Anda di halaman 1dari 24

PENATAAN PERUMAHAN RENDAH EMISI CO2 DI KOTA MEDAN

PUTRI RADIYANI SYAM


107020015
LATAR BELAKANG
PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana karakteristik penataan perumahan di kota Medan yang dikaitkan dengan


potensi penyumbang emisi CO2?
2. Apa saja faktor-faktor pada penataan perumahan yang berpotensi menyumbang
emisi CO2?
3. Bagaimana peran faktor-faktor pada penataan perumahan dalam mencegah dan
menanggulangi emisi CO2?
4. Bagaimana rekomendasi sistem penataan perumahan rendah emisi CO2 yang
efektif?
TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifikasi karakteristik penataan perumahan di Kota Medan yang dikaitkan


dengan potensi penyumbang emisi CO2;
2. Mengetahui faktor-faktor pada penataan perumahan yang berpotensi menyumbang
emisi CO2;
3. Peran faktor-faktor pada penataan perumahan dalam mencegah dan menanggulangi
emisi CO2;
4. Merekomendasikan sistem penataan perumahan yang rendah emisi CO2.
KAWASAN PENELITIAN

Wilayah yang dipilih untuk menjadi kawasan


penelitian adalah perumahan Johor Indah
Permai 1 di Kecamatan Medan Johor dengan
tipe perumahan menegah keatas (real estate).
Perumahan Taman Johor Indah Permai 1
dipilih menjadi kawasan penelitian
berdasarkan adanya potensi dari penataan
perumahannya yang menimbulkan emisi CO2
yaitu :
• Perkembangan morfologi perumahan
yang tinggi.
• Pengembangan hunian juga berdampak
pada berkurangnya ruang terbuka hijau di
setiap unit hunian yang berbanding
sejajar dengan berkurangnya emisi CO2
yang dapat tereduksi.
• Tata guna lahan pada perumahan ini yang
tidak ideal.
KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA

Sektor rumah tangga, tidak termasuk kendaraan pribadi, memberi sumbangan sebesar
11% dari keseluruhan emisi nasional (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
2002).
Dalam pembangunan perumahan, satu unit rumah di perkotaan dibutuhkan berbagai
bahan bangunan. Berbagai studi menunjukkan bahwa seluruh proses pengadaan bahan-
bahan ini menghasilkan emisi CO2, demikian pula pada saat pembangunan rumah
dilakukan pembuangan gas CO2 dihasilkan melalui proses konstruksi rumah
(Puslitbangkim, 2007). Selanjutnya pada masa penghunian, timbulan emisi CO2 di udara
juga dapat dihasilkan dari aktifitas penghuni sehari-hari.
Menurut Puslitbangkim (2005), perumahan perkotaan umumnya mengabaikan adanya
korelasi antara naiknya timbulan emisi CO2 dengan berbagai proses penyelenggaraan
perumahan. Jika dikaitkan dengan penataan perumahan, morfologi perumahan dapat
menjadi acuan sebagai sumber timbulan emisi CO2 di perumahan.
Faktor-faktor morfologi kota yang paling berkaitan dengan peningkatan emisi CO2 adalah
(1) tata guna lahan, (2) pola massa bangunan dan ruang terbuka hijau, dan (3) sistem
sirkulasi.
VARIABEL PENELITIAN

Kelompok Variabel Variabel Utama Variabel Turunan


Morfologi Tata Guna Lahan dan Sirkulasi 1. Rumah Tinggal
Perumahan 2. Komersial
3. Fasilitas Umum
4. Sirkulasi (Jalan dan
Pedestrian)
5. Akses dan Jarak Capai
Massa Bangunan dan Ruang 1. Rumah Tinggal
Terbuka 2. KBD/KLB
3. Tata Letak Bangunan
4. Jarak Antar Bangunan
5. Kepadatan Bangunan
6. Ruang Terbuka Hijau
GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN

Perumahan Taman Johor Indah Permai I dibangun sekitar tahun 1980-1985 memilik luas
wilayah ± 11 Ha dengan batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: sebelah Barat
berbatasan dengan Jalan Karya Wisata; sebelah Timur berbatasan dengan Sungai
Babura; sebelah Selatan berbatasan dengan Taman Johor Indah Permai II; dan sebelah
Utara berbatasan dengan Citra Wisata.
GUNA LAHAN PERUMAHAN TAMAN JOHOR INDAH PERMAI I

