang khas yaitu terdapatnya
secara autosomal resesif akibat mutasi residu glisin pada setiap posisi ketiga bagian heliks
gen LEPRE1 (leucine proline-enrich rangkap tiga pada rantai alfa. Hal ini diperlukan
proteoglican 1) yang mengkode enzim karena glisin merupakan satu- satunya asam animo
yang memiliki gugus R berukuran cukup kecil untuk
pembentuk kolagen, prolil-3-hidroksilase,
masuk ke dalam inti sentral superheliks rangkap
atau protein terasosiasi kolagen, CRTAP tiga tersebut.
(cartilago associated protein).
Patogenesis Osteogenesis
Imperfecta
Struktur berulang ini,yaitu (Gyl-X-Y)n merupakan persyaratan mutlak bagi
pembentukan heliks rangkap tiga dengan perbandingan Gly : X : Y yaitu
33,5 :12 : 10. Meskipun X dan Y dapat berupa sembarang asam amino,
sekitar 100 dari posisi X merupakan prolin dan sekitar 100 dari posisi Y
merupakan hidroksiprolin. Prolin dan hidroksiprolin menyebabkan rigiditas
pada molekul kolagen, Hidroksiprolin terbentuk melalui hidroksilasi
pascatranslasi pada residu prolin terikat peptida yang dikatalis oleh enzim
prolil-3-hidroksilase. Enzim ini memiliki kofaktor berupa asam askorbat
(vitamin C) dan α-ketoglutarat. Lisin pada posisi Y juga dapat dimodifikasi
secara pascatranslasi menjadi hidroksilisin melalui kerja enzim lisil-3-
hidroksilase dengan kofaktor yang serupa.
2.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada penderita autosomal dominan maupun
resesif, terdiri dari:
a.Pemeriksaan molekuler kolagen, melalui analisis DNA pada gen COL1α1 dan COL1α2
yang diperoleh dari sampel darah atau saliva.
b.Pemeriksaan biokimia kolegen, melalui analisis protein yang dikultur dari fibroblas
dari biopsi tusuk kulit. Pada osteogenesis imperfecta tipe I, jumlah kolagen tipe I yang
berkurang menyebabkan peningkatan rasio kolagen tipe III terhadap kolagen tipe I.
Mutasi pada rantai ketiga kolagen tidak dapat dideteksi melalui studi biokimia kolagen
karena tidak menyebabkan overmodifikasi rantai yang berarti.Pada masa intrauterin,
biopsi villi korion dapat digunakan untuk studi biokimia atau molekular studi,
sedangkan amniosintesis akan memberikan hasil positif palsu.
Pemeriksaan Penunjang Osteogenesis
Imperfecta
3.Pemeriksaan Densitas Massa Tulang
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan Dual-energy
X-ray Absorptiometry (DXA)
. Pasien dengan osteogenesis imperfecta memiliki densitas
massa tulang yang lebih rendah dibandingkan normal.
4.Biopsi Tulang
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi seluruh tipe.
Prosedur pemeriksaan invasif, memerlukan anestesi umum
sebelum melalukan biopsi pada tulang iliaka, dan hanya
boleh dilakukan oleh dokter bedah.
Komplikasi Osteogenesis Imperfecta
6.Sistem Pendengaran: Penderita biasanya akan
Beberapa komplikasi pada osteogenesis imperfecta:
mengalami kehilangan pendengaran pada tiga
1.Kardiovaskuler
dekade pertama kehidupan.
Mutasi spesifik pada gen kolagen merupakan
predisposisi terjadinya aneurisma aorta.
7.Sistem Saraf : Komplikasi neurologi termasuk
2.Jaringan Ikat
invaginasi basiler, kompresi batang otak,dan
Penderita akan mudah mengalami luka memar karena
hidrosefalus. Kebanyakan anak dengan osteogenesis
kulit yang tipis.
imperfecta tipe III dan IV mengalami invaginasi
3.Mata dan Penglihatan
basiler, tetapi jarang kompresi batang otak.
Terjadi penipisan sklera yang berhubungan dengan
warna sklera. Ketebalan kornea juga menipis.
