Anda di halaman 1dari 25

Keluarga yang Meminta

Dokter Melakukan
Pengobatandengan Segala
Cara (Extraordinary
Treatment)
Kelompok 1
LAPORAN KASUS
• Bapak Arman (61 tahun) dan Ny. Nani (60 tahun) sudah 35tahun menikah.
Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan yang semuanya sudah
berumah tangga dan emberikan dua orang cucu. Kondisi ekonomi keluarga
Pak Arman sudah cukup baik, memiliki dua perusahaan yang berjalan
dengan baik. Bapak Arman dan Ny. Nani cukup dikenal di lingkungannya
karena keduanya aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, bahkan pak
Arman menjadi salah satu donatur tetap pada sebuah panti asuhan.
Walaupun sebelumnya pak Arman adalah perokok berat, namun sudah
sejak 5 tahun terakhir ini berhenti total merokok dan aktif berolah raga.
• Sejak satu tahun yang lalu, pak Arman kerap kali merasa pusing dan sakit
di daerah lehernya serta batuk-batuk. Pemeriksaan oleh dkter di
kantornya dinyatakan tensinya 130/80 mmHg. Jantung dan paru-paru nya
baik. Pak Arman diberi obat simptomatik biasa namun tidak ada
perbaikan. Pak Arman lalu periksa ke dokter spesialis di klinik yang cukup
besar. Hasil pemerksaan menunjukan pak Arman menderita kanker paru-
paru yang sudah bermetastase ke tulang. Dokter menganjurkan untuk
dilakukan penyinaran dan kemoterapi. Pak Arman dan istrinya tidak 100%
pecaya pada hasil pemeriksan dokter tadi dan menginginkan second
opinion diluar negeri.
• Istrinya, Ny. Nani begitu terpukul mendengar keterangan
dokter dan merasa heran dan tidak mengerti mengapa
Tuhan memberikan cobaan yang begitu berat kepadanya.
Sambil menangis ia menyatakan bahwa ia belum siap bia
ditinggal suaminya untuk selamanya. Sebaliknya bapak
Arman tampak lebih dan merasa yakin bahwa ini adalah
sapaan Tuhan dan Tuhan pasti punya rencana sendiri
dengan memberikan penakit kepadanya.
• Bapak Arman dan Ny. Nani ingin memperoleh second
opinion lalu berangkatlah ke luar negeri untuk berobat.
Hasil pemeriksaan medis di luar negeri menyatakan bahwa
pak Arman menderita kanker paru-paru stadium lanjut,
yang sudah bermetastase ke tulang-tulang. Beberapa ruas
tulang vertebra servikalnya sudah begitu rapuh dan harus
segera diatasi agar tidak menjepit saraf-sarafnya. Operasi
perbaikan vertebra servikal berhasil baik. Untuk
kankernya, pak Arman harus meenjalani pengobatan
penyinaran dan kemoterapi.
• Setelah pengobatan selesai, pak Arman dan istrinya pulang
ke Jakarta, kondisi pak Arman tampak ada kemajuan dan
semangat hidupnya tetap tinggi. Sebulan kemudian pak
Arman kembali ke luar negeri untuk kontrol penyakitnya.
Hasilnya begitu menggembirakan. Kanker parunya
dinyatakan sudah hampr menghilang. Kemoterapi
diteruskan dan kemudian pak Arman kembali lagi ke
Jakarta.
• Namun beberapa minggu kemudian, kondisi pak Arman
justru mulai menurun, ia menjadi kesulitan untuk berjalan.
Bicaranya sangat pelan dan cenderung banyak tidur. Bila
makan dan minum pak Arman selalu kesulitan menelan
(keselek). Pak Arman secara drastis tampak sangat lemah.
Saat kembali periksa ke luar negeri, dokter menyatakan
bahwa kankernya sudah menjalar ke otak. Dokter
menyarankan agar pak Arman menjalani pengobatan
paliatif saja.
• Ny. Nani tidak setuju dengan saran dokter,ia tetap minta
agar dokter meu mengobati suaminya dengan segala cara
agar dapat disembuhkan.
MASALAH

FASE PENOLAKAN DAN


SECOND OPINION

PERAWATAN
PERAWATAN PALIATIF
EXTRAORDINARY
Pengobatan Sia - Sia
• Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran Pasal 51 :

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik


kedokteran mempunyai kewajiban:
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien

HUKUM
Pengobatan Alternatif
• Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional
adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara
dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang
dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat

terapi alternative tidak dilarang secara hukum


asalkan tidak merugikan pasien dan telah teruji
secara klinis mengenai manfaatnya

HUKUM
Prinsipalisme
• Autonomy : dari sudut pandang ini, dokter kemungkinan
melanggar prinsip otonomi jika tidak mengikuti nyonya ani

• Beneficence : Tindakan dokter sesuai dengan prinsip ini, dilihat


dari faktor kanker Pak Arman

• Non-maleficence : Saran dokter untuk melakukan pegobatan


palliative bukan merupakan suatu pelanggaran terhadap
prinsip non-maleficence. pada keadaan terminal yang sudah
tidak mungkin lagi untuk diberikan terapi penyembuhan, maka
terapi untuk memberikan kenyamanan akan jauh lebih
bermanfaat dan dibutuhkan oleh pasien.

• Justice : Dokter tidak membeda-bedakan perlakuan dan juga


tidak mengambil keuntungan lebih walaupun tampaknya pak
Arman adalah seseorang dengan status sosial yang tinggi.
Dokter juga tetap memberikan pelayanan sesuai dengan
standar yang ada.

ETIKA dan MORAL


Mengenai kasus

menghentikan pengobatan primer


bukanlah merupakan suatu
pembunuhan kepada pasien

sudut pandang teori etika: tindakan


dokter untuk menyarankan terapi
paliatif sudah sesuai

ETIKA dan MORAL


SAKIT PENYAKIT

Sebagaimana diungkapkan pada Ayurveda :

sakit adalah tidak adanya harmoni pada diri


perseorangan dalam hubungannya dengan lingkungan
luarnya

AGAMA HINDHU
PENYAKIT TERMINAL

ajaran agama Hindu :

harus tetap memiliki semangat hidup dan tidak


menganggap hal tersebut sebagai kutukan Tuhan
melainkan kemungkinan berhubungan dengan
karmaphala seperti misalnya karena kebiasaannya
terdahulu sebagai seorang perokok

AGAMA HINDHU
FUTILE TREATMENT

Ada kalanya pengobatan secara modern belum


mampu menyembuhkan penyakit pasien yang terkena
pasangan bebai atau makhluk halus

AGAMA HINDHU
EXTRAORDINARY TREATMENT

Dalam agam Hindu, extraordinary treatment seperti


contoh Ponari, dapat disebut Balian Kapican, karena
ia memiliki batu yang mana sebagai sarana
penyembuh

Hindu memandang ini sesuatu yang tidak dilarang,


tetapi juga tidak dianjurkan

AGAMA HINDHU
SECARA UMUM

dalam agama Buddha penyakit merupakan buah dari


karmanya sendiri
Sebaiknya pasien mendapat pengobatan paliatif.

extraordinary treatment sebaiknya tidak dilakukan


dimana dana untuk extraordinary treatment tersebut
dapat digunakan untuk berdana atau berderma atas
nama pasien sehingga pasien mendapatkan karma
baik di kehidupan selanjutnya

AGAMA BUDDHA
SAKIT PENYAKIT

suatu sakit penyakit timbul pertama kali karena adanya


dosa yang diperbuat manusia

Tuhan mengizinkan hal tersebut terjadi karena terdapat


beberapa tujuan – tujuan tertentu, yaitu:
1. Suatu proses pemurnian Allah
2. Penderitaan dari sakit penyakit membawa kebaikan
bagi jemaat
3. Sakit – penyakit diizinkan Allah untuk kesaksian

AGAMA KRISTEN
PENGOBATAN ALTERNATIF

pengobatan alternatif tidak ditolak secara


mentah-mentah, namun juga tidak sama
sekali diterima secara keseluruhan

apakah sesuai dengan Iman Kristiani atau tidak

AGAMA KRISTEN
PENGOBATAN ALTERNATIF

Bila pada kasus ini, istri pasien menginginkan


pengobatan alternatif sebagai bagian dari
extraordinary treatment maka pengobatan alternatif
tidak dilarang dalam agama Katolik

pengobatan yang digunakan berasal dari alam


penggunaan tumbuh-tumbuhan dan tidak
bertentangan dengan ilmu kesehatan

AGAMA KATOLIK
PELAYANAN PALIATIF

Pelayanan paliatif tidak dilarang oleh gereja


Katolik demi kenyamanan pasien dalam
menjalani hidupnya

AGAMA KATOLIK
SAKIT PEYAKIT

Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang


senantiasa dialami oleh setiap manusia

Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh


Allah Swt berupa penghapusan dosa apabila ia
bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan
penyakitnya

