Anda di halaman 1dari 21

Titrimetri & Perhitungan

Winasih R., M.Si., Apt.

KFA 1, Prodi S1
Titrimetri

• Metode ini digunakan secara luas karena metode yang tahan,


murah dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi

• Kekurangan metode ini kurang spesifik

• Analisis titrimetri merupakan analisis kuantitatif dengan mengukur


volume, sejumlah zat yang akan diketahui, direaksikan dengan
larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasinya) telah diketahui
secara teliti
Larutan baku diteteskan kepada
larutan yang akan diselidiki dalam
tempatnya  titrasi

Larutan baku = titran

Jika reaksi telah selesai  Titik


ekivalen teoritis (stoikiometri)
Stoikiometri

• Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung


hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia
(persamaan kimia).

• Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen)


dan metriā (ukuran).

• Stoikiometri adalah keadaan dimana bahan yang diselidiki telah


bereaksi dengan senyawa baku secara kuantitatif sebagaimana
dinyatakan dalam persamaan reaksi
• Selesainya titrasi harus dapat diamati, misal terjadi kekeruhan
atau adanya perubahan warna indikator.

• Saat tersebut dinamakan titik akhir titrasi yang menyatakan


volume larutan baku yang terpakai dari buret sekian mL.

• Titrasi yang ideal jika TA =TE, maka pemilihan indikator harus


tepat
Syarat analisis volumetri

1. Reaksinya harus berlangsung cepat


2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat TE tercapai, baik
secara kimia atau fisika
4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak terpenuhi. Indikator juga
dapat diamati dengan pengukuran daya hantar listrik
(potensiometri/kondukktometri)
Hal-hal yang diperlukan dalam an.volumetri

• Neraca analitik
• Alat pengukur volume: buret, pipet volume dan labu takar yang
telah dikalibrasi
• Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau untuk
pembakuan harus senyawa murni
• Indikator atau alat lain untuk mengetahui selesainya titrasi
Penggolongan Titrimetri
A. Berdasarkan reaksi kimia
i. Reaksi asam basa (netralisasi)
Berdasarkan perpindahan proton baik dalam lingkungan air, tanpa air ataupun
bebas air
ii. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Berdasarkan perpindahan electron.
Contoh: Permanganometri, serimetri, iodi-iodometri, iodatometri serta
bromatometri
iii. Reaksi pengendapan (presipitasi)
Berdasarkan terjadinya endapan yang sukar larut
iv. Reaksi pembentukan kompleks
Terjadinya reaksi antara zat-zat pengompleks organik dengan ion logam
menghasilkan senyawa kompleks
Penggolongan Titrimetri
B. Berdasarkkan cara titrasi

i. Titrasi langsung
Melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan ditetapkan.
Cara ini mudah, cepat dan sederhana

ii. Titrasi tidak langsung


Dilakukan dengan penambahan titran dalam jumlah berlebihan,
kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain.
Kesalahan kemungkinan besar bisa terjadi karena menggunakan 2
titran. Disamping itu cara ini memakan waktu yang lebih lama.
Penggolongan Titrimetri
C. Berdasarkan jumlah sampel

Titrasi Jumlah sampel Volume titran Ketelitian buret


(mg) (mL) (mL)

Makro 100-1000 10-100 0,02

Semi mikro 10-100 1-10 0,001

Mikro 1-10 0,1-1 0,001


Kadar Larutan

• Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan


dengan konsentrasi.
• banyaknya massa yang terlarut (gram) tiap satuan volume (mL)
 b/v
• Banyaknya gram zat terlarut tiap gram pelarut  b/b
Kadar Larutan

Molaritas Normalitas

1M = Dalam satu liter larutan (solution) Banyaknya ekivalen (ek) zat terlarut
berisi 1 mol zat terlarut. (solute) tiap liter larutan
𝑚𝑜𝑙 𝑔 𝑒𝑘 𝑔
𝑀= = N= ; ek =
𝐿 𝐵𝑀 𝑥 𝑉(𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟) 𝑉 𝐵𝐸
𝑔
N=
𝐵𝐸 𝑥 𝑉
• Hitunglah molaritas suatu larutan 𝐵𝑀
yang mengandung 6,0 g NaCL BE =
𝑛
(BM=58,44) dalam 200 mL larutan ! 𝑔𝑥𝑛
N=
𝐵𝑀 𝑥 𝑉
Penentuan valensi (n)

1. Reaksi asam-basa
Valensinya ditentukan berdasarkan banyaknya mol H+ atau OH- yang
dihasilkan tiap mol asam atau basa
Contoh:
• HCl  H+ + Cl- (valensi 1)
• H2SO4  2H+ + SO42- (valensi 2  BE = BM/2)
• H3PO4  ...
• Ca(OH)2  …
• Al(OH)3  …
Penentuan valensi (n)

2. Reaksi redoks
Valensinya ditentukan oleh banyaknya electron yang hilang atau
timbul pada reaksi redoks.
Misal:
I2 + 2e  2 I- (valensinya 2) BE = ½ BM
MnO4- + 8H+ + 5e  Mn2+ + 4 H2O, BE = 1/5 BM

Hitung BE Na2C2O4 (BM=134) dan K2Cr2O7 (BM= 294,2) dalam reaksi


berikut:
3 C2O42- + Cr2O72- + 14H+  2 Cr3+ + 6 CO2 + 7 H2O
Cara perhitungan kadar

: kesetaraan
V x N = jumlah gram ekivalen (grek) Jumlah mol
x kesetaraan

x BM

: berat sampel x 100%

Kadar (%) Berat


Contoh perhitungan

Pembakuan HCl dilakukan dengan menggunakan baku primer


natrium karbonat. Sebanyak 354,2 mg natrium karbonat dilarutkan
dalam air dan dititrasi dengan larutan HCl (yang akan dibakukan)
menggunakan indicator metil orange, dibutuhkan volume HCl
sebesar 30,23 mL. Hitunglah berapa normalitas HCl?
Jawab:
Na2CO3 + 2 HCl  2NaCl + H2O + CO2
1 mol Na2CO3 setara dengan 2 mol HCl
Mgrek HCl = mgrek Na2CO3
( V x N) HCl = mmol Na2CO3 x n
𝑚𝑔 𝑁𝑎2𝐶𝑂3 𝑥 𝑛 354,2 𝑥 2
N HCl = = = 0,2211 𝑁
𝐵𝑀 𝑁𝑎2𝐶𝑂3 𝑥 𝑉 𝐻𝐶𝑙 106 𝑥 30,23
Contoh perhitungan

Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam salisilat


(BM=138,12) ditimbang seksama, dilarutkan dalam 15 mL etanol 95%
yang telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8-8,4).
Campuran selanjutnya ditambah 20 mL air dan dititrasi dengan
natrium hidroksida 0,1N menggunakan indicator merah fenol.
Sampai terjadinya titik akhir diperlukan NaOH sebanyak 12,56 mL.
Berapakah kadar asam salisilat dalam serbuk di atas?

Jawab: 69,39%

Anda mungkin juga menyukai