8.Fungsi Pernafasan: Kecacatan dan kematian akibat
4.Sistem Endokrin
osteogenesis imperfecta terutama akibat pneumonia
Keadaan hipermetabolik dapat ditemukan, terdiri dari
akut dan penyimpangan fungsi pulmonal yang
diaphoresis berlebihan, peningkatan konsumsi
oksigen, dan peningkatan hormon tiroksin. terjadi pada anak- anak dan cor pulmonal terlihat
5.Sistem Pencernaan pada dewasa.
Protusio asetabulum dan deformitas pelvis
menyebabkan konstipasi pada penderita. 9.Ginjal: Hiperkalsiuria ditemukan pada osteogenesis
imperfecta sedang sampai berat.
2.Manajemen Ortopedi
Untuk beberapa bentuk nonletal, rehabilitasi fisik aktif pada tahun- tahun awal
memungkinkan anak mencapai level fungsi muskuloskeletal yang lebih tinggi. Anak
dengan osteogenesis imperfecta tipe I dan beberapa tipe IV secara spontan dapat
berlatih berjalan. Anak dengan osteogenesis imperfecta tipe III dan tipe IV yang
parah memakai penyangga kaki plastik atau alat bantu jalan. Beberapa butuh kursi
bantu tapi beberapa dapat berjalan sendiri. Remaja dengan osteogenesis
imperfecta membutuhkan dukungan psikis dari keluarga.
Manajemen ortopedi osteogenesis imperfecta bertujuan untuk mengendalikan
fraktur dan mengkoreksi deformitas menuju fungsi normal. Fraktur harus segera
diimobilisasi dengan bidai. Fraktur osteogenesis imperfecta dapat sembuh dengan
baik. Mengkoreksi deformitas tulang panjang membutuhkan prosedur osteotomi.
Penatalaksanaan Osteogenesis
Imperfecta
3.Medikamentosa
Pengobatan dengan suplemen kalsium, fluor, atau kalsitonin tidak akan memperbaiki
osteogenesis imperfecta. Hormon pertumbuhan memperbaiki histologi tulang pada
anak yang responsif, biasanya tipe I dan IV. Pengobatan dengan bifosfonat (pamidronat
intravena atau olpadronat oral) memiliki beberapa keuntungan. Bifosfonat
menurunkan resorpsi oleh osteoklas. Bifosfonat lebih menguntungkan bagi untuk
vertebra (tulang trabekular) dibandingkan tulang kortikal. Pengobatan selama 1-2
tahun menghasilkan peningkatan L1-4 DEXA dan memperbaiki kompresi vertebra
dengan mencegah atau memperlambat skoliosis pada osteogenesis imperfecta. Risiko
fraktur pada tulang panjang menurun. Akan tetapi, matriks tulang panjang akan
melemah dengan pemanjangan waktu pengobatan dan nonunion pascaosteostomi
meningkat. Selain itu, tidak ada efek bifosfonat terhadap nilai mobilitas, kekuatan otot,
dan nyeri tulang. Efek samping pengobatan lainnya termasuk
remodelling tulang panjang abnormal, osteonekrosis rahang, dan kerusakan tulang
mirip osteopetrosis. Pembatasan pengobatan selama 2-3 tahun pada pertengahan
masa anak-anak memungkinkan maksimalisasi keuntungan dan mengurangi kerusakan
material tulang kortikal. Keuntungan muncul beberapa tahun setelah interval
pengobatan.
Prognosis Osteogenesis Imperfecta
Osteogenesis imperfectamerupakan keadaan
kronik yang membatasi harapan hidup dan
tingkatan fungsional. Bayi dengan osteogenesis
imperfecta tipe II biasanya meninggal pada
hitungan bulan sampai satu tahun kehidupan.
Anak denganosteogenesis imperfecta tipe III
mengalami penurunan harapan hidup dengan
sebab pulmonal pada masa anak awal, remaja,
dan 40-an tahun. Osteogenesis imperfecta tipe I
dan IV memiliki harapan hidup penuh.
Meningokel
Definisi
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis
kelainan bawaan spina bifida. Meningokel
adalah penonjolan dari pembungkus medulla
spinalis melalui spina bifida dan terlihat sebagai
benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis
ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis.
Epidemiologi
• 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-
macam penyebab yang berat menentukan
morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari
abnormalitas ini mempunyai makna klinis
yang kecil dan hanyadapat dideteksi pada
kehidupan lanjut yang ditemukan secara
kebetulan.
Etiologi
• Penyebab spesifik dari meningokel atau spina
bifida belum diketahui.