17%

13%

2% 68%

Perumahan
Fasilitas Umum
Jalan
Ruang Terbuka Hijau
FASILITAS SEKITAR PERUMAHAN
PERUBAHAN RUMAH
Jumlah Rumah di Perumahan Taman Johor Indah Permai I
Tipe Jumlah (Unit) Persentase (%)
45 300 49
70 266 43
100 50 8
Jumlah 616 100

Umumnya setelah dihuni, banyak bangunan yang mengalami perubahan fisik yang
dilakukan oleh pemilik rumah. Berbagai motif melatarbelakangi perubahan rumah ini
seperti ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan tempat dimana penghuni rumah tinggal
dan menetap hidup.
Dari kuisioner penelitian diperoleh bahwa perubahan fisik rumah yang terjadi d
perumahan Taman Johor Indah Permai I, terdapat 72% rumah di perumahan Taman
Johor Indah Permai I melakukan rekonstruksi. Selain itu, 12% rumah melakukan
renovasi. Selanjutnya 11% rumah melakukan restorasi. Dan 5% rumah masih sesuai
dengan desain awal.
PENATAAN PERUMAHAN DALAM MENGHASILKAN EMISI CO2

Sistem yang berkaitan ini terdiri atas beberapa sistem yang memiliki beberapa komponen
perancangan yang secara langsung dan tidak langsung berperan dalam menghasilkan
emisi CO2. Penataan perumahan dan kehidupan perumahan perkotaan di perumahan
Taman Johor Indah Permai I pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam 2 (dua) sistem
utama yang memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
1. Pola tata guna lahan dan sirkulasi yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: fasilitas
umum dan fasilitas sosial, fasilitas komersial, jalan, pedestrian, hirarki jalan, akses,
dan jarak capai.
2. Pola massa bangunan dan ruang terbuka hijau yang terdiri dari beberapa komponen
yaitu: rumah, koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB),
tata letak bangunan, jarak antar bangunan, persil rumah dan ruang terbuka hijau.
POLA TATA GUNA LAHAN DAN SIRKULASI

Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Timbulan Emisi CO2


Jika dilihat dari bentuknya, penataan guna lahan di perumahan Taman Johor Indah
Permai I digolongkan sebagai perumahan dengan penataan berkonsep konvensional.
Konsep konvensional memiliki batasan kapling yang jelas, bentuk kapling yang relatif
sama yang tersebar secara merata pada keseluruhan lahan, memiliki tingkat kepadatan
yang tinggi dan tidak terdapat lahan yang berfungsi komersial. Sedangkan dalam
kehidupan urban sekarang, fungsi komersial menjadi kebutuhan utama di dalam suatu
kawasan perumahan.
Pengaruh Sistem Sirkulasi Terhadap Timbulan CO2
Efisiensi penggunaan energi dan emisi CO2 yang dihasilkan melalui aktifitas penghuni
perumahan secara tidak langsung berkaitan dengan daya dukung sistem sirkulasi
perumahan. Aliran sistem sirkulasi dari pola-pola aktifitas di perumahan ini adalah :
pergerakan manusia, barang, sampah, jasa dan informasi yang umumnya menggunakan
kendaraan bermotor baik kendaraan umum maupun pribadi. Pola jalan yang terbentuk
dari sistem tata letak bangunan di perumahan Taman Johor Indah Permai I menciptakan
akses yang tidak sama pada tiap-tiap blok rumah.
POLA TATA GUNA LAHAN DAN SIRKULASI

Pengaruh Tata Guna Lahan dan Sirkulasi


Terhadap Jarak Capai

Jarak nyaman berjalan kaki berkisar 500 m.


Dengan kecepatan rata-rata orang berjalan kaki 3-4
km/jam, maka untuk mencapai jarak 500 m
diperlukan waktu 10 menit berjalan kaki.

Jika menggunakan kendaraan bermotor dengan


bahan bakar bensin, untuk jarak 500 m dengan
kecepatan 50 km/jam maka hanya membutuhkan
waktu 1 menit untuk mencapai ke fasilitas mesjid
ataupun pasar tradisional. Dalam perjalanan 1
menit tersebut, akan menghasilkan emisi CO2
sebesar 1,59 kg-C.

