Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15 km2. Ibu kota
provinsi ini adalah kota Mataram yang berada di Pulau Lombok. Di sebelah utara, provinsi ini berbatasan dengan
Laut Flores, bagian barat berbatasan dengan provinsi Bali, bagian timur berbatasan dengan provinsi Nusa Tenggara
Timur, dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Rumah istana Sumbawa atau dalam Soka adalah rumah adat atau istana yang didirikan dan dikembangkan
oleh pemerintahan sultan Muhammad Jalaluddin Syah III di pulau Sumbawa. Dalam Loka disusun oleh
bangunan kembar yang disokong atau ditahan oleh 98 pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang
dibuat dari pohon cabe. Jumlah dari seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang mewakili 99 sifat Allah
dalam Al-Qur’an (Asmaul Husna).
Di dalam Loka ini terdapat ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas daerah Pulau Sumbawa atau disebut
lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu bangunannya. Ukiran khas Pulau Sumbawa ini
biasanya motif bunga dan juga motif daun-daunan.
Istana dalam loka dibangun mengarah ke selatan yaitu ke Bukit Sampar dan alun-alun kota dan hanya memiliki
satu pintu masuk utama melalui tangga depan dan pintu samping melalui tangga kecil. Tangga depan yang
dimiliki Dalam Loka tidak seperti tangga pada umumnya, tangga ini berupa lantai kayu yang dimiringkan hingga
menyentuh tanah dan lantai kayu tersebut ditempeli oleh potongan kayu sebagai penahan pijakan Bala Rea
atau graha besar adalah dua bangunan identik yang terdapat di dalam rumah adat Dalam Loka yang setiap
bangunannya memiliki fungsi.
Dan yang terakhir adalah Bala Bulo yang memiliki dua tingkat dan berada di samping Lunyuk Mas. Tingkat
pertama adalah tempat permainan keturunan raja dan tingkat kedua adalah tempat permaisuri dan istri para
bangsawan saat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana. Anak tangga menuju tingkat dua berjumlah 17
anak tangga. Jumlah tersebut mewakili 17 rukun sholat. Di luar komplek ini terdapat kebun istana (kaban alas),
gapura atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan tempat untuk lonceng istana. Lonceng pada
istana ini ukurannya sangat besar dan berasal dari Belanda. Pada masa itu, lonceng ini dibunyikan oleh
seorang petugas setiap waktu, sehingga seluruh penduduk dapat mengetahui waktu saat itu.
Pada bagian dalam bangunan terdapat beberapa ruangan yaitu, Lunyuk Agung, Lunyuk Mas, Ruang Dalam, dan
Ruang Sidang. Lunyuk Agung berada pada bagian depan bangunan yang difungsikan untuk ruang
bermusyawarah, pernikahan, pertemuan atau acara kerajaan. Lunyuk Mas adalah ruangan utama untuk
permaisuri, istri para menteri dan staf penting kerajaan saat upacara adat. Ruang Dalam sebelah barat disekat
oleh kelambu yang digunakan untuk tempat sholat, di sebelah utara adalah kamar tidur permaisuri. Ruang
Dalam sebelah timur memiliki empat kamar khusus untuk keturunan raja yang sudah menikah dan di sebelah
utara adalah kamar pengasuh rumah tangga istana. Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea, namun
pada malam harinya digunakan oleh para dayang sebagai kamar tidur. Sedangkan kamar mandi terletak di luar
ruangan utama yang memanjang dari kamar raja hingga kamar permaisuri.
Rumah Bale
Bale adalah rumah adat dari suku Sasak yang berada di dusun Sade di desa
Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Kehebatan dari dusun Sade adalah keteguhannya
melestarikan rumah adat ini. Suku sasak memiliki aturan-aturan untuk membangun
rumah, yaitu memilih waktu membangun dan juga lokasi pembangunan karena
mereka mempercayai jika tidak mengikuti aturan akan mendapat nasib buruk saat
menempati rumah.
Bale Lumbung
Bale lumbung ditetapkan sebagai ciri khas rumah adat suku sasak dari pulau
Lombok. Bagian atap dari bale lumbung merupakan suatu ruangan yang
digunakan untuk menaruh padi hasil dari beberapa kepala keluarga. Bentuknya
berupa rumah panggung dimaksudkan untuk menghindari hasil panen rusak
akibat banjir dan serangan tikus.
Bale Tani
Bale Bonder
Fungsinya yaitu sebagai tempat persidangan adat, seperti tempat
diselesaikannya kasus pelanggaran hukum adat. Selain itu Bale Bonder
digunakan sebagai tempat menaruh benda-benda bersejarah atau pusaka
warisan keluarga.
Bale Kodong
Bale Kodong memiliki ukurann yang sangat kecil dan rendah, tingginya kira-kira seukuran
orang dewasa. Bale ini umumnya digunakan oleh para pengantin baru atau orang lanjut usia
yang tinggal bersama cucu-cucunya.
ARSITEKTUR NUSA
TENGGARA TIMUR
Kepulauan Sunda Kecil (sekarang Nusa
Tenggara Timur) pada dahulu kala merupakan pulai
tidak berpenghuni. Ketika para pelaut datang dan
menepi, maka perahu menjadi satu-satunya akses
penghubung. Dari filosofi inilah timbulnya unsur
perahu menjadi sesuati yang dominan.
ARSITEKTUR SUMBA
3. Sa’o Ria
1. Lopo
Lopo merupakan sebuah tempat umum yang difungsikan sebagai tempat
pertemuan, tempat upacara suku, dan juga tempat menyimpan makanan.
Sumber :
http://tanahair.kompas.com/read/2011/07/04/1119101/Kampung.Waereb..
Sumber : Site Review Report : Preservation of the Mbaru Niang (Lad, 2013).
Lingkaran berpusat menjadi ciri khas Wae Rebo. Yang menjadi pusatnya adalah
para leluhur mereka.
Wae Rebo tidak pernah melupakan tanah leluhurnya, terkandung dalam
ungkapan “neka hemong kuni agu kalo” yang artinya “jangan lupakan tanah
kelahiran”.
Photograph by swimupgood on Flickr
Bangunan rumah adat yang berbentuk bulat memiliki makna filosofis yakni
kesatuan pola hidup manusia yang utuh dan menyatu tanpa konflik, penuh
ketulusan, kebulatan hati, serta keadilan.
Niang
Gena
Mandok Niang
Gena Maro
Compang
Diameter lt.1 = 11 m
Tinggi = 15 m
Kedalaman
pondasi = 2 m
Sumber : http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Nusa-Tenggara-
Timur/Seni-Budaya/Mbaru-Niang-Rumah-Adat-di-Wae-Rebo
PONDASI
• Mbaru Niang ditumpu
tiang-tiang kayu yang
ditanam di atas batu di
dalam tanah yang menjadi
pondasi bangunan ini.
Tiang-tiang ini ditanam
sedalam 1.5-2 m.
LANTAI PERTAMA
Glondongan
rotan
Sumber : https://bandanaku.wordpress.com/2014/02/07/membangun-
mbaru-niang-rumah-tadisional-wae-rebo/
Sumber :
https://bandanaku.wordpress.com/2014/02/07/me
mbangun-mbaru-niang-rumah-tadisional-wae-rebo/
PENYANGGA DINDING DAN DINDING (ATAP)
Sumber :
https://bandanaku.wordpress.com/2014/02/07/memba
ngun-mbaru-niang-rumah-tadisional-wae-rebo/
Sumber : Site Review Report : Preservation of the Mbaru Niang (Lad, 2013).