• Banyak faktor seperti keturunan dan lingkungan
diduga terlibat dalam terjadinya defek ini.
• faktor penyebab; kadar vitamin maternal rendah,
termasuk asam folat,
• mengonsumsi klomifen dan asam valfroat,
danhipertermia selama kehamilan. Diperkirakan
hampir 50% defek tuba neural dapatdicegah jika
wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin
prakonsepsitermasuk asam folat.
Patogenesis
• Meningokel adalah penonjolan yang terdiri dari
meninges dan sebuah kantong berisi cairan
serebrospinal (CSS): penonjolan ini tertutup kulit
biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla
spinalis tidak terkena.
• Ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari
pemisahan tubaneural yang sudah menutup
karena peningkatan abnormal tekanan
cairanserebrospinal selama trimester pertama.
Manifestasi Klinis
• Gejala ringan atau tanpa gejala, hingga mengalami
kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda
spinalis atau akar saraf yang terkena.
• Gejala umum: kantung dipunggung tengah sampai
bawah pada bayi baru lahir. Kelumpuhan/kelemahan
pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan sensasi,
inkontinesia uri maupun inkontinensia tinja. Korda
spinalis yang tekena rentan terhadap infeksi
(meningitis).
• 1) Gangguan persarafan
• 2) Gangguan mental
• 3) Gangguan tingkat kesadaran
• Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan
pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa
anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan
yanglainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang
dipersarafi oleh korda spinalis maupunnakar saraf yang
terkena.Gejalanya dapat berupa :
• a) Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai
bawah pada bayi baru lahir.
• b) Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.
• c) Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau
kaki.
• d) Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian
belakang)
Pemeriksaan Penunjang
• 1) Rontgen tulang belakang untuk
menentukan luas dan lokasi kelainan.
• 2) USG tulang belakang bisa menunjukkan
adanya kelainan pda korda spinalis maupun
vertebra
• 3) CT scan atau MRI tulang belakang kadang
dilakukan untuk menentukan lokasi dan
luasnya kelainan.
Tatalaksana
• Tujuan dari pengobatan awal meningokel adalah
mengurangi kerusakan saraf, meminimalkan komplikasi
(misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam
menghadapi kelainan ini.
• Pembedahan dilakukan pada periode neonatal untuk
mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan
pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus
dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit
diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik
diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi
keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya
disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada
berbagai system tubuh.
• Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga
dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati dn
mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan lainnya
diberikan antibiotic. Untuk membantu memperlancar aliran
kemih bias dilakukan penekanan lembut diatas kandung
kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan
pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan
buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi
saluran pencernaan.
• Untuk mengatasi gejala muskulo skeletal (otot dan
kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah
tulang) maupun terapi fisik. Keleinan saraf lainnya diobati
sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang
terjadi. Kadang-kadang pembedahan shunting untuk
memperbaiki hidrosefalus.
Komplikasi
1. Hedeosefalus
2. Meningitis
3. Hidrosiringomielia
4. Intraspinal tumor
5. Kiposkoliosis
6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstermitas
bawah
7. Serebral palsy disfungsi batang otak
8. Infeksi pada sistem organ lain
9. Sindroma Arnold-Chiari
10.Gangguan pertumbuhan
ENSEFALOKEL
ENSEFALOKEL
• DEFINISI
Encephalocele adalah herniasi isi kranium berupa suatu bagian otak dan
meninges (selaput otak) melalui suatu defek pada tengkorak yang muncul
secara kongenital atau didapat. Isi kantung ensefalokel dapat berupa
meninges (meningokel), meninges dan otak (meningoensefalokel), maupun
meninges, otak, dan ventrikel (meningoensefalosistokel).
KLASIFIKASI
Klasifikasi ensefalokel didasarkan pada lokasi defek dan patofisiologinya.
Ensefalokel dapat bersifat kongenital maupun dapatan yang muncul post
traumatic iatrogenik, post operasi, dan post radiasi. Secara garis besar
berdasar letak defek, ensefalokel dapat terbagi atas:
• ensefalokel frontal/sinsipital
• ensefalokel basal
• ensefalokel oksipital
ENSEFALOKEL ANTERIOR
Sincipital Basal
• Frontoethmoidal • Sphenopharyngeal
• Nasofrontal • Spheno-orbital
• Nasoethmoidal • Sphenomaxillary
• Naso-orbital • Sphenoethmoidal
• Interfrontal • Transethmoidal
ENSEFALOKEL POSTERIOR
– Occipital
• Supratorcular
• Infratorcular
– Parietal
• Interfrontal
• Interparietal
• Anterior fontanelle
• Posterior fontanelle
EMBRIOLOGY
Pada embryogenesis, tuba neuralis menutup pada hari ke-27 atau ke-28
kehamilan. Ujung anterior dan posterior tuba neuralis menutup pada saat
berbeda. Neuropore anterior yang terletak sama tinggi dengan foramen
cecum menutup pada hari ke-24 . Teori mengenai terjadinya ensefalokel:
• Kegagalan penutupan tuba neuralis sebelum hari 25 kehamilan
• Terbukanya kembali tuba neuralis setelah penutupan pada minggu ke-8
kehamilan karena adanya defek permeabilitas pada dasar ventrikel
keempat.
• Defek primer pada jaringan penyusun mesensefalon yang menyebabkan
terjadinya herniasi encephalon sehingga terbentuk ensefalokel
oksipital.
EPIDEMIOLOGI
• Ensefalokel lebih sering muncul bersama malformasi kongenital non-
neural daripada bersama maflormasi kongenital neural atau spina bifida.
• Insidensi ensefalokel kurang lebih 0,08 dalam 1.000 total kelahiran di
Australia, 0,3-0,6 per 1.000 kelahiran di Inggris, dan 0,15 per 1000
kelahiran keseluruhan di dunia.
• Tipe ensefalokel yang dominan di Eropa dan Australia adalah
ensefalokel oksipital (75%), frontoethmoidal (13-15%), parietal (10-
12%), dan sphenoidal. Meskipun demikian, di Asia Tenggara
ensefalokel frontal merupakan tipe paling dominan.
ETIOLOGI
Etiologi pasti ensefalokel masih belum diketahui hingga saat ini. Faktor-
faktor yang mendukung terjadinya ensefalokel antara lain:
• Infeksi rubella pada ibu
• Diabetes maternal
• Sindrom genetic
• Hipervitaminosis
• Defisiensi asam folat
• Sosioekonomi ibu rendah
• Pernikahan sedarah (consanguineous marriage)
MANIFESTASI KLINIK
• Benjolan atau kantung pada garis tengah yang ada sejak lahir dan
cenderung membesar, terbungkus kulit normal, membranous ataupun
kulit yang mengalami maserasi. Konsistensi kistous dan kenyal atau
lebih solid bila terdapat herniasi otak. Kantung dapat mengempis dan
menegang, tergantung tekanan intrakranial karena berhubungan dengan
ruang intrakranial.
• Hidrosefalus
• Mikrosefalus
• Pada ensefalokel basal adanya kantung seringkali tidak tampak
menonjol di
luar melainkan di dalam rongga hidung atau massa
epifaringeal sehingga seringkali tampak seperti polip nasal.
• Kelumpuhan anggota gerak, gangguan perkembangan, gangguan
penglihatan
DIAGNOSIS
• Terdapat benjolan yang muncul sejak lahir di daerah kepala, bisanya di
garis tengah (khas).
Penegakan diagnosis dapat dilakukan sebelum kelahiran yakni dengan
pemeriksaan USG antenatal. Pada pemeriksaan USG, kriteria yang dipakai
untuk menegakkan diagnosis ensefalokel adalah sebagai berikut:
• Tampak massa melekat pada kepala janin atau bergerak sesuai gerakan
kepala janin.
• Tampak defek tulang tengkorak.
• Tampak ketidaknormalan anatomis, contohnya hidrosefalus.
• Scan tulang belakang untuk mengetahui ada tidaknya spina bifida.
• Pemeriksaan ginjal janin, karena tingginya keterkaitan dengan penyakit
ginjal kistik.
•
Terdapat beberapa kelainan pada sistem saraf pusat yang dapat membantu
diagnosa ensefalokel, yakni sebagai berikut:
1. Anamnesis
• Apakah ada anggota keluarga yang dilahirkan dengan jari tambahan?
• Apakah ada riwayat keluarga dengan kelainan yang berhubungan dengan
polidaktili
• Apakah ada gejala lain?
2. Pemeriksaan Fisis
• Terlihat adanya jari tambahan (inspeksi).
3. Pemeriksaan Penunjang
• Analisa kromosom
• Foto polos
Penatalaksanaan