Dari ilustrasi diatas dapat disimpulakan bahwa, keberadaan pedestrian menjadi penting untuk
mencegah peningkatan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Berdasarkan
hasil kuisioner juga diperoleh bahwa 60% dari warga di perumahan Taman Johor Indah Permai I
mempunyai keinginan untuk berjalan kaki jika fasilitas pedestrian di kawasan perumahan di tata
dengan baik dan nyaman.
POLA MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA

Perubahan Rumah di Perumahan Taman Joroh


Indah Permai I

Setiap perubahan fisik rumah selalu membutuhkan


bahan bangunan. Seluruh proses pengadaan
bahan bangunan ini menghasilkan emisi CO2, mulai
dari pembakaran, penggunaan mesin produksi
dengan bahan bakar solar dan listrik serta
pengangkutan bahan material dari sumber menuju
tempat pembangunan.

Seo dan Hwang (2001), menyimpulkan bahwa jumlah emisi CO2 dari konstruksi bangunan
termasuk pabrikasi material bangunan untuk perumahan adalah 381.1 – 620.1 kg-C/10 m2
atau rata-rata 50.06 kg-C/m2. Berdasarkan besaran emisi CO2 tersebut, maka emisi CO2 setiap
tipe rumaah adalah sebagai berikut : (1) Emisi CO2 rumah tipe 45 = 2.252,7 kg-C; (2) Emisi
CO2 rumah tipe 70 = 3.504,2 kg-C; dan (3) Emisi CO2 rumah tipe 100 = 5.006 kg-C.

Pergantian baik struktur bangunan maupun bahan bangunan tentu akan menghasilkan
timbulan emisi CO2. Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi timbulan emisi CO2 akan dapat
dilakukan dengan mendorong pemakaian standar struktur dan bahan bangunan dengan
kualitas baik dan tahan lama.
POLA MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA

Keterkaitan Rumah dan Tata Letak Bangunan


Perletakan bangunan yang masih memiliki halaman depan dan belakang memberikan
potensi untuk kelancaran airan udara dan masuknya sinar matahari pada siang hari.
Dengan baiknya kondisi udara dan pencahayaan akan mengurangi emisi CO2 yag
dihasilkan dari penggunaan energi listrik untuk pengkondisian udara ruang dalam dan
pencahayaan. Tetapi atas dasar faktor kebutuhan aktifitas di dalam rumah yang terus
berkembang mendorong penghuni untuk melakukan perubahan rumah baik Restorasi,
Renovasi dan Rekonstruksi. Dengan dilakukannya perubahan rumah terutama Renovasi
dan Rekonstruksi dengan menambahkan luas bangunan akan mengurangi luas ruang
terbuka dan menghambat masuknya udara dan sinar matahari. Hal ini akan
meningkatkan emisi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan pendingin ruangan dan
pencahayaan.
POLA MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA

Kepadatan Bangunan dan Timbulan Emisi CO2


Mengamati kondisi pola massa bangunan dan ruang terbuka pada perumahan Taman
Johor Indah Permai I, kawasan ini telah mengalami perubahan dibandingkuan dengan
kondisi perencanaan awal. Perubahan yang mendominasi adalah pengembangan unit
hunian
Peningkatan luas lantai bangunan yang tidak hanya terjadi secara horizontal tetapi juga
vertikal akan diikuti dengan meningkatnya Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Semula
KLB pada kawasan ini sekitar 60%, dalam perkembangannya KLB bisa mencapai 200%
atau luas lantai bangunan telah mencapai 2 kali luas kavling.

Pada masa awal Pada masa sekarang


POLA MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA
Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Menanggulangi Emisi CO2

Ruang Terbuka Hiaju (RTH) di perumahan Taman Johor Indah Permai I akan sangat
bermanfaat untuk mengurangi emisi CO2. RTH ini berupa taman bermain di tiap blok, jalur
hijau di sepanjang jalan, serta ruang hijau di halaman tiap rumah. Perumahan ini belum
memberikan prioritas pada penyediaan RTH. Luas RTH di perumahan ini diluar jalan, saluran
dan halaman rumah adalah sebesar 19% dari luas kawasan.
POLA MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA

Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Menanggulangi Emisi CO2

Dari luas total RTH tersebut akan dihitung jumlah emisi CO2 yang dapat diserap. Tetapi
daya serap antara rumput, perdu, dan pohon berbeda. Berdasarkan kemampuan
tanaman dalam mereduksi CO2, dalam satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap 8 kg
CO2 per jam.
Tipe penutupan lahan yang paling banyak menyerap emisi CO2 adalah pohon dengan
daya serap 82% dari seluruh emisi CO2 yang terserap semua tipe penutupan lahan. Total
emisi CO2 yang terserap dari RTH di perumahan Taman Johor Indah Permai I adalah
sebesar 590,43 kg-C/tahun atau 1,618 kg-C/hari.
Jika peningkatan kualitas RTH di perumahan Taman Johor Indah Permai I dilakukan oleh
pengembang dan penghuni, yaitu bagi pengembang dengan menambahkan jalur hijau di
sepanjang jalan komplek dan bagi penghuni dengan mempertahankan halaman di setiap
rumah seluas 6 m2 tetap menjadi area hijau dapat menambah luasan ruang terbuka hijau
yang dapat mereduksi emisi CO2 sebesar 487,12 kg-C/tahun atau 1,334 kg-C/hari.
Sehingga total emisi yang dapat direduksi jika peningkatan kualitas RTH dilakukan
secara maksimal akan dapat mereduksi emsi CO2 sebesar 2,952 kg-C/hari.
REKOMENDASI
KESIMPULAN

1. Aspek penataan perumahan yang berpotensi langsung dan tidak langsung terhadap timbulan
emisi CO2 adalah:

• Pola tata guna lahan dan sistem sirkulasi yaitu: (1) keberadaan fasilitas umum, fasilitas sosial
dan fasilitas komersial; (2) jalan dan pedestrian; (3) hirarki jalan dan akses; dan (4) jarak capai.

• Pola massa bangunan dan ruang terbuka yaitu: (1) rumah; (2) KDB/KLB; (3) tata letak
bangunan; (4) jarak antar bangunan; dan (5) ruang terbuka hijau.

2. Peran komponen-komponen penataan perumahan dalam mencegah dan menanggulangi emisi


CO2 adalah sebagai berikut:

• Tata guna lahan berperan dalam menentukan jarak capai dari satu fungsi kawasan ke fungsi
kawasan lainnya. Peranan ini dapat berjalan efektif jika didukung dengan kerberadaan jalur
pedestrian untuk memfasilitasi pergerakan penghuni untuk jarak capai dekat dengan berjalan
kaki.

• Massa bangunan rumah sebagai komponen utama dari perumahan juga dapat berperan dalam
mencegah timbulan emisi CO2. Dengan mengendalikan kompenen-komponen: material
bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB), tata letak bangunan, jarak antar bangunan, dan
kepadatan bangunan. Jika komponen-komponen rumah tersebut dapat dikendalikan, terutama
koefisien dasar bangunan akan berperan mempertahankan keberadaan ruang terbuka hijau.
Ruang terbuka hijau merupakan komponen penting untuk menyerap emisi CO2 berupa:
halaman rumah, taman, dan jalur hijau di sepanjang jalan.
KESIMPULAN

3. Model pengendalian perumahan perkotaan menggambarkan interaksi antar setiap komponen


penataan untuk mencegah dan menanggulangi timbulan emisi CO2. Kebijakan yang diterapkan
adalah:

• Kebijakan menerapkan tata guna lahan mixed use berfungsi untuk memperpendek jarak
tempuh perjalanan dari fungsi kawasan satu ke fungsi kawasan lainnya sehingga dapat
ditempuh hanya dengan berjalan kaki dan mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor. Tetapi untuk mendukung kebijakan ini, dibutuhkan kebijakan untuk
merencanakan pedestrian di seluruh sisi jalan yang ada di kawasan perumahan sehingga non
motorize transportation dapat tercipta.

• Kebijakan dengan perencanaan rumah dengan pondasi pengembangan ke arah vertical


berfungsi meminimalisir pembongkaran rumah jika melakukan pengembangan dan
pencegahan penambahan KDB sehingga timbulan emisi CO2 dari proses pembongkaran
rumah dapat dicegah. Kabijakain ini juga berkaitan dengan kebijakan tetap mempertahankan
halaman rumah menjadi ruang terbuka hijau untuk menyerap emisi CO2.

• Kebijakan terakhir adalah reorientasi kepada syarat 30% luasan ruang terbuka hijau (RTH)
agar kawasan mampu menyerap timbulan emisi CO2. Kebijakan pencegahan dan
penanggulangan diatas dapat mengurangi tekanan pada ekosistem perumahan Taman Johor
Indah Permai I dan juga menciptakan perumahan perkotaan yang berkelanjuran.
TERIMA KASIH

PUTRI RADIYANI SYAM


107020015

Anda mungkin juga menyukai