AGAMA ISLAM
PENGOBATAN ALTERNATIF

Apabila pasien menginginkan pengobatan alternative


sebagai bagian dari extraordinary treatment, dalam
agama Islam tidak ada larangan menggunakan
pengobatan alternative

AGAMA ISLAM
PELAYANAN PALIATIF

Dalam agama Islam sendiri mengenal sebuah kaidah


usul fiqh : La Dhoror wa la Dhirror yang artinya : “tidak
merugikan dan tidak dirugikan”

Dari kaidah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa


pengambilan keputusan untuk menghentikan
pengobatan yang sia-sia dimana pengobatan sia-sia itu
malah menambah penderitaan pasien dapat diterima

AGAMA ISLAM
FASE PENYAKIT TERMINAL

1. Menolak : adanya rasa ketidakpercayaan terhadap


diagnosis dokter
2. Marah : terjadi saat pasien sudah menyadari bahwa
semua dokter memberikan diagnosis yang sama.
3. Menawar : terjadi saat emosi pasien mulai turun ditandai
dengan permintaan perpanjangan waktu untuk hidup
kepada Tuhan.
4. Depresi : pada fase ini pasien akan cenderung menarik diri
dan merasa sedih memikirkan keadaannya.
5. Menyerah

PENYAKIT TERMINAL
TINDAKAN PADA PASIEN
a. Mencari tahu terapi yang diinginkan pasien

b. Menilai kompetensi pasien

c. Pemberian informed consent untuk terapi paliatif yang dianjurkan

d. Pemilihan wali bagi pasien bila ia sudah tidak kompeten

e. Mengkomunikasikan kembali tujuan terapi paliatif pada istri pasien

f. Pesan atau pernayataan pasien sebelum jatuh pada kondisi tidak


kompeten

PERHATIAN KHUSUS PADA PASIEN


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi, kelompok kami menyimpulkan bahwa pada
kasus ini pak Arman mengalami penyakit terminal berupa kanker paru
yang telah bermetastasis ke otak. Saat ini pak Arman sudah melewati fase
menolak dan mulai bisa menerima keadaan penyakitnya dengan tetap
memiliki semangat hidup. Untuk penyakitnya tersebut pengobatan paliatif
adalah pilihan yang paling tepat, akan tetapi istri pasien tetap
menginginkan segala macam pengobatan (extraordinary treatment)
karena belum dapat menerima penyakit suaminya tersebut. Untuk itu
dokter perlu meninjau apa keinginan pasien, bila setelah diberikan
informasi yang adekuat tentang manfaat terapi paliatif tetapi pasien dan
istrinya tetap menginginkan extraordinary treatment, maka tidak ada
salahnya dilakukan beriringan dengan terapi paliatif, asalkan terapinya
tidak bertentangan dengan hukum, agama, dan moral serta tidak
memperburuk kondisi pasien. Dalam pengambilan keputusan perlu pula
dipertimbangkan kompetensi pasien, bila ternyata pasien sudah tidak
kompeten maka perlu dicari wali yang sesuai untuk mengambil keputusan
terapi pasien. Dimana keputusan wali tersebut harus dapat mewakili
keinginan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
• Anonymus. PENGOBATAN KOMPLEMENTER TRADISIONAL– ALTERNATIF. Available
at :
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66:pen
gobatan-komplementer-tradisional-alternatif. Accessed on 10 July 2012.
• Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:
Pustaka Dwipar; 2005.p. 77-83.
• Prayitno A, Trubus. Etika Kemajemukan. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti;
2006.
• p. 87-90
• Pandangan Agama Hindu mengenai Extraordinary Treatment. Available at :
http://www.scribd.com/doc/91698783/Bab-2 accessed on 10 July 2012.
• Shidi Surabaya Staff. Available at : Kesehatan Menurut Dharma.
http://www.siddhi-sby.com/index.php/artikel/artikel-dharma/40-kesehatan-
menurut-dharma, Accessed at Jul 11,2012.
• Bioethics: Therapeutic Touch. Catholic Insight. Available at:
http://catholicinsight.com/online/bioethics/article_262.shtml. Accessed on: July
10th, 2012.
• Roberts J. Is Hospice Movement Going Beyond End-Of-Life Care?. Available at:
http://www.catholic.org/national/national_story.php?id=18746. Accessed on: July
10th, 2012

Anda mungkin juga